Ringkasan
Manusia
sebagai makhluk sosial tak lepas dari kegiatan berkomunikasi. Komunikasi sudah
menjadi kebutuhan pokok bagi makhluk hidup. Dalam berkomunikasi kita mengenal
bahasa dan bicara. Dimana bahasa merupakan salah satu hal terpenting dalam
berkomunikasi karena terjalin tidaknya komunikasi yang berjalan dua arah adalah
tergantung dari kesesuaian pikiran dengan lawan bicara ataupun mengerti
tidaknya penggunaan kalimat dalam berbahasa. Berbahasa juga telah diajarkan dari
kita lahir dan hingga kita hidup saat ini. Meskipun secara tersirat ataupun
tersurat makhluk hidup tak lepas dari berkomunikasi, dan komunikasi tak dapat
dilepaskan dari bahasa.
Dewasa
kini, telah banyak ditemukan fakta bahwa sebagian besar kaum remaja dan kaum
akademis lainnya belum dapat berbahasa dengan baik dan benar. misalnya, dalam
penggunaan kata dalam suatu kalimat ketika berkomunikasi dengan bahasa
Indonesia, masih banyak ditemukan bahwa kata-kata dan kalimat tersebut tidak
sesuai dengan EYD (Ejaan yang Disempurnakan. Belum lagi ketika mereka
berkomunikasi dengan bahasa daerah (misalnya bahasa Jawa), banyak para kaum
akademis yang masih bingung menggunakan penggunakan kata sesuai tata karma yang
dianut oleh masyarakat Jawa. Misalnya, dalam penggunaan kalimat Krama Inggil,
Krama Madya, dan Ngoko. Penggunaan aturan tersebut dapat dilihat pangkat lawan
bicara kita. Selanjutnya, di era globalisasi seperti saat ini sebagai WNI mau
tidak mau kita harus mengikuti alur yang berkembang dari dunia luar. Dalam berkomunikasi dengan
dunia luar tentulah kita diharuskan memiliki kemampuan yang baik dalam
berbahasa asing (misalnya bahasa internasional, bahasa Inggris). Namun, pada
kenyataannya banyak kaum akademis yang belum lancar berbahasa Inggris aktif
maupun pasif. Jika tidak menginginkan Indonesia semakin terpuruk oleh zaman dan
memajukan Indonesia menjadi lebih baik dan dikenal bangsa lain, sebagai WNI
dari kaum akademis sebaiknya dapat menguasai minimal ketiga bahasa tersebut.
Terlebih kaum akademis yang terpilih untuk mendapatkan beasiswa dari
pemerintah. Masih banyak dijumpai beasiswa yang dimanfaatkan diluar kepentingan
akademis. Sejauh ini, pemerintah selaku
pemberi beasiswa hanya menyuplai dana tanpa menindaklanjuti hasil penerimaan
beasiswa dan mereka yang mendapatkannya.
Sebagai
solusi dari permasalahan tersebut, kami menawarkan program Language Dorm
(Asrama Bahasa) untuk meningkatkan keterampilan berbahasa para pelajar dan mahasiswa.
Hal ini dapat berlaku sebagai tindak lanjut atau timbal balik beasiswa yang
telah diberikan oleh pemerintah. Selain itu, program language dorm adalah
sebagai usaha memaksimalkan beasiswa yang telah mereka dapatkan.
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Bahasa
adalah segala bentuk komunikasi dimana pikiran dan perasaan seseorang
disimboliskan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain, baik yang
diutarakan dalam bentuk lisan, tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak tubuh,
ekspresi wajah, pantomim atau seni. Sedangkan bicara adalah bahasa lisan yang
merupakan bentuk yang paling efektif untuk berkomunikasi, dan paling penting
serta paling banyak digunakan.(Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih :2008 hal
2.30).
Dalam
suatu kelompok masyarakat dalam berkomunikasi sehari-hari menggunakan bahasa
yang beraneka ragam, misalnya dalam lingkup Indonesia. Indonesia memiliki
banyak suku, ras, dan kebudayaan. Hal tersebut menyebabkan Indonesia juga
memiliki bahasa daerah yang beraneka ragam. Untuk mempersatukan perbedaan yang
ada maka, disahkannya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional pada tanggal 28
Oktober 1928.
Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional diharapkan mampu menjadi tonggak bahasa
pemersatu NKRI, bahasa daerah menjadi
identitas dan cikal bakal suatu daerah tersebut, dan bahasa Inggris sebagai
bahasa internasional yang menghubungkan Indonesia dalam berkomunikasi di dunia
luar. Pada awalnya tujuan tersebut dapat berjalan sebagaimana mestinya hingga
Indonesia sudah mencapai titik puncak keberhasilan, lalu kini mulai turun
kembali.
Seiring
berjalannya zaman, era globalisasi menembus semua kalangan masyarakat di
Indonesia, hal tersebut menyebabkan penggunaan bahasa-bahasa seperti yang
diharapkan sebelumnya mulai luntur.
Dalam
penggunaan bahasa Indonesia, masyarakat seringkali kurang tepat dalam
berkalimat, meskipun di sekolah (tingkatan terendah hingga tertinggi) telah
diajarkan tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu juga
banyaknya kalangan muda yang salah kaprah dalam menggunakan bahasa Indonesia yang
dicampur adukkan dengan bahasa Inggris (misalnya : di resend, di add, di
backup, dll). Fakta mengejutkan juga dalam penggunaan bahasa alay oleh kalangan
remaja yang mencampur adukan penulisan kata menggunakan angka, symbol-simbol,
dan huruf-huruf yang tidak penting (misalnya : 4quw dibaca Aku, dll)
Seperti
halnya bahasa Indonesia, bahasa daerah misalnya bahasa Jawa juga demikian. Hal
itu bisa dilihat dari banyaknya remaja salah kaprah ketika berbahasa Jawa.
Mereka tidak dapat menempatkan penggunaan bahasa Jawa Krama Inggil, Krama
Madya, maupun Ngoko dengan benar. Justru, orang-orang tua pada zaman dahulu
yang berpendidikan rendah lebih baik dalam penguasaan bahasa Jawanya.
Demikian
halnya dengan ketika kita mempelajari bahasa asing misalnya saja bahasa Inggris.
Banyak kalangan dari akademis yang masih belum lancar berbahasa Inggris.
Padahal di era globalisasi seperti sekarang ini peranan penguasaan bahasa
International seperti bahasa Inggris sangat penting dan sangat dibutuhkan.
Pendidikan
bahasa di Indonesia kebanyakan hanya menerangkan teori dan lebih sedikit
prakteknya. Sedangkan menurut French dalam Henry 2009 (hal:12) memandang
pembelajaran bahasa sebagai pembentukan kebiasaan: “yang terpenting dan
fundamental ialah kebiasaan bertutur yang benar. Para siswa hendaknya mampu
menempatkan kata, tanpa ragu-ragu dan selalu tanpa pikiran, ke dalam pola
kalimat yang benar. Kebiasaan bertutur seperti itu dapat diupayakan dengan
latihan runtun imitatif yang efektif.” Oleh karena itu, kami mengangkat judul “LANGUAGE DORM” LANGKAH PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBAHASA
SEBAGAI USAHA MEMAKSIMALKAN PROGRAM BEASISWA, dengan harapan menjadi wadah bagi
para siswa ataupun para mahasiswa untuk meningkatkan keterampilannya dalam
berbahasa baik bahasa daerah, bahasa Nasional (bahasa ibu) maupun bahasa
International. Hal ini dituntut pula peran dari pemerintah, mengingat sasaran
program ini adalah pelajar atau mahasiswa yang memperoleh beasiswa dari
pemerintah. Untuk memaksimalkan program beasiswa dari pemerintah pelajar atau mahasiswa
tersebut, diberikan keterampilan berbahasa untuk selanjutnya ditindak lanjuti
seperti belajar ke luar negeri, menciptakan peluang ke luar negeri serta
memperkenalkan bahasa Indonesia kepada masyarakat dunia.
