A. JUDUL
“PENGARUH
MOTIVASI DAN DISIPLIN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SDN Sukarame Kota
Tasikmalaya”
(Penelitian Kuantitatif Deskriptif pada Siswa Kelas V SDN
Sukarame Kota Tasikmalaya)
B. LATAR BELAKANG
Proses
pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan output.
Input merupakan peserta didik yang akan melaksanakan aktivitas belajar, proses
merupakan kegiatan dari belajar mengajar sedangkan output merupakan hasil dari
proses yang dilaksanakan. Dari pelaksanaan proses pendidikan tersebut diharapkan
dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing yang
tinggi untuk menghadapi persaingan di era globalisasi dewasa ini. Peningkatan
kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu penekanan dari tujuan
pendidikan. Seorang siswa dikatakan telah mencapai perkembangannya secara
optimal apabila siswa dapat memperoleh pendidikan dan prestasi belajar yang
sesuai dengan bakat, kemampuan dan minat yang dimilikinya.
Terkait
dengan dunia pendidikan, untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan
berprestasi tinggi maka siswa harus memiliki prestasi belajar yang baik.
Prestasi belajar merupakan tolok ukur maksimal yang telah dicapai siswa setelah
melakukan perbuatan belajar selama waktu yang telah ditentukan bersama. Dalam
suatu lembaga pendidikan, prestasi belajar merupakan indikator yang penting
untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar. Akan tetapi tidak bisa
dipungkiri bahwa tinggi rendahnya prestasi siswa banyak dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain disamping proses pengajaran itu sendiri. (Suharsimi
Arikunto, 1990 : 21). Prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh motivasi
tetapi juga dipengaruhi oleh disiplin. Motivasi adalah daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau daya penggerak dari subyek
untuk melakukan suatu perbuatan dalam suatu tujuan (Sardiman, 2000 : 71).
Motivasi dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan
serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang berkaitan dengan konsep-konsep yang lain
seperti minat, konsep diri, sikap dan sebagainya sehingga dapat mempengaruhi
siswa yang dapat membangkitkan dan mengarahkan tingkah laku yang dimungkinkan
untuk ditampilkan oleh para siswa ( Eysenck dalam Slameto, 2003 : 170 ).
Sedangkan menurut Noehi Nasution ( 1993 : 8 ) motivasi adalah kondisi
psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi
belajar adalah adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
belajar, sehingga hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar
meningkat. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000 : 119)
Siswa yang
mempunyai motivasi yang kuat akan diikuti dengan munculnya disiplin diri dimana
disiplin tersebut merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri
seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan atau pada garis besarnya motivasi
menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa, pembelajaran
yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pembelajaran yang sesuai sesuai dengan
kebutuhan, dorongan, motif, minat, yang ada pada diri siswa. Berhasil atau
gagalnya dalam membangkitkan dan mendayagunakan motivasi dalam proses
pembelajaran berkaitan dengan upaya pembinaan kedisiplinan kelas. Motivasi
merupakan bagian dari prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran karena motivasi
menjadi salah satu faktor yang turut menentukan pembelajaran yang efektif.
(Syaiful Bahri Djamarah, 2000 : 123). Didalam pengelolaan pengajaran, disiplin
merupakan suatu masalah penting. Tanpa adanya kesadaran akan keharusan
melaksanakan aturan yang sudah ditentukan sebelumnya pengajaran tidak mungkin
mencapai target yang maksimal.
