HOLISM AND HUMANISM: CARL ROGERS
Rogers adalah seorang psikoterapist yang melibatkan peneliti
kedalam sesi terapi (memakai tape recorder) yang pada tahun 1940an membuka sesi
klien yang masih tabu dicermati oleh orang lain. Dengan cara itu orang mulai
belajar tentang hakekat psikoterapi dan proses beroperasinya. Model terapi yang
dikembangkan oleh Rogers lebih dikenal dengan sebutan client centered.
Dibandingkan teknik terapi yang ada masa itu, teknik ini
adalah pembaharuan karena mengasumsikan posisi yang sejajar antara terapis dan
pasien (dalam konteks ini pasien disebut klien). Hubungan terapis-klien
diwarnai kehangatan, saling percaya, dan klien diberikan diperlakukan sebagai
orang dewasa yang dapat mengambil keputusan sendiri dan bertanggungjawab atas
keputusannya. Tugas terapis adalah membantu klien mengenali masalahnya,
dirisnya sendiri sehingga akhrinya dapat menemukan solusi bagi dirinya sendiri.
Menurut rogers seorang terapis harus genuine dan
tidak bersembunyi dibalik perilaku defensif. Mereka harus membiarkan klien
memahami perasaannya sendiri. Terapis juga harus berusaha memahami dunia klien.
Terapis juga harus bisa membuat klien merasa nyaman dalam proses terapi. Rogers
memandang proses terapeutik sebagai model dari hubungan interpersonal, hal
inilah yang mendasari ia memformulasikan teori tentang hubungan interpersonal
yang diringkas sebagai berikut:
a. Minimal dua orang yang bersedia
terjadinya kontak.
b. Masing-masing mampu dan bersedia
untuk menerima komunikasi dari yang lainnya.
c. Berhubungan terus menerus dalam beberapa
jangka waktu.
Menurut Rogers, klien datang kepada konselor dalam keadaan
tidak selaras, yakni terdapat ketidakcocokan antara persepsi diri dan
pengalaman dalam kenyataan. Pada mulanya, klien boleh jadi mengharapkan terapis
akan menyediakan jawaban-jawaban dan pengarahan atau memandang terapis sebagai
seorang ahli yang bisa menyediakan pemecahan-pemecahan ajaib. Hal-hal yang
mendorong klien untuk menjalani terapi mungkin adalah perasaan tidak berdaya,
tidak kuasa dan tidak berkemampuan untuk membuat keputusan-keputusan untuk
mengarahkan hidupnya sendiri secara efektif. Klien mungkin berharap menemukan
jalan melalui pengajaran dari terapis . bagaimanapun, dalam kerangka client
centered klien dengan segera belajar bahwa ia bertanggung jawab atas
dirinya sendiri dan bahwa dia bisa belajar lebih bebas untuk memperoleh
pemahaman diri yang lebih besar melalui hubungan dengan terapis.
THE SELF
Carl Rogers mendeskripsikan the self sebagai sebuah
konstruk yang menunjukan bagaimana setiap individu melihat dirinya sendiri.
Konsep pokok dari teori kepribadian Rogers adalah self, sehingga dapat
dikatakan self merupakan satu-satunya sruktur kepribadian yang sebenarnya. Self
ini dibagi 2 yaitu : Real Self dan Ideal Self. Real Self adalah keadaan diri
individu saat ini, sementara Ideal Self adalah keadaan diri individu yang ingin
dilihat oleh individu itu sendiri atau apa yang ingin dicapai oleh individu
tersebut. Perhatian Rogers yang utama adalah bagaimana organisme dan self dapat
dibuat lebih kongruen.
Self atau konsep self adalah konsep menyeluruh yang ajeg dan
terorganisir tersusun dari persepsi ciri-ciri tentang “I” atau “me” (aku
sebagai subyek atau aku sebagai obyek) dan persepsi hubungan “I” atau “me”
dengan orang lain dan berbagai aspek kehidupan, berikut nilai-nilai yang
terlibat dalam persepsi itu. Konsep self menggambarkan konsepsi orang tentang
dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya.
