Kita Tak Pernah Tau Bagaimana Tuhan Menunjukkan Takdir : Unissula Ku Melangkah



Berawal dari sepucuk surat yang harus saya antarkan ke kampus unissula. Pagi-pagi saya sudah mandi dan mengalahkan kantuk yang masih tersisa di raut wajahku. Berangkat kesana mengemban tugas sebagai pengurus PPMI dewan kota Semarang. Yah, semoga bisa istiqomah untuk selalu bertanggung jawab dengan apa yang ada pada di diri ini, karena saya yakin akan ada hal yang indah di masa depanku nanti.

kira kira pukul 9 saya mulai keluar dari pintu gerbang rumah simbah yang terletak di jalan kumudasmoro selatan, semarang. Saya susuri jalanan yang sudah agak sepi dari biasanya, jam 7 pagi ketika berangkat kuliah. Ini membuat saya lebih santai dan merasa sebagai penguasa jalanan. Hehehe J. Sultan Agung, kampus yang nyaman menurut saya, merupakan kampus berbasis islam dengan banyak tumbuhan disekitarnya membuat suasana nampak asri dan sejuk. Letaknya jalan kaligawe, namun nomer  pastinya saya jua lupa sih. Kalo anda ingin kesana mungkin bisa bertanya di google map.

Tak lama berjalan saya sudah sampai kaligawe, sendirian menyusuri  dengan jupiter ini. kantuk mulai hilang gara-gara angin yang silir-silir menerpa wajah, jadi tambah gereget. Ada lampu merah, tepat di depan kampus unissula, saya belok kekiri memasuki gerbang kampus hijau. Dari luar tampak sepi, tak begitu banyak tanda-tanda orang yang  lalu lalang. Untuk menuju tempat parkir harus jauh melingkari sisi pinggir kampus. Ternyata tempat parkirnya luas dan ada kanopi yang mengayomi motor supaya tidak kepanasan dan kehujanan, berbeda dengan kampusku.

Kuletakkan motor di tempat parkir, lalu saya melangkah untuk mencari-cari ruang Lembaga Pers Mahasiswa Rumah Pena. Di dekat perpustakaan, Ada beberapa wanita dan laki-laki yang duduk melingkar, sepertinya mereka sedang berdiskusi tentang sesuatu. Saya langsung menuju mereka kemudian menanyakan tempat LPM Rumah Pena. Namun, diantara mereka tidak ada yang tahu apa itu Rumah Pena, lalu saya tanyakan letak dari gedung Pusat kegiatan mahasiswa disana. Oh ternyata lumayan dekat.

Saya langsung berjalan menuju tempat yang tadi di tunjukkan sama mbak-mbaknya. Tengok kanan, tengok kiri sepertinya asing sekali bagi saya memasukki kampus ini. J  baru kali pertama ini saya masuk kedalam dan meliti setiap pohon yang ada, bangunan dan beberapa tempelan liar (seperti kampus saya) juga ada, tak lepas dari pandanganku. Nampak beberapa kolam ikan yang tidak terawat, dan dedaunan kering juga menghiasi jalan setapak yang ada.

Akhirnya sampai di gedung PKM. Saya tanya kepada anak Mapala disana, ternyata memang sekretariat dari Rumah Pena sangat jarang di kunjungi oleh anggotanya, bisa dikatakan vakum. Kemudian saya naik ke lantai dua dari gedung PKM disana ada Bidang kemahasiswaan, kemudian saya berikan surat undangannya kepada seorang bapak yang ada disana. Beliau mengatakan akan menyampaikan undangan ini kepada ketua dari UKM tersebut. Saya memberikan salam yang terakhir dan kemudian melangkah pergi.

Sebelum saya kembali ke rumah, aku putuskan untuk lebih mengenal kampus ini lebih jauh. Jalan-jalan disekitar kampus dan mengobrol dengan 2 orang pemuda di taman. Sangat mengasyikkan, perbincangan kami lumayan lama sampai suara adzan dzuhur harus menjadi pengakhir dari pertemuan kami. Candra, saya masih ingat nama dari salah seorang dari mereka, karena sebelumnya kami sempat bertukar nomer HP, dan kami mempunyai kesukaan yang sama, dia katakan bahwa dia sangat senang jika mengkaji sebuah ilmu yang bermanfaat untuk dirinya dan orang lain. Dulu candra berasal dari Sulawesi Tenggara, juga menempuh semester 4 sama seperti saya.

