twitter @PranataWahyu
Hei, selamat pagi kawan.
Bagaimana kabar kamu hari ini. saat ini saya ingin menulis sebuah curahan yang
ada dihati.
Pukul 02.21 pagi, aku teringat
sebuah karya-karya dari bang iwan fals yang karya-karyanya masih enak untuk
didengar sampai saat ini. bongkar, salah satu lagu yang fenomenal bagi saya.
Keberanian untuk menyuarakan kebenaran disaat suasana masih menakutkan saat
itu. Bang iwan, bagaimanapun saya merasa masih dibesarkan dimasamu. Masih
mengecap nikmatnya alunan musik santai nan sarat kritikan disetiap liriknya.
Musik yang tidak menjerit-jerit seperti orang gila, lagu yang di nyanyikan anak
jaman sekarang.
Ibu, ribuan kilo jalan yang kau
tempuh. Lewati rintang untuk aku anakmu. Seperti udara kasih yang engkau
berikan, aku tak mampu membalas semua kebaikanmu. Petikan gitar dan alunan
biola menyentuh hatiku.
Maafkan aku ibu, jika selama ini
aku belum mendapatkan restu darimu untuk menjadi aktivis. Engkau telah
membanting tulang bersama dengan bapak untuk mencukupi kebutuhanku selama
disemarang. Biasa, ibu menanyakan “gimana le udah waktunya bayar kuliah belum?
Coba tanyakan sana ke kampus. Nanti kalo sudah ibu tak cepet2 nyari uang untuk
mbayar kuliahmu.” Kadang2 saya bandel untuk tidak menanyakan ini. hehehe
Beberapa hari kemudian, ibu saya
menelpon ke semarang “Le ini sudah waktunya bayar loh. Tadi ibu telpon ke
kampusmu.” “iya buk coba saya cek yahh.. ” pas ketika itu saya sedang membuka
laptop yang dibelikan ketika semester awal kuliah. Sebuah laptop bermerk
lenovo, saya minta ini sih. Karena dulu pas masuk kuliah temen2 saya memakai
laptop merk bagus bagus. Saya tancapkan modem berwarna pink yang memiliki masa
aktif seminggu lagi. Maklum tanggal tua, semua kebutuhan harus di irit.
Tanpa
ragu saya mencoba login ke sistem akademik dian nuswantoro. “A11.2011.05843”
itu nim saya. Berhasil, ini siadin masih versi lama, ketika itu saya masih bisa
melihat siadin mate saya. Dan bisa mengirim message kepada teman. Untuk sekedar
mengingatkan tugas dan say hello. Eh iya saya lupa tujuan utama membuka siadin.
Belum ada tagihan. Itu tulisan yang masih ada di layar leptopku. Lalu dengan
santai saya kemudian membuka new browser dan mengetikkan “www.facebook.com”
Beberapa
hari kemudian, “pie le? bayar e piro? iki bapak durung gajian. Ibu tak cobo
golek utangan disik yo.” Waduh perasaan bersalah menghinggapi hatiku. “ngg....
nganu buk. Aku lihat di komputer belum ada tuh pengumuman bayarnya. Biasanya
sistem ngasih tau kalo udah bayar.” Dalam hati bicara, yah kenapa kemarin saya
tidak langsung datang kekampus tanya yah. Kan memang lambat sih
pemberitahuannya. Kadang juga udah bayar malah masih di tulis belum bayar.
“loh
kowe ki pie le, wis awit wingi-wingi kon nakokkke kok malah ngono. Ngerti pora
ibu iki wis beban e abot ojo ditambahi maneh.” Artinya seperti ini, kamu itu
bagaimana toh yu, sudah dari kemarin kemarin disuruh menanyakan kok malah gak
tau. Tahu kan kalo ibu itu sudah berat bebannya, mikirin keluarga, mengatur
keuangan, mikirin simbahmu yang sudah tua, jangan ditambahi lagi ya.