Tujuan
dan Manfaat
Adapun
tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan keterampilan
berbahasa
2. Untuk mengoptimalkan timbal balik
pelajar atau mahasiswa yang mendapatan beasiswa
3. Untuk menciptakan sumber daya siap
saing ke dunia internasional
Sedangkan
manfaat yang dapat diperoleh dari gagasan ini antara lain:
1. Bagi Para Siswa dan Para Mahasiswa yang
memperoleh beasiswa
a. Dapat membantu meningkatkan
keterampilan penguasaan berbahasa.
b. Membantu mereka mencapai hasil maksimal
pada tes kecakapan bahasa inggris.
c. Memudahkan mereka ketika lulus sekolah
maupun lulus perguruan tinggi untuk bisa melanjutkan studi atau bekerja di luar
negeri.
d. Untuk membantu para mahasiswa dalam
menekan biaya kos karena dengan asrama bahasa mereka tidak perlu kursus bahasa
Inggris mahal-mahal dimana biaya asrama ditanggung oleh pemerintah.
2. Bagi Para Orangtua
a. Memberi rasa aman karena para
putra-putrinya bisa dikontrol kepribadiannya melaui serangkaian program di
asrama bahasa
3. Bagi Para Guru dan Dosen
a. Dapat membantu mereka dalam memberikan
pembelajaran bahasa bagi para siswanya maupun bagi para mahasiswanya.
4. Bagi Sekolah dan Perguruan Tinggi
a. Dapat meningkatkan kualitas peserta
didik dalam berbahasa baik bahasa nasional maupun International.
b. Meningkatkan kualitas lulusannya,
sehingga akan lebih banyak atau membuka kesempatan yang lebih luas bagi para
lulusan sekolah ataupun perguruan tinggi untuk melanjutkan studi maupun bekerja
di luar negeri.
5. Bagi Pemerintah
a. Dapat membantu upaya peningkatan
kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) baik dalam lingkup pendidikan maupun dalam
lingkup ketenagakerjaan.
GAGASAN
Kondisi
Kekinian
Asean Economy Community (AEC) atau yang lebih
akrab kita sebut sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN( MEA) yang dimulai pada 31
Desember 2015 lalu merupakan era baru yang sebetulnya akan mengokohkan
persatuan negara-negara ASEAN dalam suatu basis pasar bebas dan terbuka. Jika
kita memiliki kualitas yang memadai, tentu saja akan ada kesempatan yang lebih
luas terutama bagi para jobseeker atau job creator untuk bekerja di wilayah
ASEAN. Itu artinya lapangan kerja semakin lebar, dan setiap perusahaan di negara anggota MEA dapat merekrut karyawan di
luar wilayah negaranya (selama masih anggota MEA) tanpa terhalang oleh
peraturan masing-masing negara.
Bukan
hanya kesempatan di MEA, saat ini
Pemerintah Jerman membuka peluang untuk lulusan dari Indonesia untuk
berkiprah di Negara itu. Tidak hanya kesempatan melanjutkan studi, melainkan
juga ketersediaan lapangan kerja bagi alumnus perguruan tinggi. Meski demikian,
untuk bisa sekolah atau bekerja di Jerman, pihak otoritas setempat menerapkan
standar tinggi. Mereka mengharuskan lulusan mengantongi sertifikasi profesi
yang diakui secara Internasional. Hal itu disampaikan Kepala Pengawasan
kualifikasi Profesi Kementrian Pendidikan dan Riset Jerman, Ralf Maier, di
Kantor Dinas Pendidikan Jateng jalan Pemuda semarang yang dimuat dalam Koran
Suara Merdeka (Selasa 5 Januari 2016 hal 12). Apalagi saat ini Indonesia
membuka pembebasan visa kepada 174 negara yang dulunya hanya kepada 90 negara
(Prime Time News,Metro tv. 2016). Hal jika saat ini Indonesia menghadapi MEA,
bukan tidak mungkin beberapa tahun yang akan datang pasar bebas akan merambah
pada tingkatan seluruh dunia bukan hanya di tingkat negara ASEAN.