Seorang siswa
perlu memiliki sikap disiplin dengan melakukan latihan yang memperkuat dirinya
sendiri untuk selalu terbiasa patuh dan mempertinggi daya kendali diri. Sikap
disiplin yang timbul dari kesadarannya sendiri akan dapat lebih memacu dan
tahan lama dibandingkan dengan sikap disiplin yang timbul karena adanya
pengawasan dari orang lain. Disiplin dapat tumbuh dan dibina melalui latihan,
pendidikan atau penanaman kebiasaan yang harus dimulai sejak dalam lingkungan
keluarga, mulai pada masa kanak-kanak dan terus tumbuh berkembang sehingga
menjadi disiplin yang semakin kuat. Seperti halnya disebutkan oleh Tulus Tu’u
(2004 : 37) bahwa dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil
dalam belajarnya, tanpa disiplin yang baik suasana sekolah dan juga kelas
menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran secara positif disiplin
memberi dukungan lingkungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran,
disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak ketika
bekerja karena kesadaran pentingnya norma, aturan, kepatuhan dan ketaatan
merupakan kesuksesan seseorang. Menurut Soegeng Prijodarmito dalam Tulus Tu’u (
2004 : 40 ) sikap , perilaku seseorang tidak dibentuk dalam sekejap. Diperlukan
pembinaan, tempaan yang terus-menerus sejak dini. Melalui tempaan manusia akan
menjadi kuat. Melalui tempaan mental dan moral seseorang akan teruji, melalui
tempaan pula menjadikan seseorang dapat mengatasi masalah-masalah dengan penuh
ketabahan dan kegigihan. Melalui tempaan pula mereka memperoleh nilai tambah.
Disiplin tersebut akan terwujud melalui pembinaan sejak dini, sejak usia muda,
dimulai dari lingkungan keluarga melalui pendidikan yang tertanam sejak usia
muda yang semakin lama semakin menyatu dalam dirinya dengan bertambahnya
usia.Sehingga dalam hal ini dalam pendidikan khususnya didalam sekolah disiplin
harus bisa diterapkan kepada para siswa tentu saja dengan proses dan cara
penerapan serta pembinaan yang berlanjut yang menjadikan siswa mempunyai
kedisiplinan dalam dunia sekolah yang berlaku dalam dunia pendidikan.
Berdasarkan
survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SDN Sukarame Kota
Tasikmalaya menerangkan bahwa tingkat kedisiplinan belajar siswanya masih
rendah, yang dapat dilihat dari data yang ada seperti hasil yang diperoleh dari
nilai ulangan harian. Ada beberapa siswa yang tidak menaati tata tertib, tidak
mengerjakan tugas, belajar jika akan menghadapi tes dan berpengaruh pada
prestasi yang kurang dari hasil yang diharapkan dan motivasi belajarnya dapat
diketahui dari hasil wawancara ada beberapa siswa kurang disiplin dalam
mengerjakan tugas di rumah yang diberikan dan tidak memperhatikan serta
mencatat materi yang diberikan sehingga dirasa masih kurang mendukung terhadap
pencapaian prestasi belajar siswa. Motivasi dan disiplin yang terdapat pada
diri siswa menjadi faktor utama untuk pencapaian prestasi belajar yang baik.
Tetapi pada kenyataannya faktor dari dalam diri saja tidak sepenuhnya menunjang
dalam proses prestasi belajar tanpa adanya dukungan dari guru sebagai
pembimbing dalam proses belajar mengajar.
Dari uraian
latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis dalam penelitian ini
mengambil judul “PENGARUH MOTIVASI DAN DISIPLIN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA
KELAS V SDN Sukarame Kota Tasikmalaya”
C. PERUMUSAN MASALAH
a. Identifikasi Masalah
Berawal dari
latar belakang yang telah dikemukakan diatas, peneliti mengidentifikasi
permasalahan-permasalahan yang terjadi di lapangan, antara lain adalah
1. prestasi belajar merupakan indikator
yang penting untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar, namun tinggi
rendahnya prestasi siswa banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain disamping
proses pengajaran yakni motivasi dan disiplin.
2. Kurangnya kesadaran akan keharusan
melaksanakan aturan yang sudah ditentukan.
3. Beberapa siswa kurang disiplin dalam
mengerjakan tugas di rumah yang diberikan dan tidak memperhatikan serta
mencatat materi yang diberikan sehingga dirasa masih kurang mendukung terhadap
pencapaian prestasi belajar siswa
4. kenyataannya faktor dari dalam diri
saja tidak sepenuhnya menunjang dalam proses prestasi belajar tanpa adanya
dukungan dari guru sebagai pembimbing dalam proses belajar mengajar
b. Rumusan Masalah
Dalam
penelitian ini permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
1. Adakah
pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar siswa kelas V SDN Sukarame Kota
Tasikmalaya?
