Teori Behavior Menurut Neil Miller
Dan John Dollard
Neil Miller dan John Dollard
John
Dollard dan Neil E. Miller keduanya mengabdi di Institute Of Human Relation, antara Dollard
dan Neil E. Miller berbeda dalam mengambil suatu gagasan namun dengan
pendekatan psikoanalisis antropologi dan sosial keduanya melakukan sebuah
gagasan teori yang nantinya sangat berpengaruh di bidang psikologi yang dikenal
dengan stimulus- response
theory yang berkaitan dengan teori belajar.
Dari
teori yang diketemukan oleh Dollard dan Miller bahwa mereka beranggapan bahwa
kebiasaan merupakan salah satu elemen dalam struktur kepribadian, kemudian
bagaimana Dollard dan Miller menjelaskan dinamika kepribadian, perkembangan
kepribadian serta tingkah laku abnormal.
John Dollard
John Dollard dilahirkan di Menasha,
Wisconsin, pada tanggal 29 Agustus 1900. Ia menerima gelar A.B. dari
Universitas Wisconsin pada tahun 1922 dan berturut-turut meraih M.A. (1930) dan
Ph.D.-nya (1931) dalam bidang sosiologi di Universitas Chicago. Dari tahun 1926
sampai dengan 1929 la menjadi salah seorang pembantu rektor Universitas
Chicago.
Pada tahun 1932 ia menerima jabatan
rektor di bidang antropologi di Universitas Yale dan pada tahun berikutnya
menjadi rektor di bidang sosiologi pada Institut of Human Relations yang baru
saja didirikan. Pada tahun 1935, ia menjadi peneliti pada institut tersebut dan
pada tahun 1948 menjadi peneliti dan profesor di bidang psikologi. Ia dipensiunkan sebagai profesor pada
tahun 1969. Ia memperoleh pendidikan dalam psikoanalisis dari Institut Berlin
dan menjadi anggota dari Western New England Psychoanalytic Society. Keyakinan
Dollard dan dedikasi pribadinya terhadap penyatuan ilmu-ilmu pengetahuan sosial
tercermin tidak hanya dalam tulisan- tulisannya tetapi juga dalam fakta bahwa
ia pernah mengemban tugas- tugas akademik di bidang antropologi, sosiologi,
dan psikologi pada satu universitas.
Dollard telah menulis banyak artikel
teknis dalam ilmu-ilmu pengetahuan sosial mulai dari etnologi sampai psikoterapi. Ia telah mengarang sejumlah buku
yang juga mencerminkan minatnya yang luas itu. Caste and class in a
Southern town (1937) adalah suatu penelitian lapangan yang sangat dihargai
mengenai peranan orang- orang kulit hitam dalam suatu masyarakat di bagian
selatan di AS dan merupakan salah satu contoh karya awal analisis kebudayaan
dan kepribadian. Karya ini disusul oleh sebuah buku serupa, Children of
bondage (1940), yang ditulis bersama Allison Davis. Ia menerbitkan dua buku
berisi analisis psikologis tentang rasa takut: Victory over fear (1942)
dan Fear in battle (1943); dan suatu monograf penting mengenai
penggunaan bahan sejarah kehidupan, Criteria for the life history
(1936). Bersama Frank Auld dan Alice White ia menerbitkan Steps in psychotherapy
(1953), sebuah buku yang menyajikan suatu metode psikoterapi yang mencakup
pendeskripsian yang rinci tentang individu yang sedang dalam perawatan, dan
bersama Frank Auld menerbitkan Scoring human motives (1959).
Neil Miller
Neal Miller dilahirkan di Milwaukee,
Wisconsin, pada tanggal 3 Agustus 1909 dan meraih gelar B.S.-nya dari
Universitas Washington pada tahun 1931. Ia meraih gelar M,.A.-nya dari
Universitas Stanford pada tahun 1932 dan Ph.D.-nya di bidang psikologi dari
Universitas Yale pada tahun 1935. Dari tahun 1932 sampai dengan tahun 1935 ia
menjadi asisten di bidang Psikologi pada Institute of Human Relations dan
antara tahun 1935-1936 ia mendapat beasiswa dari Social Science Researc
Council dan memanfaatkannya untuk mengikuti pendidikan analisis pada
Institut Psikoanalisis Wina. Dari tahun 1936 sampai tahun 1940, menjadi asisten
dosen dan selanjutnya lektor pada Institute of Human Relations. Ia menjadi peneliti dan lektor pada tahun 1941.
