Sistem Terintegrasi untuk Kudus Smart City

Oleh : Wahyu Dwi Pranata
CEO Kudus Smart City OpenLabs

Permasalahan keakuratan data untuk mengambil keputusan merupakan pijakan awal sebagai parameter adil atau tidaknya sebuah kebijakan, karena data yang akurat akan mempengaruhi ketepatan dari keputusan yang diambil. Dengan tepatnya keputusan tersebut, menjadikan tidak ada pihak yang dirugikan. Lalu pertanyaannya ialah bagaimana menyajikan data yang akurat untuk pengambilan keputusan ? jawabannya adalah harus tersedia sebuah data center yang terintegrasi dari berbagai sektor di E-Government[i] pemerintahan, data tertentu seharusnya dipublikasikan kepada khalayak. Data center tersebut yang bisa dijadikan bahan pemimpin dalam “ber-ijtihad” untuk kemaslahatan umat. Dalam hal ini mengambil keputusan yang lebih baik bagi pemerintah.
Tentunya dalam membangun pusat data (Data Center) membutuhkan sebuah perumusan yang matang. Harus ada pakar teknologi serta pakar dimasing-masing sektor pemerintahan. Lalu apa untungnya data center ? sebagai contohnya seperti ini : Facebook terbentuk dari jutaan manusia yang telah terdaftar, sedikitnya 1,4 Miliar orang pada kuartal I 2015 meningkat 13% dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan jumlah penduduk Indonesia hanya 256 Juta jiwa[ii]. Ini berarti perusahaan Facebook mengelola lebih banyak data kependudukan dari pada Indonesia. Banyaknya data yang terkumpul itulah yang kemudian dikelola dan menjadi bahan pengembangan perusahaan.
Jika kita tahu, di Facebook kita bisa mengambil keputusan berdasarkan data yang mereka miliki. Misalnya kita ingin memperkenalkan suatu produk untuk kawasan tertentu (misal : Indonesia) maka Facebook akan menampilkan iklan tersebut hanya pada akun yang bermukim atau berasal dari wilayah yang dimaksud. Jika ada perusahaan ingin mengiklankan pembalut maka Facebook bisa menyediakan layanan bagi perusahaan tersebut untuk menampilkan iklan hanya untuk perempuan dengan rentang umur 16-46 tahun (perkiraan masa menstruasi pada perempuan).
Data yang dimiliki Facebook juga tidak terbatas untuk kepentingan bisnis semata. Dalam bidang budaya Facebook bisa membaca pola komunikasi suatu wilayah melalui status, foto atau video yang dibagikan. Facebook bisa mengatakan bahwa masyarakat generasi muda Indonesia gemar melakukan pembicaraan secara aktif dimedia sosial. Dan kini Facebook telah memanfaatkan datanya untuk membuat sebuah peta (3 W) kepadatan penduduk untuk mengetahui seseorang sedang di mana dan melakukan apa dengan kerahasiaan data pribadi tetap terjaga. Menurut Keera Morrish yang bekerja di Facebook sebagai Digital Humanitarian, data tersebut pernah digunakan untuk membantu gempa Ekuador[iii]. Dan tentunya data yang mereka miliki digunakan pula untuk mengambil keputusan guna mengembangkan Perusahaan Facebook.
Masih kurang jelas gambaran manfaat data center ? pada intinya dengan kepemilikan sebuah data center, Kita bisa membuat keputusan lebih akurat serta efisien dan efektif. Karena data center memiliki ciri khas sebagai data yang terpusat dan terintegrasi. Data tersebut menjadi data handal karena minim duplikasi.
Konsep Data Center
Untuk membangun sebuah data center dengan kapasitas data yang besar, seseorang harus memperhatikan bagaimana topologi (struktur) perancangan hardware yang akan dibangun. Topologi tersebut akan berpengaruh pada keamanan dan kecepatan akses terhadap data. Ada banyak topologi yang bisa digunakan, tentunya disesuaikan dengan struktur data center yang akan dibangun.
Data center yang dibangun oleh sebuah kawasan (daerah) bisa bisa dimanfaatkan untuk kepentingan sosial, politik, ekonomi, pengembangan wisata, atau perihal lainnya. Data center tersebut bisa terdiri dari data kependudukan, data geografis (peta), data iklim, data kebencanaan, data perdagangan dan masih banyak data lain yang dapat disinkronisasikan.
Namun, dalam pemerintahan, data yang paling sering digunakaan adalah data kependudukan. Data ini yang menjadi penting untuk disatukan dengan yang lain agar tidak ada ketimpangan data (redudancy). Sebagai contohnya untuk menghitung jumlah pemilih (DPT) dalam Pemilihan Umum, kita sering kali mempertanyakan ke akuratan data yang disajikan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Banyak orang-orang teriak bahwa datanya tidak sesuai dengan data yang dimiliki Badan Pusat Statistik (BPS). Data warga miskin yang digunakan untuk penyaluran kartu sakti, bantuan sosial, program kesehatan dan lain sebagainya. Berlatar pada pentingnya keakuratan data kependudukan semacam itulah yang menjadikan alasan bahwa hadirnya data center bisa menjadi solusi.
Data Center, Kota Cerdas (Smart City) dan Internet of Things (IoT)
Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk mempercepat pembangunan daerah merupakan salah satu ciri sebuah kota bisa dikatakan cerdas. Kota cerdas (Smart City) memiliki beberapa komponen yang diantaranya : smart people, smart environment, smart mobility, smart economy, smart goverment dan smart living[iv]. Teknologi menjadi penopang (back bone) utama dalam akselerasi pembangunan. Teknologi masuk dalam ranah pendidikan sebagai sarana memperluas ruang belajar, menawarkan konsep pendidikan tanpa batas ruang dan waktu yang digemari, juga melalui inovasi media pembelajaran berbasis digital. Teknologi masuk diruang ekonomi menjadikan berbelanja hanya dengan jari. Teknologi kawin dengan kebudayan seperti jepang yang maju, namun tetap menghargai nilai-nilai luhur nenek moyangnya. Teknologi hadir di ruang keluarga seperti perangkat google home yang bisa menyalakan musik, dan mematikan lampu dengan perintah suara. Open data[v] oleh pemerintah melalui Application Programming Interface (API) yang bisa dimanfaatkan oleh pihak lain.
Sekarang bisa kita tengok sebuah negara tropis dengan luas wilayah yang tak seberapa, Singapura berhasil mengembangkan desain kota, salah satun lokasinya Garden by the Bay[vi] yang menyejukkan mata serta hati.
Namun apa daya, panggang jauh dari api, selama ini konsep yang telah ada tentang Smart City belum bisa diwujudkan secara utuh, terkhusus pada integrated system for all purpose pada sebuah daerah. karena menurut pengamatan penulis selama ini masing-masing Satuan Kerja Peragkat Daerah (SKPD), dan dinas masih belum maksimal dalam hal koordinasi untuk membentuk satu kesepahaman pembangunan. seharusnya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ( Bapedda) berupaya lebih keras agar berhasil menjembatani pihak-pihak tersebut.
Contohnya untuk sistem peringatan dini bencana banjir, Pemerintah Kudus bisa membuat sistem terintegrasi dari alat detektor banjir yang ada di sekitar sungai dan terkoneksi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), rumah sakit, kepolisian, dan alarm yang ada bagi masyarakat setempat. sistem tersebut bisa menyajikan data berupa ketinggian air secara akurat, luasan lokasi yang terdampak banjir dan jumlah korban banjir  secara berkala. sistem ini dimaksudkan agar kejadian bencana bisa dicegah atau ditanggulangi secara cepat melibatkan pihak-pihak yang terkoneksi.

Desain Sistem
Pembuatan sistem terintegrasi dalam skala besar untuk pemerintahan alangkah baiknya menggunakan desain Top to Bottom atau Top-Down[vii] (desain dari tingkatan atas ke bawah), dimana analisa kebutuhan secara makro dilakukan terlebih dahulu, kemudian dibreak down menjadi analisa kecil dimasing-masing divisi[viii]. desain sistem dengan cara ini menjadi lebih efektif dan efisien untuk projek pembangunan infrastruktur teknologi dalam skala besar. namun sebaliknya, proses desain Bottom to Top(Bottom-Up) akan menghabiskan sumber daya jauh lebih banyak karena dalam kenyataanya untuk mengurus perubahan topologi dan sinkronisasi data dari masing-masing divisi membutuhkan waktu yang lebih panjang. Ini yang membuat desain dan implementasi sistem Bottom-Up menjadi tidak cocok untuk projek skala besar atau lebih baik kita menggabungkan keduanya.

Mendorong Peningkatan Peran serta Masyarakat
Nanti seiring munculnya beragam aplikasi (terintegrasi) untuk mendukung Smart City dalam suatu pemerintahan. Pemerintah harus mulai memikirkan[ix] juga bagaimana masyarakat bisa terlibat aktif dalam proses pembangunan. Dalam mensukseskan pembangunan berbasis Smart City, pemerintah perlu mengajak masyarakat untuk berperan aktif[x]. Dalam hal ini masyarakat memiliki peran penting terkait smart people, yang merupakan salah satu dari ke enam element Smart City.
Peran serta masyarakat ini bisa dibentuk melalui karakter peduli, keepo (memiliki rasa ingin tahu), dan tidak gagap teknologi. Pembentukan karakter tersebut alangkah baiknya dimulai secepat mungkin, yang pertama tentu saja melalui keluarga. Keluarga adalah tempat karakter bisa terbentuk. Pemerintah bisa memperluas dan memperbanyak access point bersama sampai ke desa-desa atau wilayah terpencil (internet masuk desa). Karena selama ini penulis amati letak dari access point bersama (sebut saja wifi id) malah diletakkan di tempat strategis perkotaan. Cara memperluas jaringan ini seharusnya diinisiasi oleh pemerintah, misalnya pemerintah bekerja sama dengan provider tertentu dan mempersiapkan anggaran.
Alangkah baiknya kini paradigma pembangunan kita harus melihat bahwa desa merupakan masa depan dari kehidupan manusia. Menurut sebuah studi menyatakan 82,37% manusia akan hidup di Kota pada tahun 2045[xi]. Teori tersebut tidak menyebutkan bahwa ramalan itu bukan efek dari urbanisasi (perpindahan orang dari desa ke kota), melainkan dari pertumbuhan jumlah penduduk serta akibat dari pembangunan desa menjadi kota.
Jika kita bisa mengantisipasi data statistik di atas maka desa bisa menjadi lebih siap dalam menghadapi globalisasi. Dengan adanya access point bersama ditingkatan masyarakat desa, ini bisa membentuk keluarga cerdas memanfatkan internet maka ke depannya akan terbentuk Smart Community[xii] pada tataran desa.
Contohnya desa-desa di Kudus penghasil tebu, jahe merah, ketela, sayuran, jeruk pamelo, dan hasil pertanian lainnya bisa dengan mudah mencari informasi melalui internet tentang pemeliharaan, cara memanen, dan harga jual dari komoditi tersebut. Ini juga bisa menghilangkan adanya tengkulak-tengkulak nakal dibidang komoditi pertanian. Selain itu pemerintah juga bisa menyampaikan informasi secara cepat ke desa-desa melalui sambungan internet. Misalnya, pemerintah bisa menyajikan harga kebutuhan pokok disetiap pasar yang ada di Kudus, ini bermanfaat sekali bagi petani di desa yang akan menjual hasil pertaniannya ke pasar. Mereka bisa memilih tempat untuk menjual dagangannya berdasarkan informasi harga jual tertinggi di pasar.
Kata-kata penutup : pada mulanya ekplorasi teknologi dilakukan untuk kebaikan umat manusia, tetapi entah kenapa kejahatan bisa merusaknya. Kudus Smart City.




[iv] 2015. Green Computing. Putu Agus Eka Pratama

Comments