Antara Kesabaran dan Sarang Laba-laba

            Minggu pagi ini cerah, ada sedikit awan, meski itu tak masalah bagiku. Dan aku masih saja menganggapnya cerah. Biasalah jika ada awan sedikit di atas sana, namanya juga langit, tak seru jika harus biru semua tanpa ada putih yang menyirat di sekelilingnya. Overall great…..,tapi memang hangat, dan indah langit pagi ini.

            Kebiasaan minggu pagi itu di isi dengan bermalas-masalan, sedikit kerja dan banyak tidur, ya begitu pula aku. Tapi hari ini memang luar biasa, aku menjadi sangat berbeda, tampak semangat. Ada energy lebih yang memaksaku untuk berbuat lebih, meski itu hal yang biasa bagi sebagian orang yang sudah biasa melakukan ini.

            Untuk menghibur diri, mungkin sedikit kata “iya” bisa membuatku tambah semangat.

            Hem, belajar mengenai kesabaran itu bukanlah hal yang susah, hanya perlu kebiasaan untuk bisa, contohnya ketika aku sedang tidur maka aku terbiasa sabar untuk tidak segera bangun. Ketika sedang makan maka aku mencoba sabar untuk makan dengan lauk yang dibilang hanya sederhana, ikan, tempe, telur dan sepotong kerupuk. Sabar bukan? Bukan ya,, iya deh itu salah, ku akui.

            Tadi pagi aku sedang bersih-bersih kamar, ceritanya sok rajin membersihkan sawang-sawang yang mulai mengotori pojok an kamar. Di sana aku menemukan beberapa laba-laba yang sudah membikin sarang, wah sarangnya sudah mulai banyak tampak hitam menempel di sapu. Sayang, beberapa laba-laba kehilangan rumahnya. “Tapi kan ini biar bersih, bukan maksudku untuk mengusikmu ya laba-laba”, kataku dalam hati.

            Setelah beberapa waktu berdiam di tangga rumah, ternyata aku masih memikirkan nasib laba-laba tadi. Aku mematikan beberapa nyawa, ya di tanganku ‘berlumuran darah’ (nyawa) si hewan berkaki banyak itu. Semakin banyak dosaku, begitu gak sih? Karena aku juga gak begitu faham soal agama. Baru cethek ilmuku.

            Kembali ke soal laba-laba tadi, dimana ia telah kehilangan rumah dan beberapa mangsa yang mungkin telah ia bungkus dan siap disantap siang nanti. Tapi aku tega menghancurkan rencana laba-laba tadi, hik hik hikss……

            Hasil renunganku adalah kesabaran yang dimiliki laba-laba memang luar biasa, ketika rumah-rumah mereka di gusur, mereka tidak penah komplain dan bilang “woihhh ini rumah yang sudah aku buat dengan susah payah dengan peluhku beberapa hari, apa loe gak liat? Kok malah seenaknya kau hancurkan. Mana ganti ruginya?” iuhhh…. Kalo aku di demo sama bala tentara laba-laba gimana ya, kok aku gak mikir sampe situ.

            Malah mereka dengan takut berlarian hingga yang tak segera harus hilang nyawanya. Tapi beberapa bulan kemudian sarang-sarang itu bermunculan kembali, mereka mulai memenuhi kamarku lagi. Huft….. ketekunan mereka merangkai setiap simpul untuk membangun rumah-rumahnya, mereka sabar melakukan itu. Meski mereka tak tahu kapan sarng itu akan dirusak lagi. Setelah jadi Mungkin beberapa jam bisa saja mereka tak menghuninya lagi. Weh, kurang ajar yah ni aku.

            Kalo laba-laba bisa ngomong dan menimpali aku dengan kata-kasarnya mungkin aku akan takut, dan aku akan segera lari juga dari kamar. Tapi memang tuhan memberi kelebihan dari sebagian makhluk ciptaanya. Ini bukan tulisan renungan loh ya, jadi setelah baca ini mungkin kawan-kawan jangan sampai galau. Hehehehe

 

Warga purwodadi

Comments