Pemetaan Daerah Bencana di Rahtawu Berbasis Sistem Informasi Geografi





Wahyu Dwi Pranata

BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Longsor adalah salah satu bentuk dari bencana alam. Dalam Undang-Undang, bencana diartikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. (Definisi bencana menurut UU No. 24 tahun 2007)[1]
Suatu kejadian yang kemudian disebut bencana itu terjadi karena pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan, dan kemampuan yang dipicu oleh suatu kejadian. Pada sejarahnya, Desa Rahtawu sudah beberapa kali mengalami bencana alam. Tercatat pada  Jumat, 24 Januari 2014 di daerah Gambir, Dukuh Wetan Kali, Rahtawu mengalami longsor yang mengakibatkan 1 mushola roboh, 1 masjid rusak tertimpa tanah longsor, 15 rumah rusak berat, 1 orang meninggal dan 1 jembatan rubuh serta jalan kampung putus sehingga sekitar 1.480-an Warga Rahtawu mengungsi di Balai Desa. Lima Sekolah Dasar dan satu Sekolah Menengah Pertama yang berada di lokasi dekat bencana longsor, diberhentikan proses belajar mengajarnya selama hampir dua minggu. Menunggu kondisi aman, pengungsi bisa kembali dan proses belajar mengajar kembali pulih.[2]
Adapun bencana besar yang pernah juga terjadi adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1964 terjadi bencana tanah longsor yang memakan korban 6 rumah hancur, 12 orang tewas dan 5 orang hilang
2. Tahun 1993 Sungai Rahtawu (kali gelis) meluap mencapai ketinggian 7 meter, lahan pertanian rusak.
3. Tahun 2001 terjadi banjir mengakibatkan lahan pertanian di sekitar aliran sungai Kaligelis dan jembatan rusak, di kota Kudus banjir meluap lahan pertanian dan rumah penduduk terendam banjir sekitar satu minggu lebih.
4. Tanggal 20 Maret 2006 terjadi tanah longsor 2 warga Dukuh Semliro, Desa Rahtawu meninggal, 1 rumah penduduk beserta ternak hilang (6 ekor kambing, 2 ekor sapi) dan di kota Kudus banjir meluap merendam rumah dan ternak. Di Dukuh Wetan Kali Desa Rahtawu terjadi longsor menimpa 2 rumah penduduk 1 rusak berat.
Desa Rahtawu secara monografi berada di Kecamatan Gebog terletak di wilayah catchment area di sisi selatan lereng Muria dengan ketinggian 600 m dpl. Di sisi utara berbatasan dengan Desa Tempur, Kabupaten Jepara. Dibagian selatan berbatasan langsung dengan Desa Menawan, pada sisi timur berdampingan dengan Desa Ternadi, Kecamatan Dawe dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jepara. Untuk mencapai Ibu Kota Kabupaten Kudus, jarak 20 KM harus ditempuh[3].

B.       Tujuan
Penulisan makalah ini memiliki beberapa tujuan antara lain :
1.         Mengidentifikasi parameter longsor yang ada di Desa Rahtawu
2.         Memetakan kondisi geografis Desa Rahtawu yang rawan longsor berbasis teknologi informasi

C.       Manfaat
Aplikasi sistem informasi geografi berbasis web untuk pemetaan daerah rawan bencana di Rahtawu dapat digunakan sebagai alat untuk rencana pembangunan di daerah sana. Selain itu bermanfaat untuk pengambilan keputusan secara cepat ketika terjadi bencana.