Dari tahun 1942 sampai tahun 1946, ia memimpin suatu proyek penelitian
psikologi untuk Angkatan Udara AS. Pada tahun 1946, ia kembali ke Universitas
Yale, menjadi profesor dalam program kuliah James Rowland Angell di bidang
psikologi pada tahun 1952. Ia menetap di Yale sampai tahun 1966n dan
selanjutnya menjadi profesor psikologi dan kepala Laboratorium Psikologi Fisiologis
pada Universitas Rockefeller.
Selain karena kerjasamanya dengan
John Dollard, Miller juga sangat terkenal di kalangan psikologi berkat karya
eksperimental dan teoritisnya yang cermat tentang proses pemerolehan dorongan-
dorongan, hakikat perkuatan, dan penelitian tentang konflik. Penelitian awalnya
semata- mata bersifat behavioral, tetapi sejak tahun 1950-an Miller mulai
menaruh perhatian pada mekanisme- mekanisme fisiologis yang mendasari dorongan
dan perkuatan serta gejala- gejala sejenis lainnya. Karya ini
disajikan secara rinci dalam terbitan-terbitan jurnal, meskipun banyak di antaranya
telah pula diringkaskan dalam tiga bab buku pegangan yang sangat elok (Miller,
1944, 1951a, 1959). Penghargaan atas sumbangan-sumbangannya tercermin pada berbagai
tanda jasa yang diterimanya. Ini meliputi keanggotaannya dalam National
Academy of Science yang bergengsi itu, terpilih menjadi ketua American
Psychological Association (1959), menerima medali Warren dari Society of
Experimental Psychologist (1957), dan menerima Medal of Science dari
Presiden (1965), suatu tanda kehormatan yang hanya dimilikinya bersama dua
ilmuwan behavioral lain.
Miller dan Dollard bersama- sama
telah menulis dua buku yang berisi penerapan versi yang disederhanakan dari
teori Hull pada masalah- masalah yang menjadi garapan psikolog sosial (Social
leraning and imitation, 1941) dan pada masalah- masalah yang menjadi
perhatian psikolog klinis atau psikolog kepribadian (Personality and
psychotherapy, 1950).
2.2.2. Teori Belajar
Teori ini termasuk dalam aliran
Behaviorisme moderat dan merupakan modifikasi serta penyederhanaan Teori
Perkuatan Leonard Clark Hull yang dihasilkan oleh kerjasama dari John Dollard
dan Neal Miller. Selain itu, teori ini juga bertolak dari Teori Psikoanalitis serta
temuan- temuan dan generalisasi dari antropologi sosial. Maka tidak diragukan
lagi teori ini bercorak klinis dan sosial.
Teori Perkuatan Dollard dan Miller
dihasilkan dari eksperimen laboratorium dengan menggunakan tikus. Dalam
eksperimen, seekor tikus laboratorium dimasukkan dalam kotak persegi dengan
lantai berjaringan kabel listrik dan sebuah sekat rendah yang memisahkan kotak
tersebut menjadi dua. Sebuah bel listrik dipasang dan diatur sedemikian rupa
sehingga pada saat percobaan berlangsung, bel listrik tersebut berbunyi
bersamaan dengan dialirinya listrik yang terputus-putus melalui kabel listrik
pada kotak tersebut. Tikus yang terkejut karena aliran listrik melakukan
variasi respon, hingga akhirnya tikus melakukan respon melompati sekat rendah tersebut
dan listrik berhenti mengalir serta bel berhenti berbunyi. Percobaan ini
diulang terus dan didapatkan bahwa respon melompati sekat rendah sejak bel
berbunyi dan listrik mengalir waktunya semakin lama semakin berkurang.
Pada percobaan berikutnya, tikus
dimasukkan lagi ke dalam kotak dan bel dibunyikan tapi listrik tidak mengalir.
Bel ini terus berbunyi dan baru berhenti ketika tikus melompati sekat rendah di
tengah kotak. Akhirnya, tikus ini melakukan respon melompati sekat rendah dan
berpindah ke ruang lain di kotak tersebut ketika hanya bel saja yang
dibunyikan.
Sesi percobaan berikutnya pun
dilakukan oleh Dollard dan Miller. Kali ini, sebuah pengungkit ditambahkan
dalam kotak. Tikus lalu dimasukkan ke dalam kotak dan bel dibunyikan. Tikus
tersebut melompati sekat rendah, namun bel listrik tidak berhenti berbunyi.