Konsep self juga menggambarkan pandangan diri dalam kaitannya dengan berbagai
perannya dalam kehidupan dan dalam kaitannya dengan hubungan interpersonal.
DINAMIKA KEPRIBADIAN
Menurut Rogers, organisme memiliki satu kekuatan pendorong
tunggal – mendorong aktualisasi diri – dan satu gol tunggal dalam hidup – untuk
menjadi diri yang teraktualisasikan. Pengalaman dinilai apakah dapat member
kepuasan atau tidak, mula-mula secara fisik namun kemudian berkembang menjadi
kepuasan emosional dan sosial. Akhirnya konsep self itu mencakup gambaran siapa
dirinya, siapa seharusnya dirinya dan siapa kemungkinan dirinya. Kesadaran
memiliki konsep dir kemudian mengembangkan penerimaan positif.
Sebagaimana ahli humanistik umumnya, Rogers mendasarkan
teori dinamika kepribadian pada konsep aktualisasi diri. Aktualisasi diri
adalah daya yang mendorong pengembangan diri dan potensi individu, sifatnya
bawaan dan sudah menjadi cirri seluruh manusia. Aktualisasi diri yang mendorong
manusia sampai kepada pengembangan yang optimal dan menghasilkan cirri unik
manusia seperti kreativitas, inovasi, dan lain-lain.
1. Penerimaan Positif (Positive
Regard). Orang merasa puas menerima regard positif, kemudian juga merasa
puas dapat memberi regard positif kepada orang lain.
2. Konsistensi dan Salingsuai Self (Self
Consistensy and Congruence). Organisme berfungsi untuk memelihara konsistensi
(keajegan = keadaan tanpa konflik ) dari persepsi diri, dan kongruen
(salingsuai) antara persepsi self dengan pengalaman.
3. Aktualisasi Diri (Self
Actualization). Freud memandang organisme sebagai sistem energi, dan
mengembangkan teori bagaimana energi psikik ditimbulkan, ditransfer dan
disimpan. Rogers memandang organisme terus menerus bergerak maju. Tujuan
tingkahlaku bukan untuk mereduksi tegangan enerji tetapi mencapai aktualisasi
diri yaitu kecenderungan dasar organisme untuk aktualisasi: yakni kebutuhan
pemeliharaan (maintenance) dan peningkatan diri (enhancement).
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Rogers tidak membahas teori pertumbuhan dan perkembangan dan
tidak melakukan riset jangka panjang yang mempelajari hubungan anak dengan
orangtuanya. Namun ia yakin adanya kekuatan tumbuh pada semua orang yang secara
alami mendorong proses organism menjadi semakin kompleks, ekspansi, otonom,
sosial dan secara keseluruhan semakin aktualisasi diri. Struktur self menjadi
bagian terpisah dari medan fenomena dan semakin kompleks. Self berkembang
secara utuh keseluruhan, menyentuh semua bagian-bagiannya. Berkembangnya self
diikuti oleh kebutuhan penerimaan positif dan penyaringan tingkah laku yang
disadari agar tetap konruen dengan struktur self.
Contoh sederhana dapat dilihat sebagai berikut: seorang
gadis kecil yang memiliki konsep diri bahwa ia seorang gadis yang baik, sangat
dicintai oleh orangtuanya, dan yang terpesona dengan kereta api kemudian
menungkapkan pada orang tuanya bahwa ia ingin menjadi insinyur mesin dan
akhirnya menjadi kepala stasiun kereta api. Orang tua gadis tersebut sangat
tradisional, bahkan tidak mengijikan ia untuk memilih pekerjaan yang
diperutukan laki-laki. Hasilnya gadis kecil itu mengubah konsep dirinya. Dia
memutuskan bahwa dia adalah gadis yang “tidak baik” karena tidak mau menuruti
keinginan orang tuanya. Dia berfikir bahwa orang tuanya tidak menyukainya atau
mungkin dia memutuskan bahwa dia tidak tertarik pada pekerjaan itu selamanya.
Beberapa pilihan sebelumnya akan mengubah realitas seorang
anak karena ia tidak buruk dan orangtuanya sangat menyukai dia dan dia ingin
menjadi insinyur. Self image dia akan keluar dari tahapan pengalaman aktualnya.