BAB II
PEMBAHASAN

A.       Konsep Sistem Informasi Geografis
Ada banyak sekali pengartian dari Sistem Informasi Geografi (SIG), mulai dari pengertian yang dinyatakan oleh ahli yang konsen terhadap tema ini hingga tulisan lepas yang mengulas soal SIG.
Untuk memahami apa itu SIG, mari kita tilik dahulu dari pengertian pada awal-awal sistem ini dikenalkan. Istilah sistem informasi geografis dikenalkan pertama kali oleh seseorang yang bernama Roger Tomlinson pada tahun 1968. Ia dalam makalahnya yang berjudul “Sistem Informasi Geografis untuk Perencanaan Daerah” menggunakan kata SIG atau GIS untuk pertama kalinya, sehingga Ia juga disebut sebagai Bapak GIS[4].
Para ahli mendefinisikan GIS dengan kalimat berbeda-beda namun memiliki satu benang merah. Mari kita lihat kalimat Mereka :
1.         Purwadhi, 1994
SIG merupakan suatu sistem yang mengorganisir perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan data, serta dapat mendayagunakan sistem penyimpanan, pengolahan, maupun analisis data secara simultan, sehingga dapat diperoleh informasi yang berkaitan dengan aspek keruangan. SIG merupakan manajemen data spasial dan non-spasial yang berbasis komputer dengan tiga karakteristik dasar, yaitu:
(i)        mempunyai fenomena aktual (variabel data non-lokasi) yang berhubungan dengan topik permasalahan di lokasi bersangkutan;
(ii)      (ii) merupakan suatu kejadian di suatu lokasi; dan
(iii)    (iii) mempunyai dimensi waktu.
2.         Aronaff, 1989
SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang digunakan untuk mengelola, dan menyimpan data, memanipulasi dan menganalisa data serta memberi uraian.
3.         Berry, 1988
SIG merupakan sistem informasi, referensi internal, serta otomatisasi data keruangan. Sumber – sumber data geospasial adalah peta digital, foto udara, citra satelit, tabel statistik dan dokumen lain yang berhubungan. Data geospasial menjadi data grafis dan data atribut. Data grafis mempunyai tiga elemen : titik(node), garis(arc) dan area(polygon) dalam bentuk vector ataupun raster yang mewakili geometris topologi, ukuran, bentuk, posisi dan arah. Fungsi pengguna adalah untuk memilih informasi yang diperlukan, membuat standar, membuat jadwal pemutakhiran(updating) yang efisien, menganalisis hasil yang dikeluarkan untuk kegunaan yang diinginkan dan merencanakan aplikasi[5].
4.         Menurut Kang-Tsung Chang (2002)
GIS is a computer system for capturing, storing, querying, analyzing, and displaying geographic data.
5.         Menurut Murai (1999)
SIG sebagai sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospatial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya[6].
6.         ESRI (Environmental Systems Research Institute)
GIS merupakan sebuah Sistem Informasi Geografis yang memungkinkan kita memvisualisasikan, pertanyaan, menganalisis dan menafsirkan data untuk memahami hubungan, pola dan tren[7]. Pengertian ini didapat dari website sebuah perusahaan yang bergerak dibidang perangkat lunak GIS, salah satu produknya adalah ArcGIS.



 
 
 Gambar 1. gambaran SIG


A.1. Komponen Sistem Informasi Geografi
Secara umum Sistem Informasi Geografi terbentuk dari beberapa komponen, ada manusia, perangkat lunak, perangkat keras, dan data.





