1.
Latar Belakang Neuropsikologi
a.
Sejarah Neuropsikologi
Sejarah singkatnya studi mengenai perubahan-perubahan perilaku yang
menyertai cidera pada bagian-baian tertentu dari otak memiliki sejarah panjang.
Beberapa contoh paling awal dapat ditemukan dalam barang-barang peninggalan
jaman Mesir kuno yang berangkat tahun 3000 – 2500 SM. Disana didiskripsikan
fitur-fitur fisik otak dan contoh-contoh kasus, termasuk saran-saran
penanganannya.
Galen (130 – 200M), seorang di
kekaisaran romawi, menangani para gladiator yang cidera. Dalam perannya inilah
ia melakukan observasi-observasi yang menghasilkan beberapa pengetahuan tentang
hubungan berbagai tipe trauma dengan perubahan-perubahan perilaku yang
mengikutinya.
Beralih
kezaman yang relatif modern, pada 1861 Paul Broca mengembangkan teori-teori
penting tenttang penemuan kasus “Tan”- nya yang termasyur. Tan adalah seorang
pasien yang kehilangan kemampuan bicara selama lebih dari 20 tahun sebelum
kematiannya. Dengan melakukan otobsi terhadap Tan, Broca menemukan keberadan
Lesi dibelahan otak kiri Tan, dibagian yang kelak diberi nama broca’s area. Ini
memberikan data yang mendukung kontroversi yang signifikan pada masa itu
lokalisasi fungsi.
2. Pengertian
Neuropsikologi
Neuropsikologi mempelajari hubungan antara otak dan perilaku, disfungsi
otak dan defisit perilaku, dan melakukan asesmen dan treatment untuk perilaku yang berkitan dengan fungsi otak yang
terganggu. Dalam, lima tahun terakhir, neuropsikologi berkembang pesat ini
terlihat dari jumlah anggota asosiasi neuropsikologi, program pelatihan,
makalah-makalah yang dipublikasikan, dan posisi-posisi tugas berkaitan dengan
neuropsikologi di Amerika yang meningkat(phares, 1992). Sebagian ilmu neuro
psikologi dianggap salah satu bagian dari biopsikologi. Bidang lainnya yang
juga termasuk biopsikologi, psikologi faal, psikofarmakologi, psikofisiologi, dan
psikologi perbandingan. Neuropsikologi adalah interface neurologi dan
neurosains, yang dipacu oleh kemajuan yang sangat pesat dalam penelitian
biokimia, ilmu faal, histologi susunan syaraf pusat.
Peran Neurolog dan neuropsikolog klinis harus dibedakan. Seorang neurologist (neurolog) adalah seorang
dokter medis dengan gelar Medical Doctor (MD)
yang biasanya memiliki spesialisasi dibidang asesment dan penanganan
farmakologis untuk berbagai gangguan sistem saraf. Seorang neuropsychologist (neuropsikolog) klinis biasanya merupakan
psikolog klinis yang mendapat latihan dan pengalaman tambahan tentang hubungan
antara otak dan perilaku. Neuropsikolog biasanya bekerja bersama psikiater,
neurolog, terapis okupasional, terapis fisik, terapis bicara, dan profesional
lain dalam pendekatan tim-terkoordinasi dimana masing-masing profesional
memberikan informasi yang berguna untuk profesional-profesional lainnya.
Berikut
beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan otak:
- Tumor
- Cedera Cerebrovaskuler
- Penyakit Degeneratif, misalnya alzheimer, parkinson, dan demensia
- Penyalahgunaan alkohol dan zat adiktif, gangguan keracunan, serta kekurangan nutrisi otak
- Trauma atau luka kepala
OTAK : STRUKTUR, FUNGSI, DAN GANGGUAN
Bagan
Skematis Pembagian Otak Manusia
OTAK BESAR
(SEREBRUM)
|
|||
OTAK TENGAH
(MESSENSEFALON)
|
|||
OTAK
|
OTAK KECIL
(SEREBELUM)
|
||
SUMSUM
SAMBUNG
(MEDULLA
OBLONGATA)
|
|||
JEMBATAN
VAROL
(PONS
VAROLI)
|
|||
Berat otak kira-kira 2 % dari berat badan, tapi sekitar 18
% dari volume darah seluruhnya beredar dalam sirkulasi darah otak. Otak juga menggunakan sekitar 20 % dari
oksigen yang dihirup melalui paru. Secara anatomi pada korteks selebri terdapat
beberapa fisura dan sulkus yang memisahkan lobus-lobus frontalis, parietalis,
temporalis dan oksipitalis. Lesi pada serebri dapat menimbulkan sindroma
kortikal, lesi destruktif (paralitik) mengakibatkan defisit neurologik, sedang
iritatif mengakibatkan fenomena positif.