Bahasa
hampir pasti menunjukkan bangsanya, pada bangsa maju, bahasanya juga maju dan
modern pula (Kunjana 2009:1-3). Sehingga di era globalisasi seperti sekarang
ini untuk meningkatkan daya saing, peran
penguasaan bahas Internasional seperti bahasa Inggrispun tak dapat terelakkan.
Akan tetapi, maju bukan berarti meninggalkan bahasa atau kekayaan lokal.
Sehingga penguasaan bahasa lokal seperti bahasa daerah dan bahasa nasional juga
amatlah penting bagi suatu bangsa.
Penguasaan
bahasa tak bisa terlepas dari adanya pendikan. Akan tetapi, meski sudah
berpuluh-puluh tahun lamanya bahasa nasional (bahasa Indonesia), bahasa daerah
(misalnya bahasa Jawa), bahasa Internasional (contohnya bahasa Inggris) telah
diajarkan bahkan menjadi muatan lokal atau muatan wajib dalam kurikulum
pendidikan di Indonesia mulai dari tingkatan terendah hingga tingkatan
tertinghi. Akan tetapi kenyataannya pembelajaran tersebut kurang begitu
efektif. Generasi muda saat ini lebih cenderung bangga jika bisa berbahasa
asing, meski bahasa asing yang digunakan tata bahasanya salah kaprah. Mereka
juga terbiasa menggunakan bahasa gaul atau bahasa alay yang dicampur adukkan
dengan bahasa Indonesia.
Selain
hal di atas, bahasa daerahpun penggunaannya juga sangat miris. Contohnya saja
Jawa, banyak orang tetapi tidak bisa berbahasa Jawa yang baik dan benar.
Seringkali ketika harus berbahasa Jawa Krama Alus, mereka justru menggunakan
bahasa Ngoko dan sebaliknya. Dan kebanyakan dari mereka adalah orang yang
berpendidikan. Berbeda dari mereka, orang-orang tua yang pendidikannya SD saja
tidak lulus ternyata dapat berbahasa Jawa dengan baik. Tidak hanya itu,
penguasaan bahasa internasional seperti bahasa Inggris juga belum begitu dapat
dikuasai oleh merka yang berpendidikan tinggi.
Memang,
pembelajaran bahasa di Indonesia lebih banyak diarahkan pada teori daripada
praktek. Sedangkan Suwarno (2002:29) mengatakan “Pembelajar akan belajar secara
optimal apabila mereka diberi kesempatan aktif menggunakan bahasa target untuk
berkomunikasi dalam berbagai kegiatan belajar mengajar”. Sesuai UUD 1945 pasal
31 ayat (1) menyatakan bahwa tiap-tiap warga berhak mendapat pengajaran(Tilaar
2009:119). Untuk itu, dibutuhkan pengajaran bahasa yang llebih banyak
mengedepankan praktek dalam penggunaan bahasa yang diajarkan untuk mendapatkan
hasil yang lebih optimal dan pemerintah wajib untuk menyediakannya.