Sudah
seminggu lebih ibu tidak menelpon. Saya masih asik saja dengan organisasi ini
(pers mahasiswa wartadinus). Kadang-kadang banyak pemikiran yang belum
terealisasikan. Yah, mungkin pelan-pelan lah, butuh waktu untuk belajar bersama
membuat wartadinus menjadi sebuah organisasi yang ideal. Saya ingat mas ma’ruf
ketika menyempatkan waktu bermain ke udinus, ia adalah senioris wartadinus.
Sekarang sudah kerja di jakarta, menjadi wartawan sepak bola. Mas ma’ruf bilang
“nang, cita citamu opo?” langsung saja saya jawab dengan tegas “wartawan bang,
dan suatu saat nanti aku pengen menjadi CEO sebuah media.” Wah mulia sekali
cita-citamu nang. Tapi pesenku,”ojo dadi wartawan, angel sugih ora
sugih-sugih.” Aku langsung garuk-garuk kepala.
Tapi mas
ma’ruf kan pernah jalan-jalan ke eropa meliput tim-tim besar sepak bola. Pengen
aku juga sukses.
Ibu
menelpon “yu biaya kuliah kamu sudah ibu bayar. Besuk kalo pulang slip
transfeernya dibawa ya. Buat nunjukin ke biro keuangan.” “sambil minta uang
saku ya bu? Hehehe” sambil nyengir. Udah dibayar, Ribet amat sih kok masih
nunjukin slip setoran ke BIKU. Siadin apa ini.
“kowe
jek sibuk di organisasi yuk?” tanya ibu. “iya bu, aku suka og bersama
temen-temen dan tulis menulis.” Dengan nada agak keras Tiba-tiba”yo wis sak
senengmu, nek kowe ra gelem nggatekke ibu. Mengko yen nilaimu turun tak jotosi
kowe. Nek seneng nulis kenopo mlebu kuliah neng komputer sing bayar e larang”
telepon MATI.
Aku
jadi sedih, ibuku berkata seperti ini. ibu pasti nangis lagi. Entah karena
nilaiku turun atau karena seringnya aku tidak nurut sama ibu.
******
Berangkat
kuliah pagi. Bagi sebagian orang itu menyebalkan. Mata masih mengantuk dan
pikiran masih tertinggal di kasur.
Seingatku ketika berbicara sama teman.
Aku : “brow kamu
kalo abis kuliah kemana?”
Teman : “pulang, la
kenapa ada tambahan kuliah toh?”
Aku : “enggak
kok, cuman pengen tau sih. Km ikut kegiatan organisasi gag dikampus?”
Teman : “kalo aku mah
ikutnya di luar, persatuan mahasiswa pecinta warteg bu dewi”
aku : “wah ello
ngaco,, mana ada organisasi, kayak gitu di sekitar udinus”
Teman : “eittss...
jangan salah. Itu gunanya untuk ngelobi pas tanggal tua, siapa tahu bisa
ngutang”
aku :
“cocobi,,, hahaha yo yo apik juga yahh”
saya masih yakin kalo teman saya ini hanya bercanda soal
persatuan mahasiswa pecinta warteg ibu dewi.
Inilah
fenomena mahasiswa kupu-kupu,, (kuliah pulang-kuliah pulang). Adalagi yang
menyebutkan 3K(KULIAH, KANTIN, KOS-KOS AN). Hemm paling ditambah main game. Di
pojok kampus saya ada juga yang seperti itu. Mereka memakai laptop dan joystick
biasanya main PES. Lantai 1 ada, kadang kadang di lantai atas juga.
Maaf bu
kalo saya masih bandel dan gak sama nurut ibu. 5 jam untuk main game,, kalo
saya mending ikut organisasi, bisa nambah temen dan memberikan sumbangan yang
baik.
