Setiap
perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya setiap
harinya, misalkan untuk memberikan persekot pembelian bahan mentah, membayar
upah buruh, gaji pegawai dan lain sebagainya, di mana uang atau dana yang telah
dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam
waktu yang pendek melalui penjualan produksinya. Uang yang masuk berasal dari
penjualan produk tersebut akan segera dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi
selanjutnya. Dengan demikian maka dana tersebut akan terus menerus berputar
setiap periodenya selama hidupnya perusahaan.
Mengenai
pengertian modal kerja ini dapatlah dikemukakan adanya beberapa konsep, yaitu :
a)
Konsep Kuantitatif
b)
Konsep Kualitatif
c)
Konsep Fungsionil
a) Konsep Kuantitatif
Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari
dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar di mana aktiva ini merupakan
aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva di mana
dana yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam watu pendek. Dengan
demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva
lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto
(gross working capital).
b) Konsep Kualitatif
Apabila pada konsep kuantitatif modal kerja
itu hanya dikaitkan dengan besarnya jumlah aktiva lancar saja, maka pada konsep
kualitatif ini pengertian modal kerja juga dikaitkan dengan besarnya jumlah
utang lancar atau utang yang segera harus dibayar. Dengan demikian maka
sebagian dari aktiva lancar ini harus disediakan untuk memenuhi kewajiban
finansiil yang segera harus dilakukan, di mana bagian aktiva lancar ini tidak
boleh digunakan untuk membiayai operasinya perusahaan untuk menjaga
likuiditasnya. Oleh karenanya maka modal kerja menurut konsep ini adalah
sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai
operasinya perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan
kelebihan aktiva lancar di atas utang lancarnya.
Modal kerja dalam pengertian ini sering
disebut modal kerja netto (nett working capital)
c) Konsep Fungsionil
Konsep ini
mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan (income).
Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan adalah dimaksudkan
untuk menghasilkan pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam suatu
periode accounting trtentu yang seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan
bagi periode tersebut (current income) dan ada sebagian dana lain yang juga
digunakan selama peride tersebut tetapi tidak seluruhnya digunakan untuk
menghasilkan current income.
Sebagian dari dana itu dimaksudkan juga
untuk menghasilkan pendapatan untuk periode-periode berikutnya (future income).
Dalam hubungan ini dapatlah dikemukakan nama Wilford J Eitman- J.h. Holtz, yang
memberikan definisi modal kerja sebagai dana yang digunakan selama periode
accointing yang dimaksudkan untuk menghasilkan current income (sebagai lawan
dari future income yang sesuai dengan maksud utama didirikan perusahaan
tersebut).
Berdasarkan
definisi itu maka pengertian “non-working capital” adalah dana yang tidak
menghasilkan current income, atau kalau menghasilkan current income adalah
tidak sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut. Misalnya suatu
perusahaan dagang tekstil yang menanam dalam obligasi tersebut menghasilkan
current income yaitu dalam membentuk bunga obligasi (coupon).
Tetapi karena
perusahaan ini didirikan dengan maksud utama untuk berusaha di bidang
perdagangan tekstil, untuk berusaha dibidang investasi dalam surat-surat
berharga seperti halnya bank, maka dana yang tertanam dalam efek tersebut
nantinya dapat di uangkan dengan mudah dan selanjutnya dapat diinvestasikan
dalam tekstil, maka dana tersebut digolongkan sebagai modal kerja potensiil
(potential working capital).
Kas
dan inventory adalah nyata-nyata modal kerja. Piutang terdiri dari sebagian
yang dapat dimasukkan dalam modal kerja dan sebagian lain yang termasuk dalam
(potential working capital). Suatu perusahaan yang menjual produknya secara
kredit akan mempunyai piutang dagang sebesar hasil penjualannya, yang ini
terdiri dari dana yang menjelma menjadi biaya dan bagian yang merupakan
keuntungan.
Bagian
dari piutang yang terdiri sari dana yang diinvestasikan dalamproduk yang
terjual itu menurut konsep ini digolongkan sebagai modal kerja, sedangkan
bagian yang merupakan keuntungan digolongkan sebagai modal kerja potensiil.
Misalkan suatu perusahaan menjual produknya secara kredit dengan profit margin
sebesar 40%. Apabila perusahaan itu mempunyai piutang dagang sebesar Rp.
150.000,00 maka ini berarti bahwa bagian dari piutang yang termasuk modal kerja
sebesar Rp. 90.000,00 (60% x Rp. 150.000,00) sedangkan sisanya sebesar Rp.
60.000,00 (40% x Rp. 150.000,00 dimaksudkan sebagai potential working capital).
Adapun
dana yang sebagian merupakan modal kerja dan sebagian merupakan modal bukan
modal kerja (non-working capital) adalah dana yang diinvestasikan dalam aktiva
tetap. Misalnya dana yang diinvestasikan dalam mesin sebesar Rp. 240.000,00
dengan life time 8 tahun. pengeluaran dana sebesar itu mengandung dua tujuan
yaitu sebagian atau Rp. 30.000,00 yang berfungsi untuk turut menghasilkan
current income bagi tahun yang bersangkutan, sedangkan sisanya dimaksudkan
untuk menghasilkan pendapatan untuk tahun-tahun berikutnya. Dengan demikian maka bagian dari aktiva tetap
yang dimaksudkan sebagai modal kerja adalah sebesar depresiasi tahun yang
bersangkutan yaitu sebesar Rp. 30.000,00 sedangkan sisanya pada akhir tahun
pertama sebesar Rp. 210.000,00 merupakan non working capital.
Untuk lebih jelasnya dapat diberikan contoh
sebagai berikut :
Contoh 4.1.
Aktiva Lancar :
Kas
.................................................................................................................. Rp.75.000,00
Efek
................................................................................................................ 180.000,00
Piutang
Dagang ............................................................................................... 150.000,00