Solusi
yang Pernah Ditawarkan
Selama
ini, bahasa inggris memang telah diajarkan di sekolah mulai dari sekolah dasar
hingga perguruan tinggi. Bahkan bahasa Inggris kini ditetapkan sebagai muatan
lokal wajib sekolah di beberapa daerah. Seperti yang dilakukan oleh Kepala
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nusa Tenggara Barat, dengan berupaya
menerapkan kurikulum muatan lokal melalui peningkatan kemampuan berbahasa
Inggris. Menurut H Wildan di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) republika.co.id
(April, 2015). Hal ini senada yang dilakukan di DKI Jakarta, bahwa pengembangan
kurikulum 2013 semakin menambah sarat pentingnya muatan lokal di sekolah,
seperti yang diungkapkan dalam replubika.co.id (Desember, 2013) Kepala Dinas
Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto menekankan bahwa bahasa Inggris
akan dijadikan muatan lokal dalam kurikulum baru. Solusi lain yang pernah
ditawarkan yaitu mulai bermnculan kursus bahasa inggris, seperti kampus inggris
di pare Kediri. Beberapa tahun yang lalu keterampilan bebahasa inggris juga
ditingkatkan melalui sekolah yang berlomba-lomba meriah predikat sekolah
berstandar internasional, dengan pengajaran menggunakan sistem dwibahasa. Namun,
tidak semua siswa yang belajar di sekolah tersebut mempunyai kecerdasan
berbahasa (linguistic intelligence) yang tinggi mereka seringkali merasa
terbebani dan menjadi korban gengsi orang tuanya” (Royani,2010.Jurnal
Penelitian Vol.02)
Sementara
itu untuk keterampilan berbahasa Indonesia, bahasa Indonesia dimasukkan dalam
mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional. Bahasa Indonesia sendiri
dalam dijadikan sebagai bahasa resmi dalam penyelenggaraan pendidikan, baik
berupa buku pelajaran, buku-buku ilmiah, dalam pertemuan resmi, administrasi
negara, perundang-undangan, dan wacana teknik yang harus digunakan sesuai
dengan kaidah fonologis, sintaksis, kewacanaan, dan semantis,
(Rahayu,2015.Jurnal Paradigma Vol.02). Meskipun demikian, nilai ujian bahasa Indonesia
tingkat SMA pada tahun 2015 mengalami penurunan sebanyak 1,24 persen
(Antaranews.com)
Pemberlakuan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang pernah ditetapkan pemerintah, yang
merupakan implementasi dari kurikulum berbasis kompetensi, menempatkan pembelajarn
bahasa daerah, sebagai salah satu muatan lokal (Wibawa, Makalah Konferensi
Internasional 2013).Salah satunya di beberapa daerah menempatkan basa Jawa
sebagai muatan lokal. Meskipun telah diajarkan dan tercatat dalam kurikulum,
realitanya masih banyak pelajar dan mahasiswa yang belum tepat dalam berbahasa
jawa.
.
Seberapa
jauh kondisi kekinian pencetus gagasan dapat diperbaiki melalui gagasan yang
diajukan.
Melalui
asrama bahasa tentunya pembelajaran bahasa akan lebih efektif. Jika biasanya para
mahasiswa atau siswa belajar bahasa inggris(bahasa asing/bahasa international),
bahasa Jawa, bahasa Indonesia maupun bahasa daerah lainnya hanya 2-4 jam dalam
satu minggu di kelas. Melalui asrama bahasa, pembelajaran bahasa akan
berlangsung lebih lama. Karena di asrama bahasa mereka akan mengunakan bahasa
inggris (bahasa asing/bahasa international), bahasa Jawa, bahasa Indonesia
maupun bahasa daerah lainnya sebagai pengantar komunikasi mereka sehari-hari.
Pembelajaran
di sekolah atau di perguruan tinggi mereka lebih banyak diberikan materi
tentang teori-teori kebahasaan dibandingkangan dengan praktiknya, maka dengan
adanya asrama bahasa, pembelajaran bahasa akan difokuskan pada praktek
dibandingkan dengan teori. Sehingga para siswa ataupun para mahasiswa akan
lebih mahir dalam bahasa yang akan mereka pelajari. Tidak hanya keterampilan
berbicara, tetapi juga keterampilan lain yang dapat dimanfaatkan melalui
keterampilan berbahasa inggris. Melihat
sasaran asrama ini adalah pelajar atau mahasiswa yang mendapatkan beasiswa dari
pemerintah, maka dapat juga sebagai timbal balik kepada pemerintah atau
memberdayakan mereka sehingga menjadi berkualitas. Hal ini juga di dukung fakta
di lapangan, mahasiswa peraih beasiswa, beasiswa tidak digunakan secara efektif
untuk kebutuhan akademis.
Pihak-pihak
yang dapat dipertimbangkan untuk mengimplementasikan gagasan
1. Dukungan dari penentu kebijakan
(pemerintah kabupaten,wilayah/daerah),
2. Dukungan para siswa/para mahasiswa
sebagai pelaksana program asrama bahasa.