Rogers berkata jika gadis tersebut menyangkal nilai-nilai kebenarannya dengan
membuat pilihan yang ketiga – menyerah dari ketertarikannya – dan jika ia
meneruskan sesuatu sebagai niali yang di tolak oleh orang lain, dirinya akan
berakhir dengan melawan dirinya sendiri. Dia akan merasa seolah-olah dirinya
tidak mengetahui dengan jelas siapa dirinya sendiri dan apa yang dia inginkan,
maka ia akan berkepribadian keras, tidak nyaman,
Jika penolakan menjadi style, dan orang tidak
menyadari ketidaksesuaian dalam dirinya maka kecemasan dan ancaman muncul
akibat dari orang yang sangat sadar dengan ketidaksesuaian itu. Sedikit saja
seseorang menyadari bahwa perbedaan antara pengalaman organismik dengan konsep
diri yang tidak muncul ke kesadaran telah membuatnya merasakan kecemasan.
Rogers mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan ketidaknyamanan atau ketegangan
yang sebabnya tidak diketahui. Ketika orang semakin menyadari ketidaksesuaian
antara pengalaman dengan persepsi dirinya, kecemasan berubah menjadi ancaman
terhadap konsep diri yang sesuai. Kecemasan dan ancaman yang menjadi indikasi
adanya ketidaksesuaian diri dengan pengalaman membuat orang berada dalam
perasaan tegang yang tidak menyenangkan namun pada tingkat tertentu kecemasan
dan ancaman itu dibutuhkan untuk mengembangkan diri memperoleh jiwa yang sehat.
TEKNIK RISET
Rogers menjadi pelopor riset ilmiah dalam konseling dan
psikoterapi. Pendekatan yang dipakainya antara lain content analysis, rating
scale, dan Q-techniques. Analisis isi (content analysis) adalah
prosedur menganalisis verbalisasi klien (merekam, mengklasifikasi, menghitung
pernyataan klien) untuk menguji berbagai hipotesis atau proposisi tentang
hakekat kepribadian, atau meneliti perubahan konsep diri yang terjadi dalam
terapi. Skala rating (rating scale) dipakai untuk meneliti kualitas
hubungan terapi. Rating dilakukan oleh klien secara bebas menurut apa yang
dirasakannya. Q-tecniques adalah model asesmen untuk meneliti pandangan
orang tentang dirinya sendiri. Q-sort atau Q-tecniques adalah
self rating, sehingga mungkin sekali timbul defensiveness; usaha tampil yang
dapat diterima, yang baik, dimata dirinya sendiri dan orang lain.
Tingkah Laku Bertahan (Defensiveness)
Tingkah laku bertahan yang dipakai untuk menangani
inkongruen, dapat efektif atau tidak efektif. Deskripsinya mirip dengan
mekanisme pertahanan dari freud. Rogers hanya mengklasifikasikan dua tingkah
laku bertahan, yakni distorsi dan denial. Termasuk dalam distorsi adalah
kompulsi, kompensasi, rasionalisasi, fantasi dan proyeksi sebagai berikut:
1. Distorsi: pengalaman diinterpretasi
secara salah dalam rangka menyesuaikan dengan aspek yang ada dalam konsep self.
Orang mempersepsi pengalaman secara sadar tetapi gagal menangkap (tidak
menginterpretasi) makna pengalaman yang sebenarnya. Distorsi dapat menimbulkan
bermacam difense dan tingkah laku salah suai.
2. Denial: orang menolak menyadari suatu
pengalaman, atau paling tidak menghalangi beberapa bagian dari pengalaman untuk
disimbolisasi. Pengingkaran itu dilakukan terhadap pengalaman yang tidak
kongruen dengan konsep diri, sehingga orang terbebas dari ancaman
ketidakharmonisan diri.