 
Gambar 2. Komponen GIS

A.1.1. Sumber Daya Manusia
       pengguna(user) aplikasi SIG memegang peran penting dalam proses transformasi informasi. penggunakan harus  dapat mengoperasikan komputer yang terdiri dari software dan hardware.
A.1.2. Perangkat Lunak
       Perangkat lunak merupakan alat yang digunakan dalam proses pembuatan, pemrosesan dan penampilan informasi pada SIG yang berbasis komputer.
A.1.3. Perangkat Keras
       Perangkat keras dibagi menjadi 3, yakni : perangkat keras inputan, perangkat keras output dan perangkat keras pemrosesan. perangkat keras input dapat berupa scanner. keyboard, mouse, citra satelit, dan masih banyak lagi.
       Perangkat keras Output merupakan sebuah perangkat keras komputer yang digunakan untuk menampilkan informasi geografis. Contohnya, Layar monitor, Printer, dan lain sebagainya.
       Perangkat keras pemrosesan menjadi sangat vital, karena komputer pada intinya bekerja sebagai alat pemroses. Perangkat keras ini dapat berupa Random Access memory(RAM), Prosessor, VGA card untuk pengolah grafis, dan lain sebagainya.
A.1.4. Data
       Dalam dunia pengolahan informasi geografis, kita akan mengenal data spasial dan data non-spasial.
       Data spasial adalah data yang bereferensi geografis atas representasi obyek di bumi. Data spasial pada umumnya berdasarkan peta yang berisikan interprestasi dan proyeksi seluruh fenomena yang berada di bumi. Fenomena tersebut berupa fenomena alamiah dan buatan manusia. Pada awalnya, semua data dan informasi yang ada di peta merupakan representasi dari obyek di muka bumi[8]. Sumber data Spasial bisa berupa data vektor dan data raster.
       Data spasial merupakan data informasi yang bersifat deskriptif. Misalnya, jenis bencana , kependudukan, pendapatan penduduk, jumlah desa[9].
B.       Keunggulan Sistem Informasi Geografi
Dulu sebelum SIG berbasis Komputer, informasi geografis diperoleh dari tumpukan beberapa film yang mengandung data yang berbeda-beda. Sistem Informasi Geografi berbsis komputer memiliki banyak keunggulan jika dibandingkan dengan sistem manual sebelumnya.
1.         Penanganan data spasial menjadi lebih baku dan lebih baik (presisi dan akurat).
2.         Revisi dan pemutakhiran data menjadi lebih mudah[10].
3.         Data geospasial menjadi lebih mudah dicari, dianalisis dan dipresentasikan (bahkan dalam bentuk 3 Dimensi)
4.         Menjadi produk yang memiliki nilai tambah
5.         Keputusan yang diambil menjadi lebih baik
6.         Data spasial dan nonspasial dapat dikelola  bersama[11]


C.       Penerapan dan Aplikasi Sistem Informasi Geografi

Gambar 3. Alur Pengolahan Data GIS


1.         Area Studi
Pemetaan Daerah Bencana di Rahtawu Berbasis Sistem Informasi Geografi memiliki area studi di Desa Rahtawu yang memiliki 4 Dukuh, antara lain, Dukuh Gingsir, Dukuh Wetan Kali, Dukuh Krajan dan Dukuh Semliro. Dari ke-empat dukuh tersebut Desa Rahtawu memiliki penduduk sebesar 4.795 jiwa pada tahun 2009.

2.         Identifikasi Parameter Longsor
Tanah longsor (lanslide) merupakan peristiwa perpindahan massa tanah, batuan, tumbuhan, atau material lainnya yang terjadi seketika yang bergerak menuju lereng bawah yang dikendalikan oleh gaya gravitasi dan meluncur dari atas suatu lapisan kedap yang jenuh air[13].
Longsor memiliki perbedaan dengan gerakan tanah lainnya. Hal ini juga mengakibatkan adanya parameter-parameter untuk membedakan tanah longsor dengan gerakan tanah biasa.
Parameter longsor merupakan akibat dari interaksi kerja antara faktor-faktor iklim, topografi, vegetasi, tanah dan manusia. Jika dijadikan dalam bentuk matematis sebuah fungsi maka akan menjadi seperti ini.

L = f (i, r, v, t, m) ---------
L= Rawan longsor
i = iklim
r = topografi
v = tumbuh-tumbuhan
t = tanah
m = manusia

Persamaan di atas memiliki arti (1) faktor yang dapat dirubah manusia meliputi tumbuh-tumbuhan(t) yang ada di atas tanah (v), sebagian sifat-sifat tanah, yaitu kesuburan tanah, ketahanan agregat dan kapasitas infiltrasi, dan unsur-unsur topografi (r) yaitu panjang lereng dan (2) faktor yang tidak dapat dirubah oleh manusia seperti iklim (i) tipe tanah dan kecuraman lereng[14].









