Game untuk Pendidikan
Sudah lama kita
sebenarnya mengenal permainan, yang dalam bahasa inggrisnya disebut dengan kata
“GAME.” Pada hari senin, 23 Maret 2015, Garibaldi W. Mukti selaku Chef
Marketing Officer (CMO) memberikan pencerahan kepada beberapa mahasiswa di Aula
Kampus Universitas Muria Kudus.
Game sering diartikan
dalam arti sempit sebagai video game, padahal permainan (game) tidak sesempit
itu. Game dalam hal luas dipahami sebagai lingkungan pelatihan yang baik bagi
dunia nyata dalam organisasi yang menuntut pemecahan masalah secara kolaboratif.
Pemahaman tersebut dikemukakan oleh John C Beck dan Mitchell Wade. Mengacu pada
pengertian tersebut, Petak umpet, maen kelereng, dakonan, halma dan permainan
tradisional lain dapat juga diartikan sebagai Game.
Di masyarakat sering
juga orang mendiskretkan game dengan kekerasan dan kemalasan. Stigma ini
memperjelas hasil dari sejumlah penelitian tentang hal tersebut. Namun hal ini
dibantah oleh beberapa orang yang mempertanyakan kenapa sebelum generasi Game
modern seperti sekarang juga banyak terjadi perang? jikalau memang game adalah
sumber dari kekerasan, pertikaian, dan kemalasan. Hal ini dapat membuktikan
bahwa game tidaklah satu-satunya faktor yang bersalah atas kekerasan yang
terjadi di masyarakat. Ada faktor lain yang juga dominan dalam proses
pembentukan kepribadian seorang individu.
Faktor lingkungan yang
terdekat dengan anak-anak misalnya keluarga, sekolahan, dan lingkungan ia
bermain sehari-harinya.
Apabila kita jeli, game
juga memiliki banyak manfaat positif. Ibaratnya Game adalah sebuah peralatan
dapur. Pisau, tergantung digunakan oleh siapa. Sebuah pisau bisa bermanfaat
bila digunakan oleh seorang koki. Nasi Goreng yang enak bisa tersaji. Telor
dadar dipagi hari bisa siap dimakan bersama keluarga.
Dalam analogi lain,
Game bisa menjadi Hiburan bagi yang memainkannya. Namun, game juga bisa menjadi
media provokasi negatif bagi pemainnya. Analogi Game dengan Televisi menyatakan
bahwa hal yang terpenting dalam sebuah konten adalah pesan apa yang ingin
disampaikan dalam pertunjukkannya, baik itu lewat siaran televisi atau dalam
sebuah konsep permainan.
Game dapat pula bermuatan
pengetahuan, pendidikan dan hiburan. Apabila terlalu banyak mengkonsumsi
permainan yang menyenangkan kita bisa lupa akan belajar, dan bersosialisasi
untuk mengenal individu lain. Itulah yang menyebabkan perkembangan mental
seseorang menjadi tidak sempurna, sehingga memunculkan berbagai kasus kekerasan
yang disebabkan oleh permaianan(game). Salah satu contohnya, ada seorang anak
yang dibunuh oleh orang tuanya sendiri karena dianggap mengganggu ayahnya yang
sedang bermain game Farm Ville. Alexandra Tobias menganggap anaknya terlalu
rewel, banyak menangis.
Berlatar belakang dari
“case” yang telah disebutkan, maka kita memiliki tantangan yang besar untuk
membungkus sebuah pesan yang positif menjadi menarik, tidak bosan untuk
dilakukan berulang-ulang dan tentunya memiliki pengaruh yang baik bagi pemain
game tersebut. Ini adalah seni mempengaruhi orang lain secara modern.
Sisi Positif Game
Banyak game yang sudah
laris dipasaran, ada yang mampu bertahan hingga sekarang, adapula yang sudah
mati ditelan zaman. kehidupan dunia game memang penuh seluk beluk yang rumit.
Susah dipahami. Tetapi, di situlah seni dari menciptakan sebuah permainan.
Kesempatan yang luas
untuk menanamkan hal positif kepada semua orang bisa dilakukan melalui apa
saja, termasuk game. ada banyak permainan yang telah diciptakan yang mengandung
unsur pendidikan. kebaikan itu bisa disampaikan secara implisit maupun
eksplisit. Metode penyampaian secara eksplisit lebih jelas dan mudah untuk
dilakukan, tidak sesulit pada penyampaian implisit atau tersirat. Beberapa
contoh game yang memuat bentuk penyampaian implisit dan populer dimasyarakat.