Berbagai variasi respon pun dilakukan oleh tikus hingga akhirnya tikus menekan
pengungkit dan bel berhenti berbunyi. Percobaan terus diulang dan tikus semakin
lama semakin cepat melakukan respon menekan pengungkit segera setelah bel
listrik dibunyikan.
Eksperimen ini secara keseluruhan
menggabungkan antara pengkondisian klasikal dan pengkondisian operan. Ketika
aliran listrik (stimulus tidak terkondisi/ST) dipasangkan dengan bunyi bel
listrik (stimulus terkondisi/SK) dan tikus mengasosiasikan bunyi bel listrik
dengan aliran listrik, maka pengkondisian klasikal telah terjadi. Kemudian
ketika tikus berhasil melakukan respon (R) yang tepat untuk menghindari aliran
listrik dan bunyi bel tersebut, yaitu dengan melompati sekat rendah, maka
pengkondisian operan juga telah terjadi. Dan gabungan dari keduanya menyebabkan
tikus akan melakukan respon melompati sekat rendah (R) ketika ia hanya
mendengar bunyi bel listrik saja (SK) yang telah menggantikan fungsi aliran
listrik (ST). Respon yang mendapat perkuatan saja (dalam hal ini terbebas dari
rasa sakit akibat aliran listrik dan juga asosiasinya (bunyi bel listrik) yang
cenderung diulang. Hal ini bisa kita lihat dari perubahan respon melompati
sekat rendah menjadi respon menekan pengungkit ketika respon melompati sekat
rendah tidak lagi bisa dilakukan untuk mendapat perkuatan.
Satu hal lagi yang penting untuk
diperhatikan dalam teori Dollard dan Miller dari percobaan ini adalah adanya
sesuatu yang disebut respon internal (r) yang kemudian menjadi dorongan (drive/SD)
sebagai isyarat (cue) untuk melakukan respon terbuka (R). Respon
internal (r) ini berupa rasa takut akan rasa sakit yang timbul dari aliran
listrik (rasa sakit ini sendiri adalah dorongan yang bersifat bawaan; contoh
lainnya adalah rasa lapar, haus, dan seks.
Menurut Dollard dan Miller, asosiasi
yang terjadi antara stimulus terkondisi (SK) dengan respon internal (r) inilah
yang disebut kebiasaan (habit) dan membentuk serangkaian proses
berikutnya sampai individu melakukan respon terbuka (R) yang mendapat
perkuatan. Respon internal (r) ini bisa berupa rasa takut dan kecemasan dalam
diri individu.
Dollard dan Miller mengemukakan
bahwa tikus dalam percobaan pertama menggeneralisasikan stimulus, sehingga
setiap kali bel berbunyi dengan variasi intensitas yang berbeda-beda sekali
pun, tikus tetap merespon melompati sekat rendah. Namun tikus bisa juga
melakukan diferensiasi stimulus, jika percobaan dilakukan dengan
mengaliri listrik tepat hanya pada bunyi bel dengan intensitas tertentu, dan
pada intensitas yang lain bel berbunyi tapi tidak ada aliran listrik; sehingga
tikus hanya merespon pada stimulus yang spesifik.
2.2.3. Struktur Kepribadian
Dollard dan Miller kurang menaruh
minat pada unsur-unsur struktural atau unsur-unsur yang relatif tidak berubah
dalam kepribadian, tetapi berminat pada proses belajar dan perkembangan
kepribadian. Kebiasaan adalah konsep struktural kunci dalam teori ini
sebagaimana telah dijelaskan dalam eksperimen bahwa kebiasaan merupakan
asosiasi antara stimulus (baik eksternal maupun internal) dan respon. Susunan
dari kebiasaan yang telah dipelajari tersebut membentuk kepribadian.
Sejumlah kebiasaan melibatkan respon
internal yang membangkitkan stimulus internal yang bersifat dorongan (drive).
Dorongan itu sendiri merupakan stimulus yang cukup kuat untuk mengaktifkan
perilaku. Dorongan terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
- Dorongan Primer (primary drives)
Adalah dorongan-dorongan yang
berkaitan dengan kondisi fisik atau fisiologis, seperti lapar, haus, seks, dan
sebagainya. Dorongan primer ini dianggap kurang penting oleh Dollard dan Miller
dalam tingkah laku manusia karena fungsinya telah tergantikan oleh dorongan
sekunder.
