Filosofi Tentang Buah Yang Terbuang




Matahari tertutup oleh kabut yang menghitam mengitari sekitar kota semarang, seakan dia sudah tidak kuasa lagi untuk menahan diri menjatuhkan butiran air ke bumi. Terendap sebuah kisah yang boleh dibagi kepada kawan dan sanak saudara, tentang sebuah filosofi kehidupan yang tidak sederhana untuk di terjemahkan agar lebih mudah dimengerti oleh manusia. Ya aku yakin, suatu saat kau akan membaca tulisan ini lalu mulai bertanya kepada diri sendiri apakah ini sebuah cerita tentang aku? Apakah dia menuliskan untuk mengingatkanku pada saat itu? Dan apakah selama ini aku tidak tahu bahwa aku terlalu jauh bahkan hampir terjatuh di ujung jurang hidupku. Sehingga dia perlu menuliskan kisah ini kemudian memeberikannya kepadaku agar aku kembali lagi, bapak dan ibu ini dirimu maka maafkan aku jika aku ada dalam kesalahan tidak menaati kemauanmu.

Filosofi Tentang Buah Yang Terbuang

Suatu ketika aku berjalan dan aku temukan satu buah mangga yang jatuh, kemudian aku ambil buah itu dan aku lihat ternyata buah itu sudah tak layak untuk aku makan karena sebagian dari buah itu sudah dimakan oleh kalong, meninggalkan bekas yang tidak bisa hilang. sebagian lagi ada sisa ulat yang masih jelas dapat kulihat, sebuah lubang kecil dengan ciri khas persis seperti pada buah-buah lain yang di makan ulat.

Aku kemudian terduduk sebentar sambil memandangi buah mangga itu dan berfikir bagaimana aku bisa membuat buah ini lebih bermakna dan bermanfaat. setelah memalui perdebatan yang panjang dengan diriku sendiri lalu aku putuskan untuk menananam buah itu di tepi halaman rumahku. aku cangkul dengan hati-hati untuk membuat lubang dan memberinya pupuk setiap waktu dan menyirami tamanam mangga itu dikala dia kekeringan.

Sabar aku menunggu bukan hanya butuh 2 atau 3 bulan saja, tapi butuh bertahun-tahun untuk menuai buahnya dan merasakan hasil legitnya mangga asli dari kerja keras beberapa tahun terakhir. padahal buah mangga tadi aku temukan di pinggir jalan, dan hasilnya manis juga.

Aku juga merasakan hal yang sama saat aku menemukan kamu seperti itu, this is about love. aku lihat kaupun sudah terkulai saat aku menyapa namamu dan mencoba mengenal dirimu. tapi aku berusaha untuk memeliharamu, menjadi lebih baik seperti apa yang di inginkan orang tuamu. dalam setiap detik-detik yang terlampaui disana ada sedikit kesabaran dalam  membimbingmu, ada sedikit keegoan untuk meluluhkan sikapmu yang terkadang susah untuk dikalahkan. dalam detik dan menit yang berganti ada juga keluguan untuk menunjukkan kepadamu bagaimana sebuah kejujuran bisa membuat hati seseorang terbuka melihat betapa indahnya dunia, anak-anak kecil yang selalu ceria tanpa beban keuangan. Meraka selalu bergembira diantara menyengatnya terik mentari dan rintik hujan yang menghampiri. Tengok anak yang di lampu hijau.

Tidak juga butuh waktu 1 sampai 2 bulan untuk dapat membuatmu mengerti apa itu sebuah hidup. Perlu seumur hidup untuk dapat membimbingmu kedalam kebaikan. Menjadikan mangga-mangga bermekaran dan seterusnya dapat berbuah lebat.

Comments