Lingkungan, Awal Kehidupan yang Baik



Pernahkah kita merenung tentang sebuah bencana? apa itu maksud dari bencana? mengapa bencana  itu datang? Bagaimana kita harus menyikapinya? Sebelum mendapatkan jawaban-jawaban yang ada marilah kita mengenal apa itu sebuah bencana.
            Menurut undang-undang bencana diartikan sebagai rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.          
Diawali beberapa minggu yang lalu dibeberapa wilayah Kudus telah direndam banjir. Sebagiannya lagi terkena longsor dan banjir bandang. Bencana tersebut termasuk dalam kategori bencana alam yang disebabkan oleh peristiwa alam. Alam yang malakukan aktivitas hingga dapat menyebabkan kerugian-kerugian materiil maupun non materiil. Meskipun merupakan bencana alam, namun manusia juga memiliki andil yang besar atas itu.
Media masa lokal maupun nasional belakangan ini banyak menyoroti wilayah Pantura khusus nya Kudus. Media tersebut mewartakan tentang Kerugian akibat banjir kudus yang mencapai Rp. 500 Miliar, Belasan rumah di Kudus terbawa banjir, akses jalan dari Kudus ke Semarang yang terputus, kudus yang dikepung banjir, hingga ibu dan anaknya yang ditemukan tewas dengan kondisi berpelukan akibat longsor beberapa hari yang lalu di Kambangan.
Banyak sekali keluhan yang datang dari warga korban bencana. salah satunya seorang pengungsi di Gor Wergu yang mengeluhkan minimnya hiburan di pengungsian bagi anak-anak mereka. pengungsi tersebut mengatakan bahwa anak-anak sering meminta untuk naik mobil-mobilan yang memang biasa dijajakan di sana. “Sekali naik, orang tua mereka harus membayar sebesar Rp. 5000,- sedangkan dalam sehari ada anak-anak yang ingin naik sampai 3 kali ” kata pak RT yang sekaligus menjabat Linmas di kampung  Payaman. Warga pengungsian yang sebagian buruh juga mengeluh karena mereka sebagian besar tidak bisa bekerja seperti biasa. Selain karena tidak ada kendaraan untuk berangkat bekerja juga karena pakaian mereka yang sebagian besar tertinggal di kampung.
Ditempat lain ada mereka yang kehilangan sanak saudara, tempat tidur berlantaikan kedinginan, makanan yang biasa saja, buruh-buruh yang berhenti bekerja, sawah-sawah yang terendam banjir mengakibatkan aktivitas keseharian mereka yang berubah dan masih banyak lagi. Keluhan ini menjadi sangat penting sekali ketika kita berfikir tentang kapan datang bencana di tahun-tahun mendatang. Dan bagaimana seharusnya kita bersikap arif terhadap alam agar bencana ini tidak terulang dengan mudahnya.
Mungkin ilmu kuno yang diajarkan oleh orang terdahulu kita menjadi sangat gampang untuk kita enyahkan. Bagaikan petuah yang bukan jamannya harus dilakukan. Tetapi, mari kita lihat bagaimana kesederhanaan para nenek moyang kita yang hidup secara sederhana berdampingan dengan alam. Mereka tidak mengambil dengan serakah apa-apa yang dimiliki oleh alam. Mereka hidup dengan berkecukupan asal sekeluarga dapat kenyang perutnya hari ini. sekarang sudah seharusnya kita meneladani mereka.
Ketamakan manusia modern mungkin perlu menjadi buah perhatian yang  serius. Dari beberapa peristiwa yang terjadi di Kudus, kita bisa melihat bagaimana banjir bandang yang menerjang Rahtawu menghabiskan sebagian persawahan. Menghabiskan rumah-rumah yang dulu angkuh berdiri. Menewaskan keluarga yang dulunya pernah bercengkerama dengan tetangganya. mungkin, kita perlu merefleksikan kejadian-kejadian Tuhan yang Ia tunjukkan kepada kita. Bahwa sebenarnya ada sesuatu yang Tuhan inginkan tunjukan atas kejadian tersebut. Kita patut memahami mengapa Tuhan merusak ciptaan-Nya. Pastilah jika kita merenung kita akan mendapati jawaban-Nya.
Mungkin kebiasaan kita membuang sampah di sembarang tempat dapat mengakibatkan banjir jika sampah-sampah itu menumpuk dan menghalangi aliran air. Jika kita banyak menebang pohon maka akan mengakibatkan efek dari berbagai aspek kehidupan manusia. Contohnya, hutan-hutan akan menjadi gundul jika tidak direboisasi, dan apabila datang hujan maka longsor menjadi gampang terjadi. Alhasil rumah-rumah warga yang tinggal didaerah rawan longsor menjadi korban empuk apabila terjadi longsor tersebut terjadi. Jika hujan di daerah pegunungan maka wilayah bawah akan menjadi tempat dimana air-air tersebut berkumpul karena air tersebut tidak diserap oleh tanaman dan tanah di wilayah pegunungan. Lalu banjir bandang juga mengintai wilayah yang ada di bawahnya.
Mulai sekarang marilah mencoba menjadi insan yang luar biasa diawali dengan perbuatan yang biasa-biasa saja. Mulai dari mencari informasi tentang lingkungan hidup yang baik hingga cara-cara mewujudkan sebuah lingkungan yang sehat dan baik untuk kita bertempat tinggal. Karena sebuah lingkungan bukan hanya sebuah tempat kita tinggal tetapi juga, tumbuh dan berkembang. Jika kita mempunyai anak-anak yang lucu, Semoga anak-anak kita akan tumbuh dengan  baik sebagaimana lingkungan hidupnya yang baik.

Twitter : @PranataWahyu
Warga Purwodadi
Aktif di Muria Research Center Indonesia

dimuat pada koran Koran Muria tanggal  7 Februari 2014

Comments