- Dorongan Sekunder (secondary drives)
Merupakan asosiasi pemuasan dari
dorongan primer, seperti kecemasan, rasa takut, gelisah, dan sebagainya.
Dorongan sekunder ini dibandingkan dengan dorongan primer dianggap memiliki
peranan yang lebih penting dalam tingkah laku manusia karena lebih tampak
secara nyata dan dipandang sebagai bagian-bagian kepribadian yang bersifat
menetap.
2.2.4. Dinamika Kepribadian
Dollard dan Miller sangat eksplisit
dalam mendefinisikan sifat motivasi. Mereka menguraikan secara rinci
perkembangan dan perluasan motif-motif, tetapi mereka tidak membahas taksonomi
dan klasifikasi motif. Mereka berfokus pada motif-motif tertentu, misalnya
kecemasan, dan analisis motif dibuat untuk menjelaskan proses umum yang berlaku
untuk semua motif. Pengaruh dorongan-dorongan pada manusia menjadi rumit karena
munculnya sejumlah dorongan baru. Dorongan-dorongan yang baru merupakan hasil
penurunan atau pemerolehan sama seperti dorongan yang dipelajari.
Selama proses pertumbuhan, tiap
individu mengembangkan sejumlah besar dorongan sekunder yang bertugas membentuk
tingkah laku. Dorongan-dorongan yang dipelajari ini diperoleh dari
dorongan-dorongan primer, yang merupakan perluasan dorongan-dorongan tersebut,
dan merupakan bentuk luar dimana tersembunyi fungsi-fungsi dorongan-dorongan
bawaan yang mendasarinya. Stimulus dorongan sekunder umumnya telah menggantikan
fungsi asli stimulus dorongan primer. Dorongan-dorongan yang diperoleh misalnya
kecemasan, rasa malu, dan keinginan untuk menyenangkan orang lain, mendorong
sebagian besar perbuatan manusia. Implikasi peranan dorongan-dorongan primer
dalam banyak hal tidak dapat diamati lagi dalam situasi biasa pada seorang
dewasa yang memasyarakat. Hanya dalam proses perkembangan, atau pada masa-masa
kritis (gagal dalam penyesuaian diri menurut tuntutan kultural masyarakat), orang
dapat mengamati dengan jelas bekerjanya dorongan-dorongan primer.
2.2.5. Perkembangan Kepribadian
Dollard dan Miller menganggap bahwa
manusia pada saat lahir dan beberapa saat sesudahnya hanya memiliki sejumlah
kapasitas tingkah laku yang terbatas, yaitu: pertama, sejumlah kecil respon
khusus yang sebagian terbesar berupa respon terhadap satu atau segolongan
stimulus spesifik; kedua, sejumlah hierarki respon bawaan, yakni
kecenderungan-kecenderungan melakukan respon-respon tertentu dalam situasi stimulus-
stimulus tertentu sebelum respon- respon tertentu lainnya; ketiga, memiliki
seperangkat dorongan primer yang berupa stimulus- stimulus internal yang sangat
kuat dan tahan lama, serta umumnya berhubungan erat dengan proses fisiologis.
Dalam perkembangannya, manusia
mengalami proses belajar yang oleh Dollard dan Miller dikemukakan empat konsep
penting di dalamnya, yaitu: dorongan, sebagaimana telah dijelaskan di
awal; isyarat (cue), adalah suatu stimulus yang membimbing respon
organisme dengan mengarahkan atau menentukan ketepatan sifat responnya (isyarat
ini menentukan kapan organisme harus merespon, mana yang harus direspon, dan
respon mana yang harus diberikan); respon, merupakan bagian yang sangat
penting dalam proses belajar, sebagaimana dijelaskan oleh Dollard dan Miller
bahwa sebelum suatu respon tertentu dapat dihubungkan dengan suatu isyarat
tertentu maka respon harus terjadi dahulu, dan tahap yang menentukan dalam
proses belajar adalah menentukan respon mana yang cocok; dan perkuatan (reinforcement).
