Aplikasi Lapor Bencana Pendukung Kudus Smart City


“beberapa bulan ini kami tengah mengembangkan sebuah sistem yang membuat warga bisa melaporkan kejadian bencana yang ada di sekitarnya melalui ponsel cerdas atau laptop,” Kata Wahyu Dwi Pranata, CEO Kudus Smart Citu OpenLabs. Ia juga menambahkan, “dari data laporan tersebut, kemudian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kudus dapat langsung bisa turun kelapangan untuk mengecek kebenaran laporan, yang kemudian dilanjutkan assesment kebutuhan agar bencana tersebut cepat ditangani.”
Untuk menuju Kudus Smart City, paling tidak ada 6 kriteria yang harus terpenuhi : smart people, smart environment, smart mobility, smart economy, smart goverment dan smart living.
Smart People berarti manusianya harus dicerdaskan lewat pendidikan sekolahan dan keluarga. Maka dari itu kuantitas manusia yang putus sekolah harus diperkecil setiap tahunnya. memperbanyak forum diskusi publik yang diadakan untuk masyarakat. Agar dapat memancing naiknya peran serta masyarakat dalam pembangunan kota.
Sistem drainase kota terencana dan bersih, kualitas udara terjaga, ruang terbuka hijau mencapai lebih dari 30% dan terjaganya multikulturalisme. Ini menandakan lingkungan alam dan sosial yang mendukung untuk manusia agar tumbuh dengan baik. Kegiatan 3R (reuse, recycle, reduce) juga dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan swasta. Maka dari itu pemerintah harus membangun bank sampah yang didukung dengan teknologi informasi. Bank sampah tersebut di kelola oleh masyarakat. Pada contoh-contoh bank sampah yang sudah terealisasi, kegiatan ini dapat membantu perekonomian keluarga, karena ketika sampah itu dikumpulkan yang kemudian dapat ditukarkan tabungan bank sampah. Uang dari tabungan itu bisa untuk membeli kebutuhan mencuci dan lain sebagainya.
Smart mobility artinya pemerintah menyediakan infratstruktur transportasi yang memadai untuk warganya melakukan pergerakan (mobilisasi) ke berbagai daerah dari mana saja. Pemerintah membuat transportasi menjadi terjangkau  bagi semua kalangan ekonomi dan kondisi fisik. Akses satu moda transportasi dengan moda yang lain saling terintegrasi.
Di Kudus banyak terdapat pusat kegiatan ekonomi, mulai dari klaster produksi mebel, bordir, batik, konveksi, percetakan dan beberapa pabrik besar. Pasar tradisional dan modern juga ada. Sehingga banyak warga luar kota yang datang ke kudus untuk beli secara grosir. Ini bisa menjadi modal yang kuat untuk mendukung Kudus Smart Economi. Yang perlu di kembangkan ialah keterjangkauan akses perbankan serta keuangan inklusif bagi masyarakat.
Dari semua aspek yang telah disebutkan sebelumnya, Konsep Smart city mengharuskan terjadinya integrasi data antar bidang. Data tersebut kemudian dibuka (open goverment) agar masyarakat dapat melakukan akses. Warga juga dapat menyampaikan usulan program, kritik dan saran  dengan bantuan teknologi informasi. Komunikasi antara Bussiness to Goverment (B-G) atau Society to Goverment (S-G) dilakukan dengan cara cara modern. Maka dari itu Sistem Pelaporan kejadian bencana ini juga termasuk dalam Smart Goverment yang dapat digunakan oleh BPBD Kabupaten Kudus. Sistem lapor bencana ini juga mendata kejadian bencana yang kemudian mengolah data menjadi informasi yang sangat bermanfaat.
Contohnya, pada Sistem Informasi Pemetaan Bencana ini didukung dengan data spasial berupa peta. Jadi kita bisa mengetahui titik-titik kejadian bencana, jenis kejadian, jumlah korban, kerugian yang ditimbulkan. Didukung dengan rekap data bermanfaat dalam penyusunan program-program BPBD ke depannya. Rekap data dilakukan pada tahun-tahun tertentu, juga dapat disetting pada range tanggal yang diinginkan.
Dikemudian hari ketika record data kejadian bencana sudah banyak terkumpul, Kudus Smart City OpenLabs dapat mengembangkan aplikasi ini dengan basis sistem cerdas yang ditanamkan. Dengan sistem cerdas maka aplikasi Pelaporan dan pemetaan bencana bisa berjalan lebih baik.

Wahyu Dwi Pranata
CEO Kudus Smart City OpenLabs

Comments