PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Setiap individu diciptakan
berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. demikian juga masing-masing
individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda pula. Ada yang memiliki
karakter temperamen, introvert, ekstovert, ekstraversi, neurotismen,
psikotisme, dan yang lainnya. banyak tokoh yang membahas tentang karakteristik
setiap manusia, misalnya Sigmund Freud, Carl Gustav Jung, Erik H. Erikson,
Henry Murray, Karen Horney, William H Sheldon, B.F Skinner dan masih banyak
lagi. Karakter-karakter tersebut disebabkan oleh pola asuh orang tua,
lingkungan, pengalaman individu, dan lain-lain.
B. RUMUSAN
MASALAH
1.
Siapa
yang dianalisis?
2.
Bagaimana
latar belakang keluarga subyek?
3.
Bagaimana
latar belakang lingkungan tempat tinggal subyek?
4.
Faktor
apa yang menjadikan karakter subyek?
5.
Apa
teori yang mendasari karakter subyek?
6.
Apa
dan bagaimana treatment untuk subyek?
C. TUJUAN
PENULISAN
-
Untuk
mengetahui karakter subyek yang sebenarnya,
-
Untuk
mengetahui faktor yang menjadikan subyek mempunyai karakter tersebut
-
Untuk
mengetahui teori yang mendasari karakter subyek
-
Untuk
mengetahui dan memberi treatment kepada subyek
-
Untuk
belajar menganalisis karakter setiap individu
-
Untuk
memenuhi tugas akhir mata kuliah Psikologi Kperibadian
BAB
I
LATAR BELAKANG
A. BACKGROUND
SUBYEK
Sena adalah seorang gadis yang
berasal dari keluarga yang mampu. Ia adalah anak kedua dari dua bersaudara dan
dari istri kedua. Ayahnya seorang pengusaha yang sering keluar kota
untuk mengurus bisnisnya, sedangkan ibunya bekerja sebagai pedagang yang tidak
sepenuhnya mempunyai waktu untuk anak-anaknya. Namun pada akhir tahun 2009 tepatnya
saat dia menjalani ujian sekolah hari pertama ayahnya meninggal dunia. Sekarang ia tinggal bersama
ibu dan kakak perempuannya di desa Pendo, Kalinyamat, Jepara.
Sewaktu kelas 3 SD tepatnya umur 9
tahun, ia pernah mengalami suatu kejadian yang merubah sikapnya. Saat itu ia
berangkat sekolah sore di TPQ Matholil Ulum, ia dipalak(meminta uang secara
paksa) oleh teman sekelasnya yang bernama Ari. Awalnya ia diam dan tidak
menceritakan kepada ibunya walaupun ia
menangis ketika dipalak oleh Ari, sampai suatu ketika ia sudah mulai merasa
terganggu dengan ulah Ari dan ia menceritakan kepada ibunya bahwa Ari sering
meminta uang (memalak) kepada Sena. Ibunya pun menyuruh Sena untuk menampar,
menendang, antau melempar batu ke Ari, saat Ari meminta uang (memalak) kepada
Sena. Dan hal itupun dilakukan Sena ketika ari meminta uang (memalak). Biasanya
Sena menangis ketika dimintai uang oleh Ari, saat itu ia malah diam dan Ari pun
makin memaksa Sena untuk memberi uang kepadanya. Hingga akhirnya Sena melempar
batu itu diwajah Ari hingga wajah Ari terluka.
Waktu berlanjut, Sena menjadi pribadi
yang emosional, temperamen, dan kasar. Terkadang emosinya sulit dikontrol
misalnya detik ini ia merasa bahagia, namun sekitar setengah jam atau satu jam
ia akan merasa sangat tidak nyaman dan marah-marah atau bahkan menangis. ketika
ia merasa takut, ia akan cemas/khawatir secara berlebihan. ia juga sering
merasa sendiri walaupun ia ditempat keramainan, ia cenderung tertutup dan
sulit berinteraksi dengan sesama. Bahkan ia juga sulit beradaptasi dilingkungan
yang
baru.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Dilihat dari latar
belakang kepribadiannya, maka dapat disimpulkan bahwa subjek sesuai dengan:
a)
Teori
B.F. Skinner melalui percobaan operant behavior (setiap perilaku manusia yang beroperasi
dalam suatu lingkungan dengan cara tertentu, lalu memunculkan akibat atau
perubahan perilaku dalam lingkungan) dan reinforcement (proses dimana akibat
atau perubahan yang terjadi dalam lingkungan memperkuat perilaku tertentu
dimasa yang akan datang).