Proses-proses belajar yang terjadi
mendasari perolehan dorongan sekunder yang merupakan perluasan dari dorongan
primer. Stimulus yang kuat dapat membangkitkan respon internal yang kuat, yang
lalu menghasilkan stimulus internal yang lebih lanjut lagi. Stimulus internal
lanjutan ini bertindak sebagai isyarat untuk membimbing atau mengontrol
dorongan yang memaksa organisme bertindak sampai ia mendapat perkuatan atau
suatu proses lain yag menghalanginya. Proses perkuatan membuat respon atau
perilaku dapat berulang, sedangkan proses lain yang menghalangi dapat secara
berangsur-angsur menghapus respon tersebut. Penghapusan respon tersebut dapat
juga dilakukan dengan counterconditioning di mana respon kuat yang tidak
sesuai disesuaikan pada isyarat yang sama, misalnya stimulus (isyarat) yang
menghasilkan respon takut dipasangkan dengan makanan, sehingga lama-lama respon
takut tersebut bisa menghilang.
Sebagaimana ahli- ahli
psikoanalisis, Dollard dan Miller sepakat bahwa 6 tahun pertama kehidupan
merupakan faktor penentu penting bagi tingkah laku orang dewasa. Dan konflik
tak sadar bisa dipelajari pada masa ini yang akhirnya menimbulkan
masalah-masalah emosional di kehidupan kemudian.
2.2.6. Psikopatologi
Tidak seorangpun manusia yang
berfungsi dengan sedemikian efektif sehingga semua kecenderungannya harmonis
dan terintegrasi dengan baik, tetapi juga dapat memunculkan masalah yang
disebabkan karena adanya motif-motif atau kecenderungan-kecenderungan yang
saling bertentangan yang disebut konflik. Tingkah laku konflik sendiri
dijelaskan oleh Dollard dan Miller dengan lima asumsi dasar:
- Asumsi yang menyatakan bahwa kecenderungan untuk
mendekati suatu tujuan menjadi semakin kuat ketika individu menjadi
semakin dekat dengan tujuan itu, yang disebut dengan perubahan tingkat
mendekati (gradient of approach).
- Asumsi yang menyatakan bahwa kecenderungan menjauhi
suatu stimulus negatif menjadi semakin kuat ketika individu menjadi
semakin dekat stimulus itu, yang disebut dengan perubahan tingkat menjauhi
(gradient of avoidance).
- Asumsi yang menyatakan bahwa perubahan tingkat menjauhi
lebih tajam dibandingkan perubahan tingkat mendekati.
- Asumsi yang menyatakan meningkatnya dorongan yang
diasosiasikan dengan mendekat atau menjauh akan berakibat meningkatnya
bobot perubahan tingkat pada umumnya.
- Asumsi yang menyatakan bahwa jika ada dua respon yang
bersaing maka yang lebih kuat yang akan muncul.
Berdasarkan asumsi tersebut, mereka
dapat membuat prediksi bagaimana cara individu menghadapi berbagai tipe
konflik:
- Approach- avoidance conflict
(tipe konflik mendekat-menjauh)
- Approach- approach conflict
(tipe konflik mendekat-mendekat)
- Avoidance- avoidance conflict
(tipe konflik menjauh-menjauh)
Selain itu Dollard dan Miller juga
mencurahkan sebagian besar teori mereka untuk menjelaskan kondisi-kondisi yang
menyebabkan berkembangnya aneka neurosis. Inti setiap neurosis adalah konflik
tak sadar yang kuat dan sumber-sumber konflik itu hampir selalu ditemukan dalam
masa kanak-kanak individu. Menurut mereka, konflik-konflik neurotik diajarkan
oleh orang tua dan dipelajari oleh anak. Karena konflik-konflik neurotik
bersifat tidak sadar, maka individu tidak dapat mengarahkan
kemampuan-kemampuannya untuk memecahkan masalah. Selama konflik-konflik tetap
tidak disadari maka konflik-konflik tersebut tidak hanya akan terus bertahan
tetapi juga akan menyebabkan berkembangannya reaksi-reaksi atau simptom-simptom
yang lebih lanjut lagi yang berupa akibat-akibat dari kekacauan emosional atau
berupa tingkah laku yang memungkinkan individu melarikan diri dari
ketakutan-ketakutan dan kecemasan mereka untuk sementara waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. Psikologi Kepribadian.
Malang: UMM Press. 2004.
Cyrilla. 2009. Teori Perkuatan Dollard Miller.
http://cyrillaq.blogspot.com. 5 Maret 2010.
Georee, George. Sejarah Psikologi.
Yogyakarta: Primasophie. 2005.
Supartiknya. Teori-teori Sifat dan Behavioristik.
Yogyakarta: IKAPI-KANISIUS. 1998.
Comments
Post a Comment