PEMBAHASAN TEORI
Carl Ransom Rogers (1961), seorang tokoh utama dalam
penciptaan psikologi humanistik, membangun teori dan praktek terapinya di atas
konsep tentang “pribadi yang berfungsi penuh” yang sangat mirip dengan “orang
yang mengaktualkan diri” yang dikemukakan oleh Maslow. Rogers mempercayai dapat
dipercayanya sifat manusia dan memandang gerak ke arah berfungsi penuh sebagai
suatu kebutuhan dasar. Menurut Rogers, apabila manusia berfungsi secara bebas,
maka dia akan bersifat konstruktif dan dapat dipercaya.
Carl R. Rogers mengembangkan terapi client-centered sebagai
reaksi terhadap apa yang disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari
psikoanalisis. Pada hakikatnya, pendekatan client-centered adalah cabang
khusus dari terapi humanistik yang menggarisbawahi tindakan pengalaman klien
yang subjektif dan fenomenalnya.
Carl R. Rogers (1902-1987) menjadi terkenal berkat metoda
terapi yang dikembangkannya, yaitu terapi yang berpusat pada klien
(client-centered therapy). Tekniknya tersebar luas di kalangan pendidikan,
bimbingan, dan pekerja sosial. Rogers sangat kuat memegang asumsinya bahwa
manusia itu bebas, rasional, utuh, mudah berubah, subjektif, proaktif,
heterostatis, dan sukar dipahami (Alwisol, 2005 : 333). Pendekatan Fenomenologi
dari Carl Rogers konsisten menekankan pandangan bahwa tingkah laku manusia
hanya dapat dipahami dari bagaimana dia memandang realita hidup secara
subyektif (subyektif experience of reality).
Pendekatan ini juga berpendapat bahwa manusia mempunyai
kemampuan untuk menentukan nasibnya sendiri, hakekat yang terdalam dari manusia
adalah sifatnya yang bertujuan, dapat dipercaya, dan mengejar kesempurnaan diri
(purposive, trusthworthy, self-perfecting). Carl Rogers orang yang pertama melibatkan
penelitian kepada sesi terapi (memakai tape recorder). Dengan cara itu orang
mulai belajar mengenai hakekat psikoterapi dan proses beroperasinya.
Teori Rogers didasarkan pada suatu “daya hidup” yang disebut
kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan sebagai
motivasi yang menyatu dalam setiap diri makhluk hidup dan bertujuan
mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin. Jadi, makhluk hidup bukan
hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa yang terbaik
bagi keberadaannya. Dari dorongan tunggal inilah, muncul keinginan-keinginan
atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh psikolog lain, seperti
kebutuhan untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman dan rasa
cinta, dan sebagainya.
Pandangan client centered tentang sifat manusia
menolak konsep tentang kecenderungan-kecenderungan negative dasar. Sementara
beberapa pendekatan beranggapan bahwa manusia menurut kodratnya adalah
irasional dan berkecenderungan merusak terhadap dirinya sendiri maupun terhadap
orang lain kecuali jika telah menjalani sosialisasi. Rogers menunjukan
kepercayaan yang mendalam pada manusia. Ia memandang manusia terisolasi dan
bergerak ke muka, berjuang untuk berfungsi penuh, serta memiliki kebaikan yang
positif pada intinya yang terdalam.
Pandangan tentang manusia yang mositif ini memiliki
implikasi – implikasi bahwa individu memiliki kesanggupan yang inheren untuk
menjauhi maladjustment menuju keadaan psikologis yang sehat. Model client
centered yang dikemukakan oleh Rogers ini menolak konsep yang memandang
konselor sebagao otoritas yang mengetahui apa yang terbaik bagi klien dan yang
memandang klien sebagai manusia pasif yang hanya mengikuti perintah konselor
tetapi berakar pada kesanggupan klien untuk sadar dan membuat keputusannya
sendiri.
Struktur Kepribadian
Sejak awal Rogers mengamati bagaimana kepribadian berubah
dan berkembang, dan ada tiga konstruk yang menjadi dasar penting dalam
teorinya: Organisme, Medan fenomena, dan Self.