Ya
tuhan, manusia memang diciptakan menjadi mahkluk yang paling tinggi derajatnya,
Paling baik. Tapi sering kita tidak mesyukuri itu. 5 K adalah pilihan untuk
menjadi mahasiswa yang lebih baik, KULIAH tepat waktu, KANTIN sebentar, KOS tidur
sebentar, KUMPUL orang intelektual organisasi, dan KRITIS IDEALIS.
Tipe mahasiswa
5 K adalah yang saya inginkan, namun sampai saat ini saya masih perlu
perjuangan untuk meluluhkan hati orang tuaku, agar mereka mengerti betapa senangnya
saya ketika dapat bertukar pikiran dengan orang2 hebat yang ada di udinus.
Maaf ibu,,
sampai saat ini saya masih belum bisa memastikan bahwa saya harus pensiun untuk
menjadi seorang aktivis di kampus, karena sepertinya teman2 masih mempercayakan
saya untuk menjadi ketua MPM. Jadi saya harus berbagi antara kepentingan
pribadi untuk kuliah dan kepentingan bersama yakni memperjuangkan hak-hak
mahasiswa.
Penghasilan orang tua saya tidak
lah seberapa, ibu hanya seorang pegawai honorer, dan bapak saya hanyalah
seorang sopir dari kereta api. Pengorbanan
orangtua saya sangat besar, bagaimana tidak, ibu saya mempunyai kewajiban mengajar
seperti pegawai negeri padahal hak-haknya hanyalah sebagai pegawai honorer. Bapak
saya sering kali harus menahan kantuknya saat dini hari harus membawa kereta
barang untuk sampai tujuan. Semarang-surabaya, tak sering pula semarang
cirebon. Terima kasih yah untuk kedua orang tua saya.
Untuk kepala udinus yang
terhormat,, mungkin masih banyak warga udinus yang tidak sebenruntung saya, mereka lebih kaya, mereka naik bus setiap pagi
untuk menempuh kuliah di udinus. mereka rela berdesak-desakan untuk mendapatkan
ilmu dikampus, walau kadang ada dosen yang tidak mengajar setelah usaha kita
seperti ini. mereka lebih kaya, dengan memainkan dan memampang apple didepan
gedung D, dan bermain dengan joysticknya. Lucu bukan.
Masih banyak mahasiswa yang lebih
kaya dari saya, salah satunya teman saya yang menderita kebutaan, dan kuliah
diudinus. Mereka lebih kaya dengan mengendarai sepeda onthel kekampus, karena
mereka tau bahwa hidup sehat itu perlu dan harus digalakkan. Walau mungkin
tujuan utama mereka adalah mengirit uang agar meringankan beban orang tua. Mereka
lebih kaya dengan setiap hari makan mie instan 3 kali sehari. Itu adalah untuk
upaya peningkatan gizi dan kesehatan. Padahal mereka mendaptkan pelayanan yang
sangat maksimal di poliklinik kampus yang kata sebagian orang-orang kaya itu,
biayanya sangat murah. Mereka mendapat obat yang terbaik, dan service checkup
terkini seperti di singapore.
Sebenarnya orang-orang kaya ini
lah yang memiliki kelebihan, dari pada saya. Mereka memiliki kekayaan hati,
jiwa dan pikiran. Yang siap sedia menyumbangkan waktu dan tenaga untuk
memajukan kehidupan kampus. Mereka sangat lebih kaya dari pada saya. Saya harus
belajar banyak dari mereka untuk dapat memaknai hidup.
Kurang apa sih saya, naik motor
cukup, saku bulanan insyaalah cukup, otak ya g dongkol2 amat. Trus pernah dapet
beasiswa sebesar 350 ribu per bulan , yang sangat memadai untuk membayar uang kuliah
yang satu semester bisa mencapai 3juta lebih.
Pak jangan naikkan biaya
pendidikan terlalu tinggi, bisa-bisa kehidupan anak-anak UKM itu akan mati
gara-gara sensitifitas antara tuntutan orang tua supaya cepat lulus dan keinginan
mengembangkan manusia yang benar-benar menjadi manusia.
Comments
Post a Comment