2. Adakah
pengaruh disiplin terhadap prestasi belajar siswa kelas V SDN Sukarame Kota
Tasikmalaya?
3. Seberapa
besar pengaruh motivasi dan disiplin terhadap prestasi belajar secara
bersama-sama siswa kelas V SDN Sukarame Kota Tasikmalaya?
D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan
rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
motivasi terhadap prestasi belajar siswa kelas V SDN Sukarame Kota Tasikmalaya.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
disiplin terhadap prestasi belajar siswa kelas V SDN Sukarame Kota Tasikmalaya.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
motivasi dan disiplin terhadap prestasi belajar secara bersama-sama siswa kelas
V SDN Sukarame Kota Tasikmalaya.
E. MANFAAT PENELITIAN
b. Manfaat Praktis
1. Bagi siswa dapat digunakan sebagai tolak
ukur hasil prestasi dalam belajar sehingga siswa dapat melihat hasil yang telah
diraihnya dan untuk dapat lebih meningkatkan prestasi belajar yang lebih baik.
2. Bagi Guru sebagai informasi agar lebih
dapat meningkatkan pengawasan dan proses belajar mengajar.
3. Bagi peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan
sebagai hasil pengamatan langsung serta dapat memahami penerapan disiplin ilmu
yang diperoleh selama studi di perguruan tinggi.
c. Manfaat teoritis
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam rangka penyusunan
teori atau konsep-konsep baru terutama untuk menerapkan motivasi dan disiplin
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
E. KAJIAN TEORI
1. Motivasi
Motivasi
berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau menggerakkan.
“Motivasi sangat diperlukan dalam pelaksanaan aktivitas manusia karena motivasi
merupakan hal yang dapat menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku
manusia supaya mau bekerja giat dan antusias untuk mencapai hasil yang optimal”
(Malayu S.P Hasibuan, 2001:141). Menurut G.R. Terry yang diterjemahkan oleh J
Smith D.F.M (2003:130), “Motivasi dapat diartikan sebagai suatu usaha agar
seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan semangat karena ada tujuan
yang ingin dicapai”. Manusia mempunyai motivasi yang berbeda tergantung dari
banyaknya faktor seperti kepribadian, ambisi, pendidikan dan usia. Motivasi
adalah suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan
timbulnya afektif atau perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Mc. Donald
dalam Oemar Hamalik, 2003 : 106). Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000 : 114)
motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu
aktivitas nyata berupa kegiatan fisik, karena seseorang mempunyai tujuan
tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk
mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya..
Keinginan atau dorongan inilah yang disebut sebagai motivasi. Dengan motivasi
orang akan terdorong untuk bekerja mencapai sasaran dan tujuannya karena yakin
dan sadar akan kebaikan, kepentingan dan manfaatnya. Bagi siswa motivasi ini
sangat penting karena dapat menggerakkan perilaku siswa kearah yang positif
sehingga mampu menghadapi segala tuntutan, kesulitan serta menanggung resiko
dalam belajar.
Dalam
kaitannya dengan belajar, motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan
aktualisasi diri sehingga motivasi paling besar pengaruhnya pada kegiatan
belajar siswa yang bertujuan untuk mencapai prestasi tinggi. Apabila tidak ada
motivasi belajar dalam diri siswa, maka akan menimbulkan rasa malas untuk
belajar baik dalam mengikuti proses belajar mengajar maupun mengerjakan
tugas-tugas individu dari guru. Orang yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam
belajar maka akan timbul minat yang besar dalam mengerjakan tugas, membangun
sikap dan kebiasaan belajar yang sehat melalui penyusunan jadwal belajar dan
melaksanakannya dengan tekun.
Indikator
dari motivasi, yaitu:
1. Cita-cita
Cita-cita
adalah sesuatu target yang ingin dicapai. Target ini diartikan sebagai tujuan
yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang.
Munculnya cita-cita seseorang disertai dengan perkembangan akal, moral kemauan,
bahasa dan nilai-nilai kehidupan yang jugamenimbulkan adanya perkembangan
kepribadian.