1. Organisme. Pengertian organisme
mencakup tiga hal:
v Mahkluk hidup. Organisme adalah mahkluk lengkap
dengan fungsi fisik dan psikologisnya dan merupakan tempat semua pengalaman,
potensi yang terdapat dalam kesadaran setiap saat, yakni persepsi seseorang
tentang kejadian yang terjadi dalam diri dan dunia eksternal.
v Realitas Subyektif. Organisme menganggap dunia
seperti yang dialami dan diamatinya. Realita adalah persepsi yang sifatnya
subyektif dan dapat membentuk tingkah laku.
v Holisme. Organisme adalah satu kesatuan sistem,
sehingga perubahan dalam satu bagian akan berpengaruh pada bagian lain. Setiap
perubahan memiliki makna pribadi dan bertujuan, yaitu tujuan mengaktualisasi,
mempertahankan, dan mengembangkan diri.
2. Medan
Fenomena. Medan fenomena adalah keseluruhan pengalaman, baik yang internal
maupun eksternal, baik disadari maupun tidak disadari. Medan fenomena ini
merupakan seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya di
dunia,sebagaimanapersepsisubyektifnya.
3. Self
(Diri). Self merupakan konsep pokok dari teori kepribadian Rogers, yang intinya
adalah:
a. Terbentuk melalui medan fenomena
dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu.
b. Bersifat integral dan konsisten.
c. Menganggap pengalaman yang
tak sesuai dengan struktur self sebagai ancaman.
d. Dapat berubah karena kematangan
dan belajar.
Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada
perhatiannya yang semata – mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada
bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers
berpandangan bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat
dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di
dalamnya. Selain itu gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respon
secara realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua
orang tidak bisa melepaskan subjektivitas dalam memandang dunia karena kita
sendiri tidak tahu dunia itu secara objektif. Rogers juga mengabaikan
aspek-aspek tidak sadar dalam tingkah laku manusia karena ia lebih melihat pada
pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya pada masa lampau yang
biasanya penuh dengan pengalaman traumatik yang menyebabkan seseorang mengalami
suatu penyakit psikologis.
IMPLIKASI BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING
Teori Carl Ransom Rogers memberikan implikasi bagi bimbingan
dan konseling. Tujuan dasar dari teori yang dikemukakan oleh Carl R
Rogers (client centered) adalah menciptakan iklim yang kondusif bagi
usaha membantu klien untuk menjadi seorang pribadi yang berfungsi penuh. Peran
konselor client-centered berakar pada cara-cara keberadaannya dan
sikap-sikapnya, bukan pada penggunaan teknik-teknik yang dirancang untuk
menjadikan klien “berbuat sesuatu” sehingga klien bisa menghilangkan
pertahanan-pertahanan dan persepsi-persepsinya yang kaku serta mampu bergerak
menuju taraf fungsi pribadi yang lebih tinggi. Sofyan Willis (2009) dalam
bukunya yang berjudul Konseling Keluarga menguraikan implikasi
teori yang dikemukakan Carl Ransom Rogers bagi bimbingan dan konseling sebagai
berikut:
1. Tujuan Konseling
Terapi terpusat pada klien yang dikembangkan oleh Carl R
Rogers pada tahun 1942 bertujuan untuk membina kepribadian klien secara
integral, berdiri sendiri, dan mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah
sendiri. Kepribadian yang integral adalah struktur kepribadiannya tidak
terpecah artinya sesuai antara gambaran diri yang ideal (ideal-self)
dengan kenyataan diri sebenarnya (actual-self). Kepribadian yang berdiri
sendiri atas dasar tanggung jawab dan kemampuan. Tidak bergantung pada orang
lain. Sebelum menentukan pilihan tentu individu harus memahami dirinya
(kekuatan dan kelemahan diri) dan kemudian keadaan diri tersebut harus ia
terima.
Untuk mencapai tujuan ini diperlukan beberapa syarat yakni:
a. Kemampuan dan keterampilan teknik
konselor.
b. Kesiapan klien untuk menerima
bimbingan.
c. Taraf intelegensi klien yang memadai.