b)
Teori
Sigmund Freud, yaitu kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu
tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi
adaptif yang sesuai. Perasaan-perasaan tertekan, tidak berdaya, dan konflik
dengan orang tua dapat dirunut hubungannya dengan trauma kelahiran, sehingga
reaksi kecemasan yang ditimbulkannya juga sangat kuat.
c)
Teori
William H. Sheldon, yaitu komponen primer (komponen temperamen sekunder yang
lengkap lengkap dari William H. Sheldon yaitu salah satunya adalah Serebrotonia
yang memiliki ciri-ciri:
1.
Tertekan,
kaku dalam postur dan gerak
2.
Senang
responsif secara fisik
3.
Reaksi
sangat cepat
4.
Senang
berbahasa pribadi
5.
Mental
sangat intesif, perhatian berlebihan
6.
tertekan
secara emosional
7.
tatapan
mata yang tajam, waspada
8.
takut
terlibat dalam kegiatan sosial
9.
tidak
tenang, tidak percaya diri
10. bertahan dengan kebiasaan dan
rutinitas
11. benci tempat yang bebas
(agoraphobia)
12. sikap dan tingkahlaku yang
tidak dapat diduga
13. suaranya tertahan
14. sukar tidur, kelelahan kronis
15. introversi dalam perasaan dan
perbuatan, orientasi ke kesadaran diri, kurang peduli dengan lingkungan
penyesuaian diri
16. membutuhkan mengasingkan diri
ketika menghadapi masalah
17. berorientasi kepada periode
terakhir hidupnya.
BAB III
TREATMENT
Dilihat dari teori yang mendasari
karakter subjek, maka treatment yang cocok untuk subjek adalah:
1.
Asosiasi
bebas (free association)
Subjek mengatakan apa saja yang
terlintas dalam pikirannya, tidak peduli itu hal remeh, memalukan, tidak logis,
atau kabur. Dari ungkapan kesadaran tanpa sensor tersebut dapat dipahami
masalah subjek.
2.
Konseling
berpusat
3.
Ketrampilan
Sosial (Social skill training)
Mengajarkan subjek teknik-teknik khusus
dalam berinteraksi sosial.
4.
Pembanjiran
(Flooding)
Membajiri subjek dengan situasi atau
penyebab yang menimbulkan kecemasan atau tingkah laku yang tidak dikehendaki,
bertahan disana sampai subjek menyadari bahwa malapetaka yang dicemaskannya
tidak terjadi.
RANCANGAN
TREATMENT
Hari/tgl
|
Tema
|
Waktu
|
Kompetensi Luar
|
Tahapan Treatment
|
Sabtu, 1-12-‘12
|
Perkenalan
|
6 jam
|
Menenangkan pikiran subyek
|
subyek diajak ke daerah pegunungan untuk menghirup
udara segar dan menyatu dengan alam.
|
|
|
|
Menambah
Keakraban dalam berinteraksi
|
Subyek
diminta memberikan pendapatnya dengan topik alam pegunungan.
|
Kamis, 6-12-‘12
|
Konseling berpusat
|
2 jam
|
Mengajak subyek sharing untuk
menceritakan tentang permasalahannya
|
Subyek masuk ke dalam ruang. Duduk berhadapan dengan
terapis. Terapis memita subyek untuk menceritakan permasalahan yang terjadi
dalam dirinya.
|
|
Ketrampilan Sosial (social skill training)
|
2 jam
|
Mengajarkan
subyek teknik-teknik dalam berinteraksi sosial.