Fungsi Otak
:
§ Otak
Besar (SEREBRUM)
Otak besar
mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktifitas mental, yaitu yang berkaitan
dengan kepandaian (intelegensia), ingatan (memori), kesadaran, dan
pertimbangan. Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan atau gerakan
sadar atau sesuai
dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian
korteks serebrum yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima
rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang
berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat
area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan
dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar
berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan
psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses
berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreatifitas) dan emosi. Pusat
penglihatan terdapat di bagian belakang.
§ Otak
Tengah (MESENSEFALON)
Otak tengah
terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat
talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin.
Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks
mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.
§ Otak
Kecil (SEREBELUM)
Serebelum mempunyai
fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar,
keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau
berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
§ Sumsum
Sambung (MEDULLA OBLONGATA)
Sumsum
sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke
otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti
detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat
pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga
mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.
§ Jembatan
Varol (PONS VAROLI)
Jembatan
varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan,
juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.
Fungsi Lobus-Lobus Pada Otak Besar
Ada 4 macam lobus pada otak besar, yang masing-masing berfungsi
sebagai:
1. Lobus
Frontalis (ada pada bagian depan)
Ø Merupakan tempat berpikir (Intelektual)
Ø Untuk pembentukan konsep, daya
meringkas, pengambilan keputusan
Ø Fungsinya
berhubungan dengan semua gerak dan tingkah laku motorik atau aksi-aksi motor
Ø Bertanggung
jawab terhadap semua rencana dan pelaksanaan gerak (mengolah, memproses,
mempersiapkan, dan mengorganisasikan) yang berhubungan dengan aksi-aksi motorik
secara sadar
Ø Sebagai
pusat untuk mengendalikan kepribadian (personality) dan emosi tingkah laku
(perilaku)
Ø Sebagai pikiran kreatif
Ø Sebagai
pusat konsentrasi, perluasan pikiran (meningkatnya ) kedalaman dan keabstrakan
berbagai pikiran, misalnya :
· Merencanakan
masa depan
· Menunda
tindakan sebagai respon terhadap isyarat sensoris dapat
dipertimbangkan
sampai respon yang terbaik diputuskan
· Mempertimbangkan
akibat-akibat kegiatan motoris bahkan sebelum
kegiatan ini dilakukan
· Memecahkan
masalah-masalah matematis, hokum/ filosofi yang
rumit
· Menghubungkan semua jalan informasi dlam mendiagnosis suatu
masalah
· Mengatur kegiatan seseorang sesuai dengan hukum moral
2. Lobus
Oksipitalis
Ø Berperan utama dalam menerima
informasi yang berasal dari semua yang
dapat dilihat oleh mata
Ø Untuk memproses dan membuat persepsi
terhadap semua informasi
penglihatan dan kesadaran sensasi warna
Ø Untuk mengirim pesan ke mildbrain
untuk membantu mengkoordinasikan
dan mengontrol gerakan mata, mengatur lubang pupil dan kemampuan
akomodasi
3. Lobus
Parientalis (terbagi menjadi 2 bagian kana-kiri)
Ø Sebagai pusat kortex somasensoris dan
berdekatan dengan kortex
assosiasinya.
Ø Untuk memproses dan membuat persepsi
semua informasi yang berasal
dari reseptor saraf sensori.