Final Fantasy mengajarkan pemainnya untuk mengenal persaudaraan dan berlatih
berbahasa inggris. Sim City mengajarkan kita untuk bisa mengatur keuangan
dengan baik, mengajarkan prioritas terhadap kebutuhan. Ini bermanfaat dalam
kehidupan nyata manusia, dimana manusia seringkali dihadapkan dengan
keterbatasan materi dan segudang keinginan untuk membeli sesuatu. Sehingga ia
harus memiliki ketrampilan dalam mengelola keuangan dan kehidupannya.
Game yang menyenangkan
ialah game yang memberikan kesan yang dalam ketika memainkannya. Pada saat
itulah Kita ingin terus mengulangi kesan yang sama atau kesan baru yang bisa
didapat melalui bagian game yang belum pernah dicoba. Untuk menciptakan game
yang benar-benar hidup, layaknya kehidupan manusia. ada beberapa tips dapat
dimuat dalam konten dari game tersebut. pertama, tentukan kejelasan dari tujuan
yang hendak dicapai. layaknya sebuah kehidupan, game harus memiliki tujuan yang
harus diselesaikan. Dalam meraih tujuan tersebut, pasti terdapat banyak
rintangan, masalah, dan tantangan yang harus dilalui. Ini adalah kesempatan
menciptakan pengalaman dalam permainan.
Layaknya sebuah
kehidupan nyata, dalam perjalanan menyelesaikan rintangan, masalah dan
menghadapi musuh, harus ada sebuah reward bagi seorang pejuang game yang
berhasil. Reward ini akan menambah semangat seorang pejuang game dari sisi
psikologisnya. ia akan lebih bersemangat memainkan game. namun sebaliknya, jika
seorang pejuang melakukan kesalahan, atau kalah ia harusnya juga mendapatkan
hukuman. misalnya dengan pengurangan point, uang, senjata, atau nyawa. Semua
itu bertujuan memberikan pengalaman terbaik saat memainkan sebuah game.
Apabila kita sudah tahu
tentang permainan yang mendidikan, lalu muncul sebuah pertanyaan, bagaimana
menciptaannya?
education games
bertujuan membuat proses belajar menjadi lebih menyanangkan. Memanfaatkan
teknologi dalam proses belajar dan mengajar.
Ada tahapan umum untuk
membuat sebuah game. Menurut slide presentasi dari Garibabaldy Mukti yang
mewakili sebuah Developer Game di Bandung, Night Spade, menyatakan, tahapan
pertama adalah pembuatan konsep dari sebuah game.
Pembuatan konsep ini
sangat penting karena akan menjadi menentukan bagaimana proses penyusunan game
akan berjalan. Ibaratnya, Game Desain dan game rought adalah Riil dari sebuah
kereta yang akan berjalan. Tahapan ini mengumpulkan materi yang diperlukan,
riset mendalam tentang ide dasar, tema, target audience, teknologi, platform,
serta batasan lain yang dirumusan.
Berikutnya, penyusunan
prototype, tahap ini meliputi perumusan game play, aturan-aturan yang ada serta
mekanisme antara pemain (aktor) dalam game dengan lingkungannya. Baik itu
lingkungan dengan aktor lain atau lingkungan abiotiknya.
Setelah itu, dibuatlah
dummy game yang telah dirancang. Proses prototype itu digunakan untuk menguji gameplay
serta berbagai konsep yang telah disusun. memperjelas gambaran kepada semua
anggota tim pengembang agar lebih memahami apa kekurangan dan bagaimana
pengembangan selanjutnya.
Tahap Alpha dan beta
hampir sama dengan proses prototype, bedanya, tahapan ini mempunyai fokus untuk
mengetahui apakah semua komponen utama dari game telah mampu memberikan user
experience seperti yang diharapkan sekaligus juga mendeteksi adanya masalah
teknis yang belum terdeteksi pada tahap sebelunya. Tahap ini seringkali disebut
tahap ujicoba, perlakuan ujicoba biasanya dilakukan oleh seorang game tester.
bisa juga melakukan proses beta release. kadang-kadang perusahaan mengunakan
cara seperti itu. hal tersebut berfungsi untuk mendapatkan respone dari
beberapa penguna setia yang telah memainkan game tersebut pada versi
sebelumnya.
Tahapan akhir dari
sebuah Game development adalah proses pengenalan (release) ke pasar. Ada
beberapa platform game yang bisa menjadi tempat untuk merealease sebuah game,
Ada android market, google chrome market, apple store dan masih banyak lagi
yang lainnya. Proses Realease ini biasanya disertai dengan program marketing
yang bagus agar game tersebut dapat dikenal cepat oleh pasar. Misalnya ada
program diskon item game tertentu. Ada pula yang memberlakukan diskon harga,
Gratis sampai tanggal yangditentukan. dan banyak cara lagi untuk memasarkan
sebuah game.
201351191
Teknik
Informatika
Universitas Muria Kudus
Comments
Post a Comment