Saya sangat sertarik ketika ia katakan bahwa dirinya berasal dari SulTra. Kemudian rasa ingin tahuku menelisik, dengan antusias kemudian saya bertanya “kan kamu dari sana, bagaimana ceritanya km bisa sampai kuliah disini can?” lalu ia menceritakannya kepada  saya “rektor unissula yang sekarang dulu nya berasal dari sulawesi, nah pemerintah sulawesi dengan unissula sekarang telah menjalin kerjasama dalam bidang pendidikan. Kami anak sulawesi diberikan beasiswa gratis kuliah di sini, dalam berbagai bidang ilmu. Contohnya saya yang kuliah di Ekonomi Manajemen S1 dan adik saya yang mengambil Teknik Informatika.” Namun masih ada lagi pertanyaan yang ku tanyakan”memangnya berapa orang yang di terima unissula dalam program ini can?” lalu ia menjawab “sebenarnya dalam satu tahun ajaran baru, kuota yang disediakan pemerintah Sulawesi sebanyak 1000 orang, namun pada tahun saya dan kemarin (2013/2014) baru 1800 orang, yang seharusnya 2000.” “la kok bisa begitu? Apa ada yang tidak memenuhi syarat atau bagaimana?” “di sultra kesadaran untuk menuntut ilmu memang masih kurang, jadi mereka berfikir bahwa sekolah lagi hanya akan menghabiskan biaya. Bagi seorang anak wanita juga dirasa kurang bermanfaat. Saya lihat sangat berbeda dengan orang jawa yang pemikirannya sudah maju. Kalo program ini untuk orang jawa pasti mereka berbondong-dondong untuk mengikutinya.” “ya, kalo bisa juga kepingin nih ikut program semacam ini  hehehe” sahut saya sambil tertawa.
Saya merasa lebih mengenal candra dari apa-apa yang telah dikatakannya. Ia sangat terbuka kepada saya. Tentang kegiatannya dikampus, ia sering mengikuti acara-acara diskusi HMI, dalam HMI ia menjelaskan bahwa setiap minat dan kemampuan anggota akan ditampung dan disalurkan pada tempatnya. Misalnya mahasiswa yang suka mengadakan diskusi ilmiah, maka ia akan mendapatkan teman2 yang suka melakukan diskusi semacam itu. Ada pul a mahasiswa yang mengkaji tentang suatu masalah, contohnya kenapa indonesia, akhir-akhir ini mengalami beberapa goncangan dengan kasus-kasus korupsinya, belum bisa merdeka secara ekonomi dan masih harus mengimport berbagai kebutuhan. Kemudian hasil-hasil diskusi ini direkomendasikan kepada pihak-pihak yang berwenang. Ada yang lebih ekstrem lagi, yakni mahasiswa yang suka turun kejalan memperjuangkan hak-hak rakyat, mereka langsung menggelar aksi nyata.
Tanpa saya tanya akhirnya ia melanjutkan ceritanya, “kalo sudah lulus nanti kami diwajibkan untuk kembali ke sulawesi, karena kami sudah disiapkan beberapa pekerjaan disana, kami diminta untuk membangun sulawesi menjadi lebih baik.” “memangnya disana ada apa saja yang bisa dikerjakan?” aku terus meneliti, “disana ada beberapa perusahaan yang sudah besar, sumber daya alam juga belum tergali secara baik, contohnya banyak pertambangan yang masih membutuhkan tenaga profesional untuk bekerja disana. Tenaga terdidik sangat diperlukan untuk membangun sebuah daerah.” “lalu apa bedanya disini dan disana can?” sepertinya rasa ingin tahu ku terus menaik. “kalo disana, suasananya lebih sejuk, masih banyak tumbuh-tumbuhan yang ada. Tempat wisatanya juga bagus-bagus.”...... “waoww,itu yang paling aku suka traveling, saya sepertinya ingin kesana.” Sepertinya ada satu lagi tempat destinasi yang ingin aku masukkan list.

Tak terasa suara kumandang azdan pun sudah keras terdengar, saya lihat beberapa orang langsung menuju masjid, sangat antusias. Masjidnya lebih besar dari kampus ku, begitu kataku dalam hati. aku kesana bersama candra. Kamipun melepas sepatu dan mulai menuju tempat wudlu yang memang dekat. Tas dan jaket masih aku bawa, karena disana saya tidak menemukan tempat penitipan barang bagi orang-orang yang salat.

Saya menuju shaf-shaf mahasiswa yang akan menunaikan salat, disana saya tidak melihat lagi candra di dekat saya. Saya tidak tau dia ada dibagian mana. Akhirnya saya duduk di dekat sebuah tiang yang besar, bundar besar, saya letakkan tas dan jaket saya disana. Nenunggu muadzin beriqomad. Selang beberapa menit tanda salat harus dimulai telah bersuara, kami pun mulai berdiri, saya lihat ada sekitar 8 shaf laki-laki. Kami pun mulai mengikuti gerakan imam.

setelah salat selesai saya belum juga menemukan sosok candra disekitar. Saya duduk diserambi masjid. Melihat beberapa orang sedang diskusi soal Program Kreativitas Mahasiswa. Lalu saya mencoba untuk mendekati mereka dan bertanya, “apakah itu PKM GT?” saya mencoba memastikan penglihatan saya karena telah melihat sampulnya bertuliskan itu.

sekalo ingin tahu bagaimana cerita saya bertemu dengan seorang wanita yang juga berasal dari Sulawesi, terus ikuti postingan saya selanjutnya. Nanti saya akan menceritakan kepada anda, betapa kagumnya saya dengan kantin dan pusat perbelanjaan yang ada di Unissula, karena baru pertama kali saya lihat sebuah kampus yang seperti Mall, dengan fasilitas komplit.

Comments