3. Tenaga ahli (tenaga pengajar bahasa,
tenaga pengawas asrama, tenaga pengurus asrama) yang menguasai bahasa yang
diajarkan.
Teknik
implementasi
1. Perencanaan
Dalam
studi kajian perencanaan aspek yang diteliti meliputi :
a) Lokasi : memilih lokasi asrama bahasa
yang dekat dengan sekolah atau Perguruan Tinggi. Jangka pendeknya, asrama
berupa rumah atau sejenisnya yang disewa atau diperuntukkan untuk mahasiswa
penerima beasiswa. Jangka panjangnya, asrama dapat pula ditindak lanjuti berupa
bangunan baru yang didanai oleh pemerintah untuk digunakan berkelanjutan.
b) Sarana dan prasarana penunjang
bangunan: menentukan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran bahasa dalam
gedung asrama.
c) Fungsi dan pemanfaatan : menyediakan
tempat tinggal sementara selama pembelajaran bahasa, sebagai tempat belajar.
d) Objek
sasaran : meliputi pelajar dan mahasiswa yang memenuhi persyaratan, diutamakan mereka yang
lolos atau mendapatkan beasiswa dari pemerintah.
2. Kelembagaan dan Organisasi
Pelaksanaannya
Pemerintah
Pusat dan Daerah bertanggung jawab atas pembangunan atau pemilihan tempat dan
pengembangan asrama bahasa di wilayahnya.
Sekolah atau perguruan tinggi terkait sebagai pengawas jalannya
aktivitas dalam asrama. Bidang perencanaan dan pengendalian dipegang oleh Dinas
Pendidikan Nasional terkait dibantu oleh Dinas Pendidikan Daerah masing-masing.
3. SOP (Standar Operasional Prosedur)
Program Language Drom
(1) Mengumpulkan pelajar atau mahasiswa yang
lolos seleksi beasiswa. Syarat-syarat mengikuti beasiswa ditetapkan oleh
pemerintah melalui dinas terkait.
(2) Melakukan prosesi wawancara untuk proses
sosialisasi program asrama bahasa.
(3) Mencatat pelajar atau mahasiswa yang
mengikuti program asrama bahasa baik yang melalui proses seleksi beasiswa
maupun melalui jalur tes wawancara karena minat.
(4) Sekolah atau perguruan tinggi terkait
mengumpulkan berkas-berkas yang diperlukan.
(5) Pihak sekolah bersama pemerintah dan
lembaga terkait mencari tempat yang akan digunakan sebagai asrama bahasa.
(6) Pelajar dan mahasiswa berkumpul di
asrama bahasa dan menempati kamar masing-masing.
(7) Mengasah keterampilan berbahasa inggris
dengan tentor prfesional setiap akhir pekan dan pada jadwal-jadawal yang telah
di sepakati.
(8) Melakukan aktivitas-aktivitas sosial
atau studi banding setiap satu bulan sekali,dan
mengikuti tes-tes yang berkaitan dengan keterampilan berbahasa.
(9) Pelajar dan mahasiswa mengikuti program
asrama bahasa selama masih mendapatkan beasiswa.
(10) Pelajar atau mahasiswa boleh mengikuti
program asrama bahasa hingga kelulusan dengan catatan Indeks prestasi atau
rata-rata nilai raport tidak turun dari tahun sebelumnya.
(11) Sebelum masa belajar di asrama berakhir,
sekolah atau perguruan tinggi bersama pihak terkait membantu mencarikan
jaringan kerjasama untuk proses selanjutnya baik bekerja atau melanjutkan
sekolah di luar negeri.
4. Pemilihan Peserta yang Menempati Asrama
Bahasa
Untuk
mendapat hasil pembelajaran bahasa yang maksimal, maka dipilih pelajar atau
mahasiswa yang berprestasi di sekolah maupun di perguruan tinggi maupun
penerima beasiswa baik bidikmisi maupun yang lain.