2. Kemampuan
belajar.
Setiap siswa
memiliki kemampuan belajar yang berbeda. Hal ini diukur melalui taraf
perkembangan berpikir siswa, dimana siswa yang taraf perkembangan berpikirnya
konkrit tidak sama dengan siswa yang sudah sampai pada taraf perkembangan
berpikir rasional. Siswa yang merasa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan
sesuatu, maka akan mendorong dirinya berbuat sesuatu untuk dapat mewujudkan
tujuan yang ingin diperolehnya dan sebaliknya yang merasa tidak mampu akan
merasa malas untuk berbuat sesuatu.
3. Kondisi
siswa.
Kondisi siswa
dapat diketahui dari kondisi fisik dan kondisi psikologis, karena siswa adalah
makluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Kondisi fisik siswa lebih cepat
diketahui daripad kondisi psikologis. Hal ini dikarenakan kondisi fisik lebih
jelas menunjukkan gejalanya daripada kondisi psikologis.
4. Kondisi
lingkungan.
Kondisi lingkungan merupakan unsur yang datang
dari luar diri siswa yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Lingkungan fisik sekolah, sarana dan prasarana perlu ditata dan dikelola agar
dapat menyenangkan dan membuat siswa merasa nyaman untuk belajar. Kebutuhan
emosional psikologis juga perlu mendapat perhatian, misalnya kebutuhan rasa
aman, berprestasi, dihargai, diakui yang harus dipenuhi agar motivasi belajar
timbul dan dapat dipertahankan.
5.
Unsur-unsur dinamis dalam belajar.
Unsur-unsur
dinamis adalah unsur-unsur yang keberadaannya didalam proses belajar tidak
stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali
misalnya gairah belajar, emosi siswa dan lain-lain. Siswa memiliki perasaan,
perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan selama proses
belajar, kadang-kadang kuat atau lemah.
6. Upaya guru
membelajarkan siswa.
Upaya guru
membelajarkan siswa adalah usaha guru dalam mempersiapkan diri untuk
membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik
perhatian siswa dan mengevaluasi hasil belajar siswa. Bila upaya guru hanya
sekedar mengajar, artinya keberhasilan guru yang menjadi titik tolak, besar
kemungkinan siswa tidak tertarik untuk belajar sehingga motivasi belajar siswa
menjadi melemah atau hilang (Max Darsono, 2000:65 ; Dimyati dan Mudjiono,
1994:90-92). Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam belajar siswa,
karena motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan oleh
siswa. Hawley (Yusuf, 2003 : 14) menyatakan bahwa para siswa yang memiliki
motivasi yang tinggi, belajarnya lebih baik dibandingkan dengan para siswa yang
memiliki motivasi rendah. Hal ini berarti siswa yang memiliki motivasi belajar
tinggi akan tekun dalam belajar dan terus belajar secara kontinyu tanpa
mengenal putus asa serta dapat mengesampingkan hal-hal yang dapat mengganggu
kegiatan belajar.
Menurut
Sardiman (2004:83) fungsi motivasi adalah :
1. Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi
dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan
dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah
tujuan yang hendak dicapai, dengan demikian motivasi dapat memberi arah dan
kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan
perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Dari pendapat
di atas sangat jelas bahwa motivasi sangat penting dalam proses belajar
mengajar, karena motivasi dapat mendorong siswa untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar.
Dalam proses belajar mengajar tersebut diperlukan suatu upaya yang dapat
meningkatkan motivasi siswa, sehingga siswa yang bersangkutan dapat mencapai
hasil belajar yang optimal.
Jenis- jenis
motivasi belajar, menurut Sardiman AM (2001: 88-90) motivasi dibagi menjadi dua
tipe atau kelompok yaitu intrinsic dan ekstrinsik :
1. Motivasi
intrinsik
Motivasi
intrinsik merupakan motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak
perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu. Contohnya seseorang yang senang membaca tidak
usah disuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin membaca buku-buku untuk
dibacanya.
