Makalah-- Linda Mutiara Sari 201351095
1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara
yang dikaruniai sumber daya alam yang melimpah, khususnya sumber daya hutan.
Hasil hutan merupakan salah satu sumber devisa negara non-migas. Namun, setiap
tahun lahan hutan di Indonesia semakin berkurang akibat bencana kebakaran
hutan.
Pemerintah Indonesia sejak tahun 1999
telah bekerjasama dengan pemerintah Kanada melalui BPPT yang didukung instansi
terkait lainya (LAPAN, BMG, DEPHUT, BAPEDAL dan lain-lain) guna
mengimplementasikan sistem Information and Communication Technology (ICT) untuk
mengatasi kebakaran lahan dan hutan di Indonesia. Sistem yang dibangun adalah
Forest-fire Danger Rating Sistem (FDRS) (BMG,2003). FDRS merupakan sistem yang
digunakan untuk memberikan informasi harian peta potensi hotspot.
Dalam
hal ini, FDRS membangun Sistem Peringatan Dini di Indonesia. Dengan
pengembangan Sistem Peringatan Dini ini, upaya penanggulangan kebakaran hutan
dapat dilaksanakan sedini mungkin. Namun, untuk penanggulangan bencana
kebakaran hutan di Indonesia saat ini tidak cukup hanya menggunakan sistem FDRS
saja namun dibutuhkan sistem yang lebih kompleks seperti sistem Manajemen
Bencana Kebakaran Hutan yang didalamnya terdapat sub Sistem Informasi Geografis
(SIG) untuk bencana kebakaran hutan yang dapat memberikan informasi pencegahan
dan penanggulangan saat dan pasca terjadinya bencana kebakaran hutan.
SIG
ini mampu menangani permasalahan-permasalahan bencana kebakaran hutan dengan
memberikan informasi berupa pendeteksian titik hotspot terbaru, perkiraan
penyebaran asap dan api, manajemen emergency dan evakuasi, dan pemberian solusi
terhadap pilihan tanaman dalam melakukan replanting akibat kebakaran hutan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas,
dalam pengerjaan penelitian ini timbul beberapa masalah diantaranya adalah :
1. Sistem informasi yang
mengintegrasikan beberapa sub sistem kebakaran hutan yang telah dibangun secara
independent sebelumnya, sehingga diperoleh suatu informasi tentang manajemen
bencana kebakaran hutan secara lengkap dan akurat.
2.
Sistem informasi yang membagi user kedalam 7 type yaitu Admin, Pemerintah,
Dephut, Satgas, Swasta, Media, dan Masyarakat dimana setiap user mendapatkan
informasi yang berbeda-beda sesuai kebutuhan. Seorang Admin memiliki wewenang
untuk mengupdate informasi prosedur penanganan dan pengendalian kebakaran
Pada penyelenggaraan penelitian ini,
batasan permasalahannya adalah :
1. Input yang digunakan bergantung
pada output dari masing-masing sub sistem yang telah dibuat pada tahun
sebelumnya
2. Data yang dapat diupdate hanya
prosedur penanganan dan pengendalian kebakaran hutan saja
3.
Data yang akan di analisa adalah data-data kebakaran hutan yang ada di seluruh
2.
PERANCANGAN SISTEM
Gambar
2.1 Blok
diagram Penelitian
Secara
garis besar proses-proses yang terjadi di dalam perancangan sistem adalah
sebagai berikut :
Gambar
2.2 Proses untuk Menampilkan Aplikasi dalam Web
Base
Data
yang di inpukan merupakan data seluruh wilayah Kalimantan khususnya propinsi
Kalimantan Tengah yang diperoleh dari data masing-masing sub sistem kebakaran
hutan tahun lalu yang kemudian di olