ANALISA KESESUAIAN PERAIRAN PULAU KARIMUNJAWA DAN PULAU KEMUJAN SEBAGAI LAHAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Makalah Sistem Informasi Geografis--- Taufik Habib Nurdiansyah (201351052)
BAB II LANDASAN
TEORI

BAB III PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
1.1
Latar
Belakang
Kepulauan Karimun Jawa,
secara geografis, terletak antara 5' 40" - 5' 57" LS dan 110' 4"
- 110' 40" BT, berada di perairan Laut Jawa yang jaraknya ± 45 mil laut
dari kota Jepara, termasuk ke dalam wilayah administratif Kecamatan Karimunjawa,
Kabupaten Dati II Jepara. Berdasarkan SK
Menteri Kehutanan No.161/Menhut/1988, Kepulauan Karimun Jawa ditunjuk sebagai
taman nasional dengan luas wilayahnya sekitar 111.625 Ha, terdiri dari luas
daratan 7.033 Ha dan luas perairan 104.592 Ha.
Kawasan Taman Nasional
Laut Karimunjawa memiliki fungsi utama yaitu sebagai kawasan konservasi oleh
karena itu tidak semua daerah di Karimunjawa dapat dimanfaatkan ataupun diolah
bagi kepentingan manusia. Namun, sebagian besar penduduknya yang terkonsentrasi
di Pulau Karimun bermatapencaharian sebagai nelayan (74,9 %) (Dinas Perikanan
dan Kelautan Jateng, 2003), dapat mengancam keberadaan ekosistem perairan
daerah konservasi sekitar pulau tersebut. Meningkatnya permintaan pasar akan
produk perikanan seperti ikan, udang, kekerangan, dan rumput laut mendorong
usaha penangkapan atau pengumpulan hasil laut dilakukan secara lebih intensif
dan tidak bertanggung jawab. Akibatnya adalah kelestarian sumber daya perairan
menjadi terganggu.
Adanya kecenderungan
negative oleh karena aktivitas penduduk kawasan tersebut mengharuskan Taman
Nasional Laut Karimun Jawa untuk mengakomodir dua kegiatan yang saling
bertentangan, yaitu melindung sumber daya hayati yang ada di dalam kawasan
konservasi dan memberikan kesempatan bagi masyarakat lokal untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya melalui pemanfaatan hasil laut. Salah satu upaya yang
perlu dilakukan dalam mengatasi permasalahan ini adalah pengembangan budidaya
laut. Empat dari 27 pulau yang terdapat di Kepulauan Karimun Jawa ditetapkan
sebagai zona pemanfaatan yang dapat dikelola masyarakat sebagai kawasan
budidaya yaitu, Pulau Karimunjawa, Pulau Kemujan, Pulau Menjangan Besar, Pulau
Menjangan Kecil, Pulau Parang, dan Pulau Nyamuk.
Pada saat ini telah
berkembang kegiatan budidaya rumput laut yang terdapat di perairan sekitar
Pulau Menjangan, Pulau Karimunjawa, dan Pulau Kemujan. Penduduk Karimunjawa
melakukan kegiatan budidaya rumput laut sebagai usaha sampingan selain sebagai
nelayan. Penempatan rakit atau tali apung berada pada sekitar alur yang biasa
dilalui kapal sehingga perawatan dan pemeriksaan tanaman bisa dilakukan
sesekali pada waktu senggang atau pada saat berangkat ataupun pulang melaut.
Jenis rumput laut yang dibudidayakan adalah Eucheuma cottoni. Rumput
laut jenis tersebut mengandung karaginan tinggi yang banyak mendukung industri
makanan, farmasi, dan kosmetika (Meiyana, et al., 2001). Metode budidaya
yang mereka terapkan adalah metode rakit apung dan metode long line, yaitu
dengan mengikat rumput laut pada tali yang direntangkan diatas atau diantara
taman karang. Penempatan lokasi budidaya rumput laut tersebut seringkali
berbenturan dengan beberapa kepentingan, misalnya jalur pelayaran, zonapariwisata, dan perlindungan.
Perencanaan
pengembangan budidaya rumput laut di Indonesia, masih banyak mengalami
hambatan. Salah satu kendalanya adalah lokasi perairan yang kurang cocok bagi
kegiatan budidaya laut dan juga data parameter kualitas perairan yang tidak
sesuai. (Ahmad et al., 1995 dalam Sudrajat et al., 1995). Guna
keberhasilan budidaya rumput laut, maka penentuan lokasi yang sesuai dengan
kondisi perairan, jenis komoditas yang unggul, metode budidaya yang tepat dan
dekat dengan pusat konsumen perlu menjadi perhatian. Melalui perkembangan
teknologi secara umum dewasa ini, Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan
salah satu pilihan dalam penentuan lokasi ideal untuk pengembangan budidaya
laut, khususnya rumput laut. SIG merupakan analisis secara spasial (keruangan)
yang dapat memadukan beberapa data dan informasi tentang budidaya perikanan
dalam bentuk lapisan (layer) yang
nantinya dapat ditumpang lapiskan (overlay)
pada data yang lain, sehingga menghasilkan suatu keluaran baru dalam bentuk
peta tematik yang mempunyai tingkat efisiensi dan akurasi yang cukup tinggi.
Karimunjawa merupakan
kepulauan kecil yang ada di Jepara untuk mengembangkan budidaya rumput laut.
Untuk dikembangkannya budidaya tersebut maka membutuhkan tingkat kesesuaian
wilayah perairan di zona budidaya laut pulau Karimunjawa dan pulau Kemujan bagi
pengembang budidaya rumput laut berdasarkan parameter kualitas perairan serta
menentukan metode tanam yang dapat diterapkan di lokasi tersebut.
Bertujuan untuk
menganilisis tingkat kesesuaian wilayah perairan di zona budidaya laut pulau
Karimunjawa dan pulau Kemujan bagi pengembang budidaya rumput laut berdasarkan
parameter kualitas perairan serta menentukan metode tanam yang dapat diterapkan
di lokasi tersebut.
BAB II LANDASAN
TEORI
Budidaya perikanan
adalah usaha pemeliharaan dan pengembang biakan ikan atau organisme lainnya.
Buidaya perikanan disebut juga sebagai budidaya perairan atau akuakultur
mengingat organisme air yang dibudidayakan bukan hanya jenis ikan saja tetapi
juga organisme air lain seperti kerang, udang, maupun tumbuhan lainnya seperti
rumput laut. Istilah dalam Bahasa Inggris Aquaculture.
Rumput laut atau sea
weeds secara ilmiah dikenal dengan istilah alga atau ganggung. Rumput laut
termasuk salah satu anggota alga yang merupakan tumbuhan berklorofil.
Memiliki cara sebagai
berikut :
·
Autotrof
·
Eukariot
·
Multiseluler dan uniseluler
·
Berklorofil
·
Cara gerak : motil, non motil
·
Reproduksi : pembelahan sel,
fragmentasi, dan pembentukan zoospore.
Memilih lahan untuk
membudidayakan rumput laut merupakan salah satu hal mendasar dalam cara
budidaya rumput laut, memilih lokasi yang tepat sesuai dengan sifat dan
kebutuhan rumput laut merupakan hal yang sangat penting terkait dengan kualitas
dan kuantitas hasil produksi. Secara alami rumput laut hidup melekat pada
pasir, karang ataupun substrat lain pada kedalaman 10 - 15 meter dibawah
permukaan laut. Salah satu tips yang cukup penting adalah memilih lokasi dengan
konsentrasi garam laut sekitar 120/00 – 300/00 dapat menjadi lokasi yang tepat
untuk budidaya rumput laut.
GIS (GeographicInformation System)atau Sistem Informasi Berbasis Pemetaan dan Geografi
adalah sebuah alat bantu manajemen berupa informasi berbantuan komputer yang
berkait erat dengan sistem pemetaan dan analisis terhadap segala sesuatu serta
peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi. Teknologi GIS mengintegrasikan
operasi pengolahan data berbasis database yang biasa digunakan saat ini,
seperti pengambilan data berdasarkan kebutuhan, serta analisis statistic dengan
menggunakan visualisasi yang khas serta berbagai keuntungan yang mampu
ditawarkan melalui analisis geografis melalui gambar-gambar petanya.
Mau persiapan KKL atau Skripsi? ini ada judulnya : KLik saya. atau INIIII.
Data yang digunakan
dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data
sekunder meliputi Peta Rupa Bumi Kepulauan Karimunjawa skala 1 : 25.000, Peta
Batimetri Kepulauan Karimunjawa skala 1 : 100.000 Peta Hasil Citra Landsat ETM
7 tahun 2002. Tema utama dari peta dasar yang diambil antara lain terumbu
karang, garis pantai, kedalaman, sedimentasi, jalan, dan mangrove.
Data primer yaitu data
mengenai kualitas perairan diperoleh melalui pengukuran langsung di lapangan
dengan menentukan masing-masing 6 titik secara acak dan representative pada 3
stasiun pengamatan, yang terdiri dari 2 stasiun di Pulau Karimunjawa dan Pulau
Kemajun. Penentuan titik pengamatan dirancang dengan menggunakan metode purposive sampling dengan jarak 0,5 km
antara titik pengamatan. Penyusuran titik pengamatan dilakukan dengan
menggunakan alat GPS.
Data primer yang
diambil secara langsung di lapangan antara lain: parameter fisika (suhu,
kedalaman, substrat dasar, kecepatan arus, tinggi gelombang, dan kecerahan air)
dan kimia (pH, salinitas, oksigen terlarut, karbon dioksida, nitrat, dan
fosfat) serta biologi (klorofil-a).
Data primer berupa
kualitas perairan yang telah diperoleh dari lapangan, selanjutnya dianalisa
secara spasial, dengan urutan sebagai berikut :
Titik-titik pengamatan
dari data lapangan yang berupa suhu, kecepatan arus, tinggi gelombang,
kecerahan air, pH, salinitas, oksigen terlarut, karbon dioksida, mitrat, dan
fosfat dan klorofil-a dianalisa dengan menginterpolasi data titik menjadi area
(polygon) menggunakan metode nearest neighbor.
Klasifikasi tingkat
kesesuaian lahan dilakukan dengan menyusun matrik kesesuaian untuk menilai
kelayakan atas dasar pemberian skor pada parameter pembatas kegiatan budidaya
rumput laut. Klas kesesuaian parameter pembatas budidaya tersebut ditentukan
berdasarkan respon pertumbuhan organisme budidaya.
Dalam penelitian ini
setiap parameter dibagi dalam tiga klas yaitu sesuai, kurang sesuai, dan tidak
sesuai. Klas sesuai diberi nilai 3, klas kurang sesuai diberi nilai 2, dan
tidak sesuai diberi nilai 1. Selanjutnya setiap satu parameter dilakukan
pembobotan berdasarkan studi pustaka untuk digunakan dalam penilaian atau
penentuan tingkat kesesuaian lahan. Parameter yang dapat memberikan pengaruh
lebih kuat diberi bobot lebih tinggi dari pada parameter yang lebih lemah
pengaruhnya.
Tabel 1. Kriteria
Kesesuaian Lahan Untuk Budidaya Rumput Laut
Total skor dari hasil
perkalian nilai parameter dengan bobotnya tersebut selanjutnya dipakai untuk
menentukan klas kesesuaian lahan budidaya rumput laut berdasarkan karakteristik
kualitas perairan dengan perhitungan sebagai berikut :
Y = ∑ai.Xn
Dimana
:
Y
= Nilaia Akhir
Ai = Faktor Pembobotan
Xn = Nilai tingkat
kesesuaian lahan
Interval klas kesesuaian
lahan diperoleh berdasarkan metode Equal
Interval untuk membagi jangkauan nilai-nilai atribut ke dalam sub-sub
jangkauan dengan ukuran yang sama.
Dengan perhitungan
sebagai berikut :

Dimana :
I = Interval klas
kesesuaian lahan
k = jumlah klas kesesuaian
lahan yang diinginkan
BAB III PEMBAHASAN
Titik pengamatan
terbagi dalam tiga stasiun yang berbeda. Dua stasiun berada di perairan sekitar
pulau Karimunjawa yaitu perairan Legonboyo (sebelah barat pulau Karimunjawa)
dan perairan Jelamun (sebelah timur pulau Karimunjawa) serta satu stasiun di perairan
sebelah utara pulau Kemujan, yaitu perairan Telaga.
Gambar 1. Lokasi Titik
Pengamatan
Pulau Karimunjawa dan Pulau
Kemujan merupakan dua pulau besar di kawasan Kepulauan Karimunjawa. Pulau
Kemujan secara geografis terletak pada 5o48’23”
– 5o53’33”
LS; 110o24’34”
– 110o28’37”
BT dan Pulau Kemujan terletak pada kooedinat 5o46’24”
– 5o59’16”
LS; 110o26’55”
– 110o29’38”
BT. Pulau Karimunjawa memiliki luas 4.302,5 ha dan Pulau Kemujan memiliki luas
1.501,5 ha atau kedua pulau ini memiliki luas 81,52 % dari luas daratan di
kawasan kepulauan Karimunjawa.
Penggunaan lahan darat
dan tutupan wilayah perairan berdasarkan interpretasi citra satelit, Pulau
Karimunjawa didominasi oleh wilayah perairan (39 %), tanaman campuran (37 %),
diikuti mangrove (5%), kebun kelapa (4%), persawahan (4%) pemukiman, ladang,
dan hutan masingmasing 3 %, serta sebagian kecil tambak (2 %). Sedang di pulau
Kemujan didominasi oleh wilayah perairan (50 %), kebun kelapa (12 %), tanaman
campuran (11 %), diikuti pemukiman (11 %), lading (7 %), hutan (5 %), mangrove
(3%), dan sebagian kecil tambak (1 %). Tutupan wilayah perairan di pulau
Karimunjawa terbagi atas terumbu karang hidup (1 %), terumbu karang mati (4 %),
pasir (26 %), padang lamun (2 %), dan lumpur (5 %), sedang di pulau Kemujan
terdiri atas terumbu karang hidup (2 %), terumbu karang mati (2 %), pasir (25
%), padang lamun (13 %), dan lumpur (5 %).
Kecepatan arus hasil
pengukuran di perairan Legonboyo berkisar antara 15,6 – 3,5 cm/dt, di perairan
Jelamun 11,3 – 22,8 cm/dt, dan di perairan Telaga 18,5 – 24,5 cm/dt. Kecepatan
arus untuk budidaya rumput laut berkisar antara 20 – 40 cm/detik agar tanaman
dapat dibersihkan dari kotoran dan suplai nutrient dapat berjalan dengan baik.
Kecepatan arus yang lebih dari 40 cm/detik dapat merusak konstruksi budidaya
dan mematahkan percabangan rumput laut.
Arus laut di perairanKarimunjawa secara umum bergerak dari timur ke barat dengan kecepatan berkisar
antara 18 – 34 cm/detik, dengan rata-rata 25 cm/detik Pola arus yang terjadi di
perairan laut sekitar Kepulauan Karimunjawa pada khusunya merupakan efek dari
perubahan iklim secara umum di perairan Indonesia. Arah arus perlu diketahui
untuk menentukan gambaran umum wadah budidaya sehingga sirkulasi air tetap
lancar dan terkendali.
Gambar
2. Pola dan arah arus
Tinggi gelombang hasil
pengukuran di perairan Legonboyo berkisar antara 0,2 – 0,28 meter, di perairan
Jelamun 0,3 – 0,45 meter, dan di perairan Telaga 0,2 – 0,29 meter.
Tinggi gelombang yang
relative besar di perairan Jelamun diakibatkan karena letaknya yang kurang
terlindungi dari arus musim pancoraba II. Tinggi gelombang yang dikehendaki
bagi suatu kegiatan budidaya adalah lebih kecil dari 0,5 meter sehingga tidak
akan merusak konstruksi budidaya.
Tingkat kecerahanberhubungan dengan tingkat kekeruhan perairan meliputi banyaknya material tersuspensi
maupun terlarut di dalam perairan, baik berupa partikel lumpur maupun bahan
organic. Adanya material yang terlarut dalam air dapat menghambat penetrasi
cahaya ke dalam perairan sehingga proses fotosistesa menjadi terganggu. Penetrasi
cahaya matahari di lokasi penelitian dapat mencapai dasar perairan, bahkan di
perairan Jelamun mencapai 6,5 meter dan di perairan Legonboyo mencapai &
meter sehingga sesuai untuk budidaya rumput laut. Intensitas sinar yang
diterima secara sempurna oleh thallus merupakan factor utama dalam proses
fotosintesis. Kondisi air yang jernih dengan tingkat transparansi dengan
menggunakan alat sechidisk mencapai 2 – 5 meter atau lebih 1,5 meter cukup baik
bagi pertumbuhan rumput laut.
Berdasar hasil
pengukuran di lokasi pengamatan, suhu perairan Legonboyo berkisar antara 30,1 –
30,7oC,
perairan Jelamun 30,2 – 31,5oC, dan perairan
Telaga 29,5 – 29,9oC. Suhu di perairan
Jelamun relative lebih tinggi dan kisaran yang lebih besar. Gerakan air yang
cukup akan membantu pengudaraan dan mencegah terjadinya fluktuasi yang besar
terhadap suhu dan salinitas. Suhu yang relative bagus berkisar 30,2 – 31,5oC.
Nilai pH di perairan
Legonboyo, Jelamun dan Telaga mempunyai nilai yang hampir sama yaitu berada
pada kisaran 8 – 8,2. Nilai pH di perairan sekitar Pulau Karimunjawa layak
untuk membudidayakan rumput laut karena pH berkisar antara 6 – 9 sedang tumbuh
dengan baik rumput laut berkisar 7 – 8,5. Derajat keasaman yang bersifat
alkalis (pH > 7).
Tingkat salinitas air
laut di perairan telaga dan jelamun sebesar 35 o/oo,
sedang di perairan Legonboyo sebesar 34 – 35 o/oo.
Tingkat
salinitas air laut berkisar 28 – 34 0/00 dengan baik
dengan nilai optimal 330/00 rumput laut jenis Eucheuma Sp akan tumbuh dengan baik dengan nilai optimal 330/00 bagi perairan yang digunakan untuk kegiatan
budidaya.
Oksigen bagi kehidupan
rumput laut diperlukan terutama pada malam hari untuk kegiatan respirasi.
Respirasi mendukung proses metabolisme rumput laut sehingga kandungan oksigen
terlarut dalam perairan sangat diperlukan bagi kelangsungan proses
pertumbuhannya oksigen terlarut berkisar antara 3 – 8 mg/1. Perairan Legonboyo
mempunyai kisaran kandungan O2 terlarut antara
6,4 – 7,1 mg/l, perairan Jelamun mempunyai kisaran kandungan O2
terlarut
6,7 – 7,2 mg/l, dan perairan Telaga mempunyai kisaran kandungan O2
terlarut
5,7 – 6,1 mg/l
Menurut tingkat
kesesuaian perairan, kandungan CO2 bebas
yang kecil tersebut kurang sesuai bagi pertumbuhan rumput laut. Perairan alami mengandung
karbondioksida sebesar 2 mg/l. Perairan sekitar Pulau Karimunjawa dan Pulau
Kemujan memiliki kadar CO2 bebas antara 0,263 – 1,187 mg/1.
Perairan Pulau
Karimunjawa menunjukkan kandungan nitrat berkisar 0,126 – 0,252 mg/1. Kandungan
nitrat di perairan untuk lokasi budidaya rumput laut sebaiknya antara 0,1 – 0,7
mg/1. Nitrogen adalah salah satu nutrient yang diperlukan oleh tanaman air
untuk proses pertumbuhan, untuk fotosintesis dan respirasi. Kurangnya kandungan
nitrat dalam perairan dapat menghambat produksi pakan alami terutama
phytoplankton yang mengandung khlorofil-a.
Di perairan Pulau
Karimunjawa menunjukkan kandungan fosfat di lokasi berkisar 0,104 – 0,337 mg/1.
Kandungan fosfat di perairan untuk lokasi budidaya rumput laut adalah 0,1 – 0,2
mg/1 apabila dalam air laut terdapat fosfat minimal 0,01 mg/1, maka laju
pertumbuhan kebanyakan biota air tidak mengalami hambatan. Namun, bila kadar
fosfat turun dibawah kadar kritis maka laju pertumbuhan sel akan semakin
menurun.
Produktifitas perairan
akan tinggi pada daerah perairan yang mengandung banyak fitoplankton dan kaya
akan bahan organic. Oleh karena itu rumput laut membutuhkan bahan organic untuk
pertumbuhannya maka perairan tersebut sesuai apabila dikembangkan sebagai
daerah budidaya rumput laut dengan khlorofil-a berkisar 4,016 µg/1 – 9,892
µg/1.
Penentuan daerah yang
berpotensi untuk dikembangkan budidaya rumput laut dan metode tanam yang
digunakan diperoleh dari menumpang susunkan (overlay) peta kesesuaian metode tanam dengan lahan budidaya rumput
laut menggunakan metode penyesuaian (matching).
Kedalaman perairan
dalam budidaya rumput laut diperlukan untuk menentukan teknik budidaya
berdasarkan kemudahan pelaksanaannya. Tipe dan sifat substrat dasar perairan
merupakan refleksi dari keadaan oseanografi perairan karang dan dapat pula
digunakan untuk menentukan derajat kemudahan dalam pembangunan konstruksi
budidaya.
Hasil yang diperoleh
pada tahapan ini adalah peta kesesuaian metode budidaya rumput laut yang sesuai
untuk digunakan pada masing-masing perairan.
BAB IV PENUTUP
Perairan pulau Kemujan
adalah area yang paling sesuai bagi pengembangan budidaya rumput laut dari pada
pulau Karimunjawa berdasarkan kualitas perairan yang dimilikinya. Pulau
Legonboyo lebih sesuai sebagai lahan pengembangan budidaya rumput laut
berdasarkan kualitas perairannya dari pada perairan Jelamun. Kendala utama
kurang sesuainya perairan Jelamun untuk budidaya rumput laut dikarenakan
lokasinya yang terbuka dan tinggi gelombang besar pada saat terjadi musim
pancaroba II.
Data yang didapatkan
sebaiknya data yang relevan yang langsung didapatkan dari setiap instansi
pemerintah daerah.
Comments
Post a Comment