5. Pemeliharaan dilakukan oleh pihak
Sekolah ataupun Perguruan Tinggi yang diawasi oleh Pemerintah Daerah dan
Pemerintah Pusat. Dalam pemeliharaannya asrama bahasa sebagai tempat pembelajaran
bahasa harus didukung oleh pengajar yang professional.
Kesimpulan
Gagasan
yang diajukan
Mengoptimalkan
beasiswa yang diberikan oleh pemerintah, dengan memberdayakan penerima beasiswa
untuk dibekali keterampilan berbahasa melalui sistem asrama bahasa (Language
Dorm).
Teknik
Implementasi yang akan dilakukan
Pelajar atau mahasiswa yang mendapatkan beasiswa,
diberdayakan melalui asrama bahasa.Asrama dikelola oleh pemerintah bersama
pihak-pihak terkait. Dalam pelaksanaannya dibimbing oleh tenaga pengajar
profesional. Sistem operasi di asrama, dipegang oleh pihak sekolah yang
bekerjasmaa dengan pemerintah. Sistem asrama bahasa dikelola oleh pemerintah,
dioptimalkan tidak menggangu pembelajaran mereka di sekolah atau di perguruan
tinggi.
Prediksi
Hasil yang Akan Diperoleh
1. Pelajar dan Mahasiswa dapat terampil
dalam berbahasa baik bahasa daerah, nasional, maupun internasional.
2. Membantu pelajar dan mahasiswa dalam
mengikuti tes kesetaraan bahasa asing (TOEFL, IELTS, dan sejenisnya).
3. Meningkatkan kualitas lulusan pelajar
dan mahasiswa Indonesia.
4. Membuka peluang yang lebih besar bagi
para lulusan asrama bahasa tersebut untuk melanjutkan studi dan bekerja di luar
negeri.
DAFTAR PUSTAKA
Amaliah,
Dini. 2015. Pengembangan Muatan Lokal Sebagai Salah Satu Strategi Menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Prosiding Seminar Nasional, Yogyakarta, 9 Mei
2015.
http://eprints.uny.ac.id/21929/1/39%20Dini%20Amaliah.pdf.
Diakses pada tanggal 9 Januari 2016.
Indriani.2015.Mendikbud:
rata-rata nilai Ujian Nasional naik 0,3 poin.
http://www.antaranews.com/berita/496321/mendikbud-rata-rata-nilai-ujian-nasional-naik-03-poin.
Diakses pada tanggal 18 Februari 2016.
Kaelan.
2014. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Mulyani,
Sumantri, dan Nana Syaodih. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Pribadi,
Slamet. 2016. Indonesia Membuka Bebas VISA Kepada 174 negara. Prime Time News
Metro TV. Selasa, 2 Febuari 2016 Pukul 01.45 WIB.
Rahardi,
Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Erlangga.
Rohman,
Arif. 2016.Akar Filosofis dan Ideologis Kurikulum Pendidikan. Seminar Nasional
Pendidikan DEMA-F Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/dr-arif-rohman
msi/akarideologiskebijakanmakalahseminarnasional.pdf.
Diakses
pada tanggal 17 Febuari 2016.
Samovar,
Larry A, dkk. 2014. Komunikasi Lintas Budaya. Jakarta: Salemba Humanika.
Terjemahan dari Indri Margaretha Sidobalok.
Santoso,
Hari. 2016. Jerman Buka Peluang Lulusan dari Indonesia. Dikutip dari Suara
Merdeka, Selasa 5 januari 2016 hlm 12.
Tarigan,
Henry Guntur. 2009. Metodologi Pengajaran Bahasa 2. Bandung: Angkasa Bandung.
Wibawa,
Sutrisna. 2013. Mengukuhkan Pembelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Daerah
Sebagai Muatan Lokal. Makalah Konferensi Internasional Budaya Daerah III.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Sutrisna%20Wibawa,%20M.Pd./MAKALAH%20IKADBUDI%20UNIVET%202013.pdf.
Diakses pada tanggal 18 Februari 2016.
replubika.co.id
(Desember, 2013
Rahayu,2015.Jurnal
Paradigma Vol.02
Royani,2010.Jurnal
Penelitian Vol.02
Comments
Post a Comment