2. Motivasi
ekstrinsik
Motivasi
ekstrinsik merupakan motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya
perangsang dari luar. Contohnya seseorang itu belajar, karena tahu besok pagi
ada ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai baik, atau agar mendapatkan
hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak
secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu.
Pentingnya
motivasi bagi siswa menurut Diimyati dan Mudjiono, (1994: 79) adalah :
a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar,
proses dan hasil akhir belajar.
b. Menginformasikan tentang usaha belajar, bila
dibanding dengan teman sebaya sebagai ilustrasi, terbukti kegiatan usahanya
belum memadai, maka ia berusaha setekun mungkin agar berhasil.
c. Mengarahkan kegiatan belajar, mengetahui
bahwa dirinya belum belajar secara efektif, maka ia mengubah perilaku
belajarnya.
d. Membesarkan semangat belajar.
e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan
belajar dan kemudian bekerja.
Gejala kurang
motivasi belajar akan dimanifestasikan, baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam tingkah laku. Beberapa ciri tingkah laku yang berhubungan dengan
rendahnya motivasi belajar :
a. Malas melakukan tugas kegiatan belajar,
seperti malas mengerjakan PR, malas dalam membaca, dan lain-lain.
b. Bersikap acuh tak acuh, menentang dan
sebagainya
c. Menunjukkan hasil belajar yang rendah
dibawah nilai rata-rata yang dicapai kelompoknya atau kelas.
d. Menunjukkkan tingkah laku sering
membolos, tidak mengerjakan tugas yang diberikan dan sebagainya.
e. Menunjukkan gejala emosional yang tidak
wajar seperti pemarah, mudah tersinggung.
Menurut
Syaiful Bahri Djamarah (2000 : 117) yang tergolong bentuk motivasi belajar
ekstrinsik antara lain:
a. Belajar
demi memenuhi kewajiban.
b. Belajar
demi menghindari hukuman yang diancam.
c. Belajar
demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan.
d. Belajar
demi meningkatkan gengsi sosial.
e. Belajar
demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan
kenaikan jenjang.
f. Belajar
demi memperoleh pujian dari orang yang penting.
Sedangkan
yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah bentuk motivasi yang di dalam aktivitas
belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan secara mutlak berkaitan
dengan aktivitas belajar. Yang tergolong dalam motivasi intrinsik adalah:
a. Belajar karena ingin mengetahui
seluk-beluk masalah selengkap-lengkapnya.
b. Belajar karena ingin menjadi orang
terdidik atau menjadi ahli bidang studi pada penghayatan kebutuhan dan siswa
berdaya upaya melui kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan ini hanya dapat
dipenuhi dengan belajar giat.
Motivasi
sangat penting untuk mencapai keberhasilan siswa dalam belajar. Motivasi
belajar merupakan motor penggerak yang mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri
(Winkel, 2004 : 186). Motivasi yang kuat akan membuat siswa sanggup bekerja
keras untuk mencapai sesuatu yang menjadi tujuannya, dan motivasi itu muncul
karena dorongan adanya kebutuhan. Dorongan seseorang belajar menurut Maslow
yang mengutip dari Sardiman (2002:78) sebagai berikut:
a. Kebutuhan
fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat dan sebagainya.
b. Kebutuhan
akan keamanan, yakni rasa aman bebas dari rasa takut dan kecemasan.
c. Kebutuhan
akan cinta kasih, rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga,
sekolah, kelompok).
d. Kebutuhan
untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usahamencapai
hasil dalam bidang pengetahuan, sosial dan pembentukan pribadi.
Dari berbagai
macam kebutuhan tersebut, ada cara untuk merangsang motivasi belajar siswa yang
merupakan dorongan intrinsik. Menurut Sardiman (2001:90) beberapa cara
menumbuhkan motivasi belajar di sekolah adalah dengan:
a. Memberikan
angka sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.
b. Hadiah
c. Persaingan
/ kompetisi baik individu maupun kelompok.
d.
Ego-invoicement, sebagai tantangan untuk mempertaruhkan harga diri.
e. Memberi ulangan
f. Mengetahui
hasil
g. Pujian
h. Hukuman
i. Hasrat
untuk belajar
j. Minat
k. Tujuan
yang diakui
2. Disiplin
Disiplin bagi
peserta didik adalah hal yang rumit dipelajari sebab merupakan hal yang
kompleks dan banyak kaitannya, yaitu terkait dengan pengetahuan, sikap dan
perilaku. Masalah disiplin yang dibahas dalam penelitian ini adalah disiplin
yang dilakukan oleh para siswa dalam kegiatan belajarnya baik di rumah maupun
di sekolah. Untuk lebih memahami tentang disiplin belajar terlebih dahulu akan
dikemukakan pengertian disiplin menurut beberapa ahli.
1) Menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2000:97),
disiplin hakikatnya adalah pernyataan sikap mental individu maupun masyarakat
yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk
menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.
2) Menurut Arikunto (1990:114), di dalam pembicaraan
disiplin dikenal dua istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi
pembentukannya secara berurutan. Kedua istilah itu adalah disiplin dan
ketertiban, ada juga yang menggunakan istilah siasat dan ketertiban. Ketertiban
menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan dan tata tertib
karena didorong oleh sesuatu dari luar misalnya karena ingin mendapat pujian
dari atasan. Selanjutnya pengertian disiplin atau siasat menunjuk pada
kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata tertib karena didorong kesadaran yang
ada pada kata hatinya. Itulah sebabnya biasanya ketertiban itu terjadi dahulu,
kemudian berkembang menjadi siasat.
Selanjutnya
akan diuraikan pendapat para ahli tentang pengertian belajar.
1) Menurut W. S. Winkel (dalam Max Darsono,
2000:4), belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
2) Menurut Slameto (2003:2), belajar ialah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari seluruh
pengertian antara disiplin dan belajar, dapat diambil kesimpulan bahwa yang
dimaksud disiplin belajar dalam penelitian ini adalah pernyataan sikap dan
perbuatan siswa dalam melaksanakan kewajiban belajar secara sadar dengan cara
menaati peraturan yang ada di lingkungan sekolah maupun di rumah. Berdisiplin
sangat penting bagi setiap siswa. Berdisiplin akan membuat seorang siswa
memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik, juga merupakan suatu proses
ke arah pembentukan watak yang baik.
Fungsi
disiplin menurut Tulus Tu’u (2004:38) adalah:
1) Menata kehidupan bersama
Disiplin
berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu menghargai orang lain
dengan cara menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, sehingga tidak akan
merugikan pihak lain dan hubungan dengan sesama menjadi baik dan lancar.
2) Membangun kepribadian
Pertumbuhan
kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Disiplin
yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi
pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan disiplin seseorang
akan terbiasa mengikuti , mematuhi aturan yang berlaku dan kebiasaan itu lama
kelamaan masuk ke dalam dirinya serta berperan dalam membangun kepribadian yang
baik.
3) Melatih kepribadian
Sikap,
perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin terbentuk melalui
latihan. Demikian juga dengan kepribadian yang tertib, teratur dan patuh perlu
dibiasakan dan dilatih.
4) Pemaksaan
Disiplin
dapat terjadi karena adanya penaksaan dan tekanan dari luar, misalnya ketika
seorang siswa yang kurang disiplin masuk ke satu sekolah yang berdisiplin baik,
terpaksa harus mematuhi tata tertib yang ada di sekolah tersebut.
5) Hukuman
Tata tertib
biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi atau hukuman bagi yang melanggar
tata tertib tersebut.
6) Menciptakan lingkungan yang kondusif
Disiplin
sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan agar berjalan
lancar dan memberi pengaruh bagi terciptanya sekolah sebagai lingkungan
pendidikan yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran.
3. Prestasi Belajar
Dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar diperlukan adanya evaluasi yang nantinya
akan dijadikan sebagai tolok ukur maksimal yang telah dicapai siswa setelah
melakukan kegiatan belajar selama waktu yang telah ditentukan. Apabila
pemberian materi telah dirasa cukup, guru dapat melakukan tes yang hasilnya
akan digunakan sebagai ukuran dari prestasi belajar yang bukan hanya terdiri
dari nilai mata pelajaran saja tetapi juga mencakup nilai tingkah laku siswa
selama berlangsungnya proses belajar mengajar.
Prestasi
merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan
tertentu.” Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai
tes atau angka nilai yang diberikan guru” (Tulus Tu`u, 2004:75).
Dari
pengertian diatas dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil kemampuan
seseorang pada bidang tertentu dalam mencapai tingkat kedewasaan yang langsung
dapat diukur dengan tes. Penilaian dapat berupa angka atau huruf. Keberhasilan
siswa dalam mencapai prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
tingkat kecerdasan yang baik, pelajaran sesuai dengan bakat yang dimiliki, ada
minat dan perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam
belajar, cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran yang dikembangkan
guru. Suasana keluarga yang mendorong anak untuk maju, selain itu lingkungan
sekolah yang tertib, teratur dan disiplin merupakan pendorong dalam proses
pencapaian prestasi belajar (Tulus Tu`u, 2004: 81).
Menurut
Merson U. Sangalang yang dikutip oleh Tulus Tu’u (2004:78) ada beberapa faktor
yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar yang baik,
antara lain:
1. Faktor
kecerdasan.
Tinggi
rendahnya kecerdasan yang dimiliki siswa sangat menentukan keberhasilannya
mencapai prestasi belajar, termasuk prestasi-prestasi lain yang ada pada
dirinya.
2. Faktor
bakat.
Bakat-bakat
yang dimiliki siswa apabila diberi kesempatan untuk dikembangkan dalam
pembelajaran akan dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan.
3. Faktor
minat dan perhatian.
Minat adalah
kecenderungan yang besar terhadap sesuatu. Perhatian adalah melihat dan
mendengar dengan baik serta teliti terhadap sesuatu. Apabila siswa menaruh
minat pada satu pelajaran tertentu biasanya cenderung untuk memperhatikannya
dengan baik. Minat dan perhatian yang tinggi pada mata pelajaran akan memberi
dampak yang baik bagi prestasi belajar siswa.
4. Faktor
motif.
Motif selalu
selalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Apabila dalam belajar, siswa mempunyai motif
yang baik dan kuat, hal ini akan memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai
prestasi yang tinggi.
5. Faktor
cara belajar.
Keberhasilan belajar
siswa dipengaruhi oleh cara belajar siswa. Cara belajar yang efisien
memungkinkan mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan
cara belajar yang tidak efektif.
6. Faktor
lingkungan keluarga.
Keluarga
merupakan salah satu potensi yang besar dan positif memberi pengaruh pada
prestasi siswa. Terutama dalam hal mendorong, memberi semangat, dan memberi
teladan yang baik kepada anaknya.
7. Faktor
sekolah.
Sekolah
merupakan faktor pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki sistem, dan organisasi
yang baik bagi penanaman nilai-nilai etika, moral, mental, spiritual, disiplin
dan ilmu pengetahuan (Tulus Tu’u, 2004:78).
Pencapaian
prestasi belajar yang baik tidak hanya diperoleh dari tingkat kecerdasan siswa
saja, tetapi juga didukung oleh lingkungan keluarga dan sekolah dimana guru dan
alat belajar dijadikan sebagai sumber belajar bagi kelancaran proses belajar
mengajar. Keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu tingkat kecerdasan yang baik, pelajaran sesuai dengan
bakat yang dimiliki, ada minat dan perhatian yang tinggi dalam pembelajaran,
motivasi yang baik dalam belajar, cara belajar yang baik dan strategi
pembelajaran yang dikembangkan guru. Suasana keluarga yang mendorong anak untuk
maju, selain itu lingkungan sekolah yang tertib, teratur dan disiplin merupakan
pendorong dalam proses pencapaian prestasi belajar (Tulus Tu`u, 2004: 81).
Sedangkan
Syah (1999:144) secara global menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi
belajar siswa dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Faktor
internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani
siswa.
2. Faktor
eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3. Faktor
pendekatan belajar(approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran materi – materi pelajaran.
Comments
Post a Comment