3.         Perancangan Aplikasi

Gambar 4. Arsitektur umum aplikasi pemetaan berbasis Web

3.1. Perancangan Database
Komponen GIS terdiri dari manusia, software, hardware dan data yang saling berkaitan. Perancangan data yang baik akan memberikan efisiensi terhadap query hasil-hasil pencarian yang dilakukan.
Dalam studi kasus ini, Pemetaan kawasan rawan bencana di Desa Rahtawu kami membentuk beberapa data yang terdiri sari atribut : Peta jenis lahan, Peta lereng, Peta curah hujan, Peta penggunaan lahan (persebaran bangunan).

3.2 Perancangan Antar Muka


Gambar 4. rancangan antar muka Web GIS
Tampilan  muka  untuk  halaman  awal terbagi menjadi lima bagian utama yaitu : keterangan gambar
1. Logo situs dan Judul Aplikasi 
2. Menu  home,login,galeri  foto,  mojokerto  map dan radius 
3. Menu jenis fasilitas dan fasilitas untuk menuju tabel jenis fasilitas dan fasilitas 
4. Gambar peta 
5. Footer



BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A.       Simpulan
Pada makalah Pemetaan Daerah Bencana di Rahtawu Berbasis Sistem Informasi Geografi menjelaskan tentang pentingnya penerapan teknologi informasi dalam bidang pemetaan lahan untuk kawasan rawan bencana. Karena ada banyak sekali keuntungan yang bisa didapat apabila sistem ini diimplementasikan. Kecepatan dalam distribusi logistik apabila ada bencana, perencanaan pembangunan yang pro dengan lingkungan dan sesuai dengan tata guna lahan di Rahtawu.
B.       Saran
Semoga saja pihak-pihak yang terkait dapat bekerja sama untuk membangun sistem pemetaan lahan kawasan rawan bencana secara komprehensif. Sehingga teknologi memiliki peran yang tinggi bagi pembangunan keberlanjutan di Kabupaten Kudus.


[1] http://bpbd.sukoharjokab.go.id/pengetahuan-kebencanaan/definisi-bencana/
[2] http://www.scribd.com/doc/253268041/Pelatihan-Mitigasi-Bencana-Remaja-di-Desa-Rahtawu-Kabupaten-Kudus-Miratus-Sa-Adah-Universitas-Muria-Kudus
[3] Profil Desa Rahtawu tahun 2012
[4] http://en.wikipedia.org/wiki/Geographic_information_system
[5] http://rebefa.blogspot.com/2011/12/makalah-pemanfaatan-sig-untuk-mitigasi.html
[6] http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi_geografis
[7] http://www.esri.com/what-is-gis
[8] http://osgeo.ft.ugm.ac.id/mengenal-sig-dan-data-spasial/
[9] Konsep Dasar GIS Bappeda NTB
[10] http://geograph88.blogspot.com/2013/11/keunggulan-sig-sistem-informais-geografi.html
[11] http://manfaatdankeunggulansig.blogspot.com/2013/03/manfaat-dan-keunggulan-sig.html
[12] http://pusatstudi.gunadarma.ac.id/pscitra/alldocpn/pub-(makalahseminaradeline_doc)-4d597.doc
[13] http://eprints.undip.ac.id/42838/3/BAB_II.pdf
[14] http://kliping.lapan.go.id/index.php/jurnal_inderaja/article/viewFile/501/430
[15] http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/menuutama/teknologi-informasi/804-perancangan-sistem-informasi-geografis-daerah-banjir-kabupaten-lamongan
http://berpikirtentangmu.blogspot.com/2015/03/rancang-bangun-sistem-informasi.html

Comments