|
Subyek
diajarkan teknik-teknik dalam berinteraksi sosial misalnya: menghindari rasa
takut saat mengemukakan pendapat, membuka diri terhadap lingkungan sekitar,
mengurangi rasa khawatir tehadap publik, dll.
|
Sabtu, 8-12-‘12
|
Flooding (pembajiran)
|
3
jam
|
Menambah kepercayaan diri subyek dan mengurangi rasa
cemas atau khawatir subyek ketika melewati situasi atau perasaan tertentu.
|
Subyek diajak ke suatu kondisi atau tempat
dimana subyek merasa cemas atau khawatir. Membiarkan subyek bertahan dalam
situasi tersebut sampai subyek sadar bahwa
hal yang dicemaskan atau dikhawatirkannya tidak terjadi.
|
|
Introspeksi diri
|
1 ½ jam
|
Memunculkan
pemahaman tentang rasa cemas atau khawatir yang terjadi dalam diri subyek.
|
Subyek
ditanya apakah sesuatu yang dicemaskan atau dikhawatirkannya terjadi.
|
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan background subyek dapat
disimpulkan bahwa subyek mengalami tingkat kecemasan atau kekhawatiran yang
berlebihan karena dia pernah mendapatkan gangguan dari teman sekelasnya yang
membuatnya merasa tertekan dan tidak berdaya. Subyek pun merasa sendiri dan sepi ketika
berada dikeramaian, karena sewaktu kecil dia terbiasa menjalankan kegiatan
sendiri karena orang tuanya yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Kemudian
subyek berperilaku kasar, emosional, dan temperamen dikarenakan ia dididik oleh
ibunya untuk bertindak kasar kepada seseorang yang berperilaku buruk
terhadapnya serta mengalami guncangan emosi ketika kejadian sewaktu ia kecil. Dan
hal yang menyebabkan subyek sulit untuk berinteraksi dan beradaptasi
dikarenakan subyek sudah dibiasakan sejak kecil hidup sendiri dan tidak sering
diajak berinteraksi dengan publik.
Dari permasalahan subyek diatas, maka teori yang sesuai
dengan masalah subyek tersebut adalah
1. Teori B.F. Skinner: Subyek
kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orangtuanya karena
disibukkan oleh pekerjaannya masing-masing, sehingga menjadikannya merasa
sendiri dan sepi walaupun dalam keramaian.
2. Teori Sigmund Freud: Subyek
merasa tertekan dan tak berdaya ketika mendapatkan gangguan dari temannya,
sehingga membuatnya memiliki perasaan cemas atau khawatir secara berlebihan.
Teori William H. Sheldon: Subyek kaku
dalam postur dan gerak, senang responsif secara fisik, reaksi sangat cepat,
tertekan secara emosional, tatapan mata yang tajam, waspada, takut terlibat
dalam kegiatan sosial, tidak tenang, tidak percaya diri, benci tempat yang
bebas (agoraphobia), sikap dan tingkah laku yang tidak dapat diduga,
introversi dalam perasaan dan perbuatan, orientasi ke kesadaran diri, kurang
peduli dengan lingkungan penyesuaian diri, membutuhkan mengasingkan diri ketika
menghadapi masalah, sehingga ia masuk dalam komponen primer (komponen
temperamen sekunder) yaitu serebrotonia.
Setelah
mengamati permasalahan subyek, tahapan treatment yang sesuai untuk merubah
subyek untuk menjadi pribadi lebih baik adalah subyek diajarkan teknik-teknik
dalam berinteraksi sosial misalnya menghindari rasa takut saat mengemukakan
pendapat, membuka diri terhadap lingkungan sekitar, dll. Kemudian subyek diberi
masukan untuk menambah kepercayaan diri dan mengurangi rasa cemas atau khawatir
ketika melewati situasi tertentu dan yang terakhir subyek diberi pemahaman
tentang rasa cemas atau khawatir yang terjadi dalam dirinya bahwa hal atau
situasi yang dicemaskan atau dikhawatirkannya tidak selalu terjadi.
File lengkapnya download di sini
Comments
Post a Comment