2. Proses Konseling
Berikut ini tahap-tahap konseling terapi terpusat pada
klien.
a. Klien datang kepada konselor atas
kemauan sendiri. Apabila klien datang atas suruhan orang lain, maka konselor
harus mampu menciptakan situasi yang sangat bebas dan permisif dengan tujuan agar
klien memilih apakah ia akan terus minta bantuan atau akan membatalkannya.
b. Situasi konseling sejak awal harus
menjadi tanggung jawab klien, untuk itu konselor menyadarkan klien.
c. Konselor memberanikan klien agar mampu
mengemukakan perasaannya. Konselor harus bersikap ramah, bersahabat dan
menerima klien sebagaimana adanya.
d. Konselor menerima perasaan klien serta
memahaminya.
e. Konselor berusaha agar klien dapat
memahami dan menerima keadaan dirinya.
f. Klien menentukan pilihan sikap
dan tindakan yang akan diambil (perencanaan)
g. Klien merealisasikan pilihannya itu.
3. Teknik Konseling
Penekanan masalah ini adalah dalam hal filosofis dan sikap
konselor ketimbang teknik, dan mengutamakan hubungan konseling ketimbang perkataan
dan perbuatan konselor. Implementasi teknik konseling didasari oleh paham
filsafat dan sikap konselor tersebut. Karena itu teknik konseling Rogers
berkisar antara lain pada cara-cara penerimaan pernyataan dan komunikasi,
menghargai orang lain dan memahaminya (klien). Karena itu dalam teknik amat
digunakan sifat-sifat konselor berikut:
a. Acceptance artinya konselor menerima klien
sebagaimana adanya dengan segala masalahnya. Jadi sikap konselor adalah
menerima secara netral.
b. Congruence artinya karakteristik konselor
adalah terpadu, sesuai kata dengan perbuatan dan konsisten.
c. Understanding artinya konselor harus
dapat secara akurat dan memahami secara empati dunia klien sebagaimana dilihat
dari dalam diri klien itu.
d. Nonjudgemental artinya tidak member
penilaian terhadap klien, akan tetapi konselor selalu objektif.
Hakekat Pribadi
Menurut Kakak kita Carl Rogers,
hakekat pribadi itu ada 19 rumusan sebagai berikut :
1.Organisme berada di dalam dunia
pengalaman (pengalaman)
2.Organisme menanggapi dunia sesuai
dengan persepsinya (persepsi)
3.Organisme mempunyai keinginan
dasar (aktualisasi-memelihara-meningkatkan diri)
4.Organisme mereaksi fenomena &
bertujuan (punya target)
justify;"> 5.Memiliki usaha dalam memuaskan
aktualisasi siri (berusaha)
6.Organisme memilik emosi yang
seiring dengan tujuan dan target (emosi)
7.Pada dasarnya, jalan terbaik untuk
memahami tingkah laku manusia adalah dengan mengamati kerangkanya (skema/struktur
gambaran)
8.Proses pribadi meliputi hal yang
namanya kesadaran (kesadaran)
9.Kesadaran akan terbentuk nilanya
ketika ada pertukaran dari orang lain (hubungan sosial)
10.Organisme selalu memilik
pengalaman baru (merevisi)
11.Setiap kejadian dalam organisme
akan dikelola (proses olah kesadaran)
12.Memiliki ketetapan yang menjadi
pribadi (konsisten)
13.Tingkah laku yang didorong oleh
organisme (ketidaksadaran)
14.Organisme mampu merespon
keburukan dari pengalaman (penolakan)
15.Organisme mampu merespon kebaikan
dari pengalaman (penyesuaian)
16.Organisme akan merespon dengan
hal yang sama ketika mendapatkan kejadian yang terulang (memiliki pertahanan)
18.Mampu menerima orang-orang yang
berbeda (terbuka)
19.Memperhitungkan kebaikan dan
keburukan pengalaman (introspeksi diri)
Daftar
Pustaka
Alwisol,
(2009). Psikologi
Kepribadian. UMM Press: Malang.Corey, Gerald. (2009). Konseling dan Psikoterapi. Aditama:Bandung.
Hall, Calvin S. (1985). Introduction to theoris of personality. New York.
Willis, Sofyan. Prof. Dr. H. Konseling Keluarga. Alfabeta: Bandung
http://pusatilmupsikologi.blogspot.com/2012/05/hakekat-pribadi-carl-rogers-psikologi.html
Comments
Post a Comment