Ø Selalu berhubungan dengan bagian otak
depan untuk mengklarifikasi
aksi-aksi motorik yang hendak diperbuatnya secara sadar
Ø Untuk membantu mengontrol dan
mengendalikan gerakan yang lebih
baik, cocok, pantas dan mengandung nilai-nilai seni serta karya yang
memadai
Ø Memproses dan mengintegrasikan
informasi sensori, misalnya : rasa
nyeri, suhu, raba, dan tekan
4. Lobus
Temporalis (ada dibagian atas telingan kanan-kiri)
Ø Sebagai fungsi pendengaran
Ø Untuk meproses dan mengadakan persepsi
semua informasi yang
didengarnya
Ø Berkaitan dalam memproses informasi
visual
Ø Untuk membantu mengendalikan emosi dan
tingkah laku dan
mempengaruhi saraf otonom
Ø Berkaitan dengan proses belajar dan
memori
Ada beberapa
kemungkinan yang bisa menyebabkan adanya kerusakan pada otak. Pertama adalah
trauma dan luka kepala. Akibat utama dari cedera kepala bermacam-macam
diantaranya adalah terganggunya fungsi otak meskipun biasanya
tidak sampai menimbulkan kerusakan permanen. Akibat lain memar yang bahkan bisa
mencapai tingkat parah diikuti oleh keadaan koma dan delirium. Kemungkinan
kedua adalah kecelakaan cerebrovaskuler. Terhambatnya aliran darah
ke otak dapat disebut dengan stroke. Hal inilah yang umunya menyebabkan
kerusakan pada orang dewasa bahkan penyakit menempati peringkat utama sebagai
penyakit mematikan. Kemungkinan ketiga adalah tumor, khususnya
tumor otak yang tumbuh baik diluar atau didalam otak atau akibat dari sel-sel
yang mengalami metastatik yang disebarkan oleh cairan tubuh dari organ lain
seperti paru-paru atau payudara.
Sebab lain
adalah penyakit-penyakit degeratif yang ditandai oleh adanya degenerasi
saraf-saraf disusunan saraf pusat. Penyakit-penyakit degeneratif yang umum
adalah Parkinson, Alzheimer dan demensia. Kerusakan otak dapat pula disebabkan
oleh kekurangan nutrisi, gangguan keracunan maupun penyalagunaan alkohol yang
kronis.
Luka otak
atau trauma dapat menghasilkan sejumlah gangguan kognitif dan behavioral. Beberapa bentuk gangguan tersebut dapat berbentuk
:
1.
Gangguan orientasi, misalnya ketideakmampuan untuk mengetahui orang-
orang disekitarnya, nama hari dalam
seminggu dan lain-lain.
2.
Gangguan ingatan, pasien lupa kejadian-kejadian khususnya yang terbaru,
terkadang juga menunjukkan gangguan
kemampuan untuk belajar dan mengingat informasi baru.
3.
Gangguan fungsi intelektual ,pemahaman,berhitung mengungkapkan
kalimat, dan mungkin juga
pengetahuan umumnya.
4.
Gangguan penilaian,pasien sulit mengambil keputusan bahkan yang
sederhana sekalipun misalnya untuk tidur,makan, dan
lain-lain.
5. Memiliki
afek emosi yang labil,terlalu mudah tertawa atau menangis.
6. Kehilangan
daya tahan emosi dan mental,pasien mungkin berfungsi
dibawah
kondisi normal.
7. Sindrom
lobus frontal,adanya sekelompok simtom gangguan control
impuls,
ketidakmampuan merencanakan,apatis,dan lain-lain.
3.
Tujuan Neuropsikologi
·
Mambantu
menegakkan peraturan dalam melakukan diagnosis tertentu
·
Membuat
prediksi mengenai prognosis maupun penyembuhannya
·
Neurology memiliki peran utama dalam
memberikan intervensi dan
rehabilitasi.
4.
Ruang lingkup Neuropsikologi
Neuropsikologi klinis adalah cabang psikologi klinis yang bertujuan mendeteksi
dan mendiagnosis proses neurologi, neuropatologi dan menjembatani gap antara
neurologi dengan ilmu-ilmu perilaku. Neuropsikologi klinis melakukan evaluasi
kekuatan dan kelemahan aspek kognitif, aspek prilaku dan aspek psikologis,
serta menentukan hubungan dengan fungsi otak (Newmark,1985).
DAFTAR
PUSTAKA
Sundberg,
Norman D, dkk. 2007. Psikologi Klinis:
Perkembangan teori, praktik dan penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Slamet,
Suprapti dan Markam, Sumarmo. 2008. Pengantar
Psikologi Klinis. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Slamet I.S,
Suprapti & Markam, Sumarmo. (2003). Pengantar Psikologi Klinis. Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press)
Wiramihardja,
Sutardjo A. 2009. Pengantar Psikologi Klinis (Edisi Revisi). Bandung : PT.
Refika Aditama
Tristiadi Ardi Ardani,
dkk. (2007).Psikologi Klinis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Comments
Post a Comment