Jumlah ............................................................................................................ Rp. 525.000,00
Aktiva Tetap :
Tanah
.............................................................................................................. Rp. 75.000,00
Bangunan-bangunan
....................................................................................... 360.000,00

Jumlah ............................................................................................................ Rp. 675.000,00
Keterangan :
a)
Depresiasi setiap tahunnya :
Bangunan-bangunan ........................................................................... Rp. 22.500,00
Mesin-mesin ........................................................................................ 30.000,00
b)
Penjualan dengan kredit dengan profit margin
sebesar 40%
Atas dasar data tersebut di atas dapatlah ditetapkan
besarnya modal kerja menurut konsep fungsional sebagai berikut :
Modal Kerja (Working
Capital) :
Kas
.................................................................................................................. Rp. 75.000,00
Persediaan
Barang............................................................................................ 120.000,00
Piutang
(60%) ................................................................................................. 90.000,00
Depresiasi
bangunan ....................................................................................... 22.500,00

Jumlah ............................................................................................................ Rp. 337.500,00
Bukan-modal kerja
(non working capital) :
Tanah
.............................................................................................................. Rp.75.000,00
Bangunan
........................................................................................................ 337.500,00

Jumlah ............................................................................................................ Rp. 622.500,00
Modal kerja potensiil
(potential capital) :
Keuntungan dalam piutang ............................................................................... Rp. 60.000,00

Jumlah ............................................................................................................ Rp. 240.000,00
Mengenai jenis-jenis modal kerja, W.B Taylor
menggolongkannya dalam :
A. Modal Kerja Permanen (Permanent Working
Capital) yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat
menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara
terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanent working capital ini
dapat dibedakan dalam :
1.
Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)
yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjadmin
kontiunitas usahanya.
2.
Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)
yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi
yang normal. Pengertian “normal” di
sini adalah dalam artian yng dinamis. Apabila suatu perusahaan misalnya selama
4 atau 5 bulan rata-rata per bulannya memproduksi 1000 unit. Apabila kemudian
ternyata bahwa selama 4 atau 5 bulan berikutnya luas produksi rasa-rasa per
bulannya 2000 unit, maka luas produksi normalnya di sini pun berbah menjadi
2000 unit.
B. Modal Kerja Variable (Variable Working
Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
perubahaan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara :
1.
Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)
yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi
musim.
2.
Modal Kerja Siklis (Cycling Working Capital)
yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi
konyungtur.
Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)
yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang
tidak diketahui sebelumnya (misalnya ada pemogokan buruh, banjir, perubahan
keadaan ekonomi yang mendadak).untuk download klik di sini
Comments
Post a Comment