Geographic Information System (GIS) Untuk Deteksi Daerah Rawan Longsor Studi Kasus Di Desa Tempur Gunung Jepara

Makalah Sistem Informasi Geografis---- FAJAR TARUNA AJI SAKA (2013-51-079)


Logo UMK.png


LATAR BELAKANG


 Kelurahan Tempur Gunung merupakan salah satu dari 7 kelurahan yang ada di Kecamatan Bangsri. Kelurahan ini sendiri terbagi kedalam 6 bagian wilayah. Wilayah ini merupakan wilayah yang terhitung sangat padat dengan penduduk, dengan total penduduk dari data monografi pada akhir bulan maret 2015 berjumlah 10.708. Hampir semua wilayah di Kelurahan Tempur Gunung memang sangat berpotensi mengalami peristiwa longsor. Menurut data yang ada pada Kantor Kelurahan Kelurahan Tempur Gunung tentang jumlah titik lokasi hampir semua titik lokasi dinilai rawan bencana mulai dari kebakaran hingga tanah longsor. Berdasarkan data yang ada pada data penanggulangan bencana pada tahun 2015, mulai dari bulan januari hingga awal maret sudah terjadi 4 bencana longsor di tempat berbeda.
Bencana alam sebagai salah satu fenomena alam dapat terjadi setiap saat, dimanapun dan kapanpun, sehingga dapat menimbulkan kerugian material dan imaterial bagi kehidupan masyarakat. Bencana longsor adalah salah satu bencana alam yang sering mengakibatkan kerugian harta benda maupun korban jiwa dan menimbulkan kerusakan sarana dan prasarana yang bisa berdampak pada kondisi ekonomi dan sosial.
Longsor merupakan perpindahan massa tanah secara alami, longsor terjadi dalam waktu singkat dan dengan volume yang besar. Pengangkutan massa tanah terjadi sekaligus, sehingga tingkat kerusakan yang ditimbulkan besar. Suatu daerah dinyatakan memiliki potensi longsor apabila memenuhi tiga syarat, yaitu:
1) lereng cukup curam,
2) memiliki bidang luncur berupa lapisan di bawah permukaan tanah yang semi permeabel dan lunak, dan
3) terdapat cukup air untuk menjenuhi tanah di atas bidang luncur.
Untuk mengurangi kerugian akibat longsor maka perlu diidentifikasi kawasan-kawasan yang rawan longsor sebagai antisipasi untuk mencegah kerugian yang lebih besar. Pemodelan kerawanan bencana longsor sangat diperlukan sebagai bentuk penyederhanaan dari dunia nyata. Selain itu, model tersebut juga dapat diaplikasikan dalam berbagai bentuk permasalahan serupa di daerah lain, karena model bersifat dinamis. Kelurahan Karanganyar Gunung sebagai salah satu wilayah yang memiliki kawasan perbukitan di Semarang dan juga memiliki jumlah penduduk yang cukup padat. Oleh karenanya model yang telah disusun ini akan diaplikasikan di Tempur Gunung. Aplikasi model tersebut juga diterapkan pada rencana guna lahan yang ada di wilayah Tempur Gunung, khususnya wilayah yang berada dalam kawasan rawan longsor.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai berikut:
l   Bagaimana mengidentifikasi faktor-faktor yang terkait dengan bencana longsor?
l   Bagaimana membangun model GIS?
l   Bagaimana mengaplikasikan model GIS untuk identifikasi kawasan longsor?
l   Bagaimana memetakan tingkat kerawanan longsor pada wilayah studi?
l   Bagaimana memetakan kesesuaian penggunaan lahan pada kawasan rawan longsor?
l   Bagaimana memberikan masukan pada rencana tata ruang dan guna lahan?


BATASAN MASALAH

Berdasarkan masalah yang ada, dapat ditarik ke ruang lingkup masalah yang lebih kecil yaitu lebih membahas kearah klasifikasi daerah-daerah yang rawan akan bencana longsor. Mulai dari pembagian daerah-daerah titik rawan, mengkorelasikan data tingkat rawan bencana dengan titik-titik padat penduduk, dan tingkat curah hujan.




PEMBAHASAN
1.        Bencana Tanah Longsor
Longsoran merupakan suatu gerakan tanah pada lereng. Dimana gerakan tanah merupakan suatu gerakan menuruni lereng oleh massa tanah atau batuan penyusun lereng, akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Jika massa yang bergerak ini didominasi oleh massa tanah dan gerakannya melalui suatu bidang pada lereng, baik berupa bidang miring atau lengkung, maka proses pergerakannya disebut sebagai longsoran tanah.
Potensi terjadinya gerakan tanah pada lereng tergantung pada kondisi batuan dan tanah penyusunnya, struktur geologi, curah hujan dan penggunaan lahan. Tanah longsor umumnya terjadi pada musim hujan, dengan curah hujan rata-rata bulanan > 400 mm/bulan. Tanah yang bertekstur kasar akan lebih rawan longsor bila dibandingkan dengan tanah yang bertekstur halus (liat), karena tanah yang bertekstur kasar mempunyai kohesi agregat tanah yang rendah. Jangkauan akar tanaman dapat mempengaruhi tingkat kerawanan longsor, sehubungan dengan hal tersebut wilayah tanaman pangan semusim akan lebih rawan longsor bila dibandingkan dengan tanaman tahunan (keras).
2.        Penyebab Tanah Longsor
Berdasarkan beberapa pola terjadinya longsor yang terjadi, beberapa faktor yang menjadi penyebab utama terjadinya longsor adalah curah hujan, kemiringan lereng, jenis tanah, perubahan penutup lahan. Tetapi dalam hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa adanya faktor-faktor lain yang menyebabkan terjadinya longsor. Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing faktor :
A. Curah Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena meningkatnya intensitas curah hujan. Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral.
B. Kemiringan Lereng
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua unsur topografi yang paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen. Kecuraman lereng 100 persen sama dengan kecuraman 45 derajat. Selain memperbesar jumlah aliran permukaan, makin curam lereng juga memperbesar kecepatan aliran permukaan, dengan demikian memperbesar energi angkut air.
Klasifikasi kemiringan lereng untuk pemetaan ancaman tanah longsor dibagi dalam lima kriteria diantaranya : lereng datar dengan kemiringan 0-8%, landai berombak sampai bergelombang dengan kemiringan 8-15%, Agak curam berbukit dengan kemiringan 15-25%, curam sampai dengan sangat curam dengan kemiringan 25-40%, sangat curam sampai dengan terjal dengan kemiringan >40%.Wilayah dengan kemiringan lereng antara 0% - 15% akan stabil terhadap kemungkinan longsor, sedangkan di atas 15% potensi untuk terjadi longsor pada kawasan rawan gempa bumi akan semakin besar.
C. Jenis Tanah
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 22 derajat. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan
D. Perubahan Penutup Lahan
Penggunaan lahan (land use) adalah setiap bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual. Penggunaan lahan merupakan hasil interaksi antara aktivitas manusia dengan lingkungan alami. Tanaman yang menutupi lereng bisa mempunyai efek penstabilan yang negatif maupun positif. Akar bisa mengurangi larinya air atas dan meningkatkan kohesi tanah, atau sebaliknya bisa memperlebar keretakan dalam permukaan batuan dan meningkatkan peresapan.
Penggunaan lahan seperti persawahan maupun tegalan dan semak belukar, terutama pada daerah-daerah yang mempunyai kemiringan lahan terjal umumnya sering terjadi tanah longsor. Minimnya penutupan permukaan tanah dan vegetasi, sehingga perakaran sebagai pengikat tanah menjadi berkurang dan mempermudah tanah menjadi retak-retak pada musim kemarau. Pada musim penghujan air akan mudah meresap kedalam lapisan tanah melalui retakan tersebut dan dapat menyebabkan lapisan tanah menjadi jenuh air. Hal demikian cepat atau lambat akan mengakibatkan terjadinya longsor atau gerakan tanah.
GIS itu untuk apa aja sihh ?? cek di sini ada judul skripsi tentang GIS juga di sini.
3.        Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam pembuatan penelitian ini adalah menggunakan teknik overlay (Tumpang Tindih) peta. Proses overlay sendiri dibagi kedalam 3 tahap. Pertama peta tematik dari data curah hujan dan kemiringan lereng. Yang kedua, peta dari hasil overlay pertama dan peta penggunaan lahan. Yang terakhir, peta dari hasil overlay kedua dan peta titik-titik padat penduduk.

 Gambar 3 : Flowchart Pembuatan Peta Rawan Longsor
Pembobotan Parameter
1. Curah Hujan Parameter
Besaran
Kategori nilai
Skor
Sumber Data
Keterangan
Hujan tahunan mm/tahun
<500
Rendah
1
Data hujan tahunan yang diperoleh dari kelurahan Tempur gunung
data kelurahan Tempur gunung tahun 2014
500-999
Agak Rendah
2
1000-1999
Sedang
3
2000-2999
Agak Tinggi
4
>3000
Tinggi
5

Nilai skor kumulatif untuk menentukan tingkat daerah rawan longsor diperoleh melalui model pendugaan sedangkan pemberian bobot untuk menentukan tingkat daerah rawan longsor disesuaikan dengan faktor dominan atau faktor terbesar penyebab terjadinya tanah longsor.
Menurut Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (2005) Curah hujan merupakan faktor dominan penyebab terjadinya bencana longsor sehingga nilainya lebih tinggi dari parameter lainnya. Curah hujan memiliki bobot sebesar 35% dari total pembobotan, sedangkan tingkat kepadatan penduduk memiliki bobot sebesar 25% dan 20% merupakan bobot yang diberikan untuk faktor penggunaan lahan dan kemiringan lereng. Model pendugaan tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

baca juga pemetaan rawan longsor di Rahtawu : DI SINI.
Curah Hujan
Di daerah Tempur Gunung sendiri curah hujan sering kali menjadi pemicu utama terjadinya longsor, ini bisa dilihat dari beberapa tahun terakhir berdasarkan data kelurahan di beberapa titik terjadinya longsor setelah hujan berlangsung. Berdasarkan tabel tentang parameter curah hujan, skor dari curah hujan di kelurahan Tempur gunung adalah 4 menduduki angka yang masuk kedalam kategori agak tinggi.
Kemiringan Lereng
Kelurahan tempur gunung sendiri memili kontur yang lahan yang berbukit-bukit. Ini dapat dilihat dari wilayah RW 3 yang memiliki tingkat kemiringan antara 45-64%. Kemudian RW 4 dan 6 yang memiliki tingkat kemiringan lereng hingga diatas angka 65%. Berikut kemudian hasil pengolahan data tentang parameter dari faktor kemiringan lereng Kelurahan Tempur Gunung sendiri memiliki 6 cakupan wilayah yang pemanfaatannya sebagian besar terforsir untuk pemukiman. Pemukiman sendiri mencakup dari perumahan, tempat ibadah, serta segala bentuk bangunan yang ada di kelurahan Tempur gunung itu sendiri. Berikut tabel tentang tata guna lahan beserta dengan luas dari masing kategori pemanfaatan.
Faktor Kepadatan Penduduk
Kelurahan Tempur Gunung sendiri merupakan kelurahan yang tergolong memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Ini dapat dilihat dari total luas lokasi kelurahan sebesar 77.227 yang berbanding dengan jumlah penduduk sebesar 10.708 jiwa. Berikut merupakan tabel tentang penjabaran lebih detil berkaitan dengan jumlah penduduk di Kelurahan Tempur Gunung.
Rawan Longsor
Mengacu kepada metodologi penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya proses pertama yang harus dilakukan adalah menggabungkan peta curah dan kemiringan lereng. Hasil dari penggabungan ini menghasilkan peta ch_kl.shp yang mana basisdata dari kedua peta mengalami penggabungan. Peta ch_kl.shp kemudian ditumpang tindih dengan peta tata guna lahan yang kemudian menghasilkan peta chKl_pl.shp. Kemudian hasil dari overlay kemiringan lereng/hujan dan penggunaan lahan yaitu peta chKl_pl.shp selanjutnya di overlay dengan peta tingkat kepadatan penduduk. Hasil dari proses overlay tersebut kemudian menghasilkan peta chKlPl_tp.shp yang kemudian diklasifikasi kedalam 3 tingkat yaitu kurang rawan, rawan, dan sangat rawan.
l  Daerah Kurang Rawan Longsor
Daerah kurang rawan adalah daerah yang memiliki potensi longsor yang paling kecil, hal ini dikarenakan hasil olah data dari parameter-parameter yang ada menunjukan angka ≤ 2,5 . wilayah yang termasuk dalam kategori daerah kurang rawan longsor adalah RW 1 sebesar 1.899Ha. Daerah lainnya yang masuk dalam kategori ini adalah RW 2 dengan total wilayah 21.196 Ha. Kemudian total luas dari daerah rawan longsor di Kelurahan Tempur Gunung Semarang adalah 23.095 Ha. 
l  Daerah Rawan Lonsor
Daerah rawan longsor merupakan daerah yang masuk dalam kategori wilayah yang memiliki potensi longsor sedang. penghitungan parameter daerah yang masuk kategori ini adalah daerah yang memiliki hasil skor penghitungan parameter sebesar ≥2,6 – ≤3,6. Dari total luas wilayah kelurahan sebesar 77.227 Ha, terdapat sebesar 44.976 Ha yang termasuk dalam kategori daerah rawan longsor.
l  Daerah Sangat Rawan Longsor
Daerah sangat rawan longsor merupakan daerah yang paling berpotensi mengalami longsor. Hal ini dikarenakan hasil dari penghitungan pada nilai-nilai parameter yang diatas nilai rata-rata dengan total skor mencapai angka ≥3,7. Berdasarkan pemetaan, dan penghitungan terlihat bahwa hampir sebagian besar wilayah yang masuk kategori sangat rawan mendominasi RW 4. Hal ini dilihat dengan total luas wilayah RW 4 yang masuk kedalam kategori ini mencapai luas sebesar 7.116 Ha, sedangkan total luas wilayah RW ini sendiri adalah sebesar 7.452 Ha.

Kesimpulan
1.        Berdasarkan dari apa yang telah dibahas pada penelitian ini maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain sebagai berikut:
2.        Tingkat kerawanan tanah longsor dibagi kedalam tiga klasifikasi yaitu kurang rawan longsor sebesar 23.095 Ha (29.91%), rawan longsor sebesar 44.976 Ha (58.24%) dan sangat rawan longsor sebesar 9.156 Ha (11.86%).
3.        RW III, VI dan VI merupakan daerah yang memiliki wilayah sangat rawan longsor dengan luasan masing-masing wilayah sebesar 0.386 Ha, 7.116 Ha dan 1.654 Ha.
4.        Tiap parameter penyebab terjadinya longsor memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
a)        Faktor curah hujan yang tergolong agak tinggi yang mendominasi seluruh wilayah kelurahan yaitu sebesar 2000mm/tahun.
b)        Daerah kelurahan didominasi dengan tingkat kemiringan lereng yang relatif tinggi, hal ini dapat dilihat dari daerah yang memiliki tingkat kemiringan lereng dibawah rata-rata 14% hanya sebesar 22.269 Ha atau sebesar 28,84% dari total luas wilayah
c)        Penggunaan lahan yang didominasi dengan pemukiman dengan luas 42.239 Ha atau sebesar 54,69% dari total luas wilayah. Sedangkan semak belukar yang menjadi parameter yang memiliki skor tertinggi dalam penentuan daerah rawan adalah sebesar 3.727 Ha (4.83%) dari total luas wilayah.
d)       RW VI memiliki tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi dengan rata-rata total penduduk mencapai angka 420 Jiwa/Ha .

Daftar Pustaka
1.        Anonymous, 2008. Buku Metode Pemetaan Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta.
2.        Suryani, Thesa Adi. 2007. Analisis Komparatif Nilai Parameter Sismotektonik Dari Hubungan Magnitudo-Kumulatif dan Nonkumulatif untuk Jawa Timur Menggunakan Metode Kuadrat Terkecil dan Metode maksimum Likelihood dari Data BMG dan USGS Tahun 1973 - 2003. Skripsi S1 Jurusan Matematika Universitas Negeri Semarang : Semarang.
3.        Shelia B. Reed, InterWorks. 1992. Penghantar Tentang Bahaya Edisi Ke-3. UNDP: Jakarata.
4.        Wahyunto,H, 2010. Kerawanan Longsor Lahan Pertanian. Balai Penelitian Tanah: Bogor.
5.        Mutia, Nuning & Firdaus. 2011. Pemetaan Ancaman Bencana Tanah Longsor di Kota Kendari. Jurnal Aplikasi Fisika Volume 7 Nomor 1. Kendari
6.        GIS Konsorium Aceh Nias. 2007. Modul Pelatihan GIS Tingkat Dasar. Staff Pemerintahan Kota Banda Aceh. Aceh
http://berpikirtentangmu.blogspot.com/2015/03/pemetaan-daerah-bencana-di-rahtawu.html
7.        Subhan. 2006. Identifikasi dan Penentuan Faktor-faktor Utama Penyebab Tanah Longsor di Kabupaten Garut, Jawa Barat. [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
8.        Bappeda. 2010. Pembuatan Peta Penutupan Lahan Untuk Mendukung Basis Data Spasial di Wilayah kabupaten Sinjai. Lapan. Pare-pare.
9.        Undang-undang Nomor:56/PRP/1960 tentang Kepadatan Penduduk Per Km Persegi.
10.    Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Manajemen Bencana Tanah Longsor. 2005
11.    Hidayat,Fajar. 2010. Definisi Class Diagram pada UML. Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). Surabaya.
12.      Destarina, Ratih. 2009. RANCANG BANGUN PEMANFAATAN DATA SPASIAL UNTUK KELENGKAPAN SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN (SIAK) (Studi Kasus : Kelurahan Kedung Baruk, Rungkut, Surabaya) Skripsi mahasiswa teknik geomatika ITS. Surabaya. 

Comments

  1. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.

    Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    ReplyDelete

Post a Comment