Fijai Murdiono
Teori belajar memiliki warisan yang kaya
dan beragam. Sebagai akibat dari warisan ini, banyak sudut pandang tentang
proses belajar yang bermunculan. Sudut pandang yang dianut oleh sejumlah ilmuan
disebut sebagai paradigma. Adapun beberapa sudut pandang yang dapat
diidentifikasi ke dalam teori belajar antara lain: 1) Fungsionalistik, 2) Asosiasinistik, 3)
Kognitif, 4)Neurofisiologis, 5) Evolusioner. Paradigma fungsionalistik
menekankan hubungan antara belajar dengan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Paradigma asosiasionistik mempelajari proses belajar dalam term hokum asosiasi.
Paradigma kognitif menekankan sifat kognitif dalam belajar. Paradigma
neurofisiologis mengisolasi korelasi neurofisiologis dari hal-hal seperti
belajar, persepsi, pemikira, dan kecerdasan. Paradigma evolusioner menekankan
pada sejarah evolusi proses belajar orgaisme.
Paradigma-paradigma yang berkembang
harus dlihat sebagai kategori kasar karena sulit untuk menemukan teori belajar
yang sesuai persis dengan dengan salah satu dari kategori itu. Ketika meletakkan
satu teori dalam paradigma tertentu berdasarkan penekanan utama, maka
aspek-aspek tertentu dari paradigma lain dapat ditemukan. Sebagai contoh, teori
Tolman sulit dikategorisasikan karena mengandung elemen fungsionalistik dan
kognitif. Teori Piaget banyak dipengaruhi oleh teori Darwin namun banyak
kesamaan dengan teori dalam paradigma fungsionalistik. Teori Hull dimasukkan
dalam paradigma fungsionalis, namun teori ini banyak didasarkan pada gagasan
asosiasinistik.
Paradigma Kognitif Dominan
a.
Teori Gestalt
Gestall mengedepankan penggunaan teknik
ceramah (lecture), tetapi akan berusaha agar ada interaksi antara guru dan
murid. Teori ini juga menghindari
memorisasi fakta tanpa pemahaman. Ketika
hal-hal yang dipelajari telah dipahami
maka mudah diaplikasikan ke situasi yang baru dan dipertahankan dalam jagka
waktu lama.
b.
Teori Piaget
Materi pendidikan harus disesuaikan
dengan struktur kognitif anak, karena kemampuan untuk mengasimilasi bervariai
dari satu anak dengan anak yang lain sehingga pendidikan harus
diindividualisasikan. Selain itu pendidikan membutuhkan pengalaman yang
menantang bagi pembelajar sehingga proses asimilasi dan akomodasi dapat
menghasilakan pertumbuhan intelektual.
c.
Teori Tolman
Tolman mendukung diskusi kelompok kecil
dalam kelas. Setiap siswa mempunyai kesempatan secara individual/sebagai
anggota kelompok untuk menguji ide secara memadai. Menurut Tolman, belajar
terjadi secara konstan. Siswa berusaha mengembangkan ekspektasi/keyakinan yang
sesuai dengan kenyataan. Guru membantu siswa merumuskan hipotesis dan member
pengalaman yang mengonfirmasikan ketika hipotesis itu benar. Dengan cara ini
siswa mengembangkan peta kognitif yang akan memandu aktivitas siswa.
d.
Teori Bandura
Implikasi teori Bandura dalam
pembelajaran menekankan sesuatu yang dapat dipelajari melalui pengalaman
langsung yang bisa dipelajari secara tidak langsung dengan observasi. Belajar
observasional memiliki implikasi edukasional apabila guru memperhatika: 1)atensional/perhatian,
2) retensional, 3) motor/mampu melakukan perilaku yang dipelajari, 4) motivasi
dari siswa. Pemberian model sangat efektif dan berpengaruh besar terhadap
pembelajaran siswa. Model yang efektif digunakanadalah dengan film, televisi,
tape, demonstrasi, dan display.
Paradigma Kognitif (Tolman)
Konsep dasar
Gabungan teori belajar Gestalt dan
behaviorist. Teori S-S adalah menekankan hubungan berbagai peristiwa dalam
proses belajar. Stimulus akan memancing timbulnya stimulus lain kemudian. Belajar
dilakukan sepanjang hidup sehingga motivasi bersifat perceptual emphasize.
Cognitive mapping adalah gambaran dari suatu lingkungan akibat adanya stimulus
yang menjadi pemicu stimulus lainnya.
Principle of least effort: cognitive
mapping yang terbentuk dalam proses belajar akan memunculkan berbagai
alternative dalam mencapai tujuan perilaku pada akhirnya pilihan yang
mengandung usaha terkecil yang dipilih.
Tipe belajar:
Cathexes: belajar dengan tendensi
mengasosiasikan objek tertentu dengan dorongan tertentu.
Equivalence beliefs: ketika sebuah
sub-goal memiliki efek yang sama dengantujuan utamanya, lebih melibatkan social
drive daripada psychological drives.
Field expectancies: serupa dengan
cognitive map.
Field cognition modes: mempelajari
strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
Drive discriminations: organisme dapat
membedakan berbagai dorongan yang ada dan menyesuaikan dengan perilaku yang
tepat.
Mekanisme belajar:
Confirmation: dengan mengembangkan
cognitive mapping akan muncul berbagai ekspektasi sementara atau hipotesis.
Hipotesis yang berhasil dikonfirmasi oleh individu akan membentuk cognitive
mapping sedangkan yang gagal akan diabaikan.
Vicarious trial and error: organisme
melakukan proses kognitif sebelum melakukan perilaku mempertimbangkan banyak
alternatif sebelum memutuskan apa yang harus dilakukan.
Latent learning: tidak semua hasil
belajar termanifestasikan dalam perilaku. Hasil belajar disimpan dan
dikeluarkan ketika dibutuhkan.
Place learning and response learning:
belajar melalui respon dan tempat.
Reinforcement expectancy: organisme
mempelajari reinforce tertentu pada perilaku tertentu.
Aplikasi:
Dalam permainan catur, dibutuhkan perencanaan
yang matang dalam menentukan langkah, karena penerapan langkah yang bagus akan
memberikan efek yang bagus pada langkah lagkah berikutnya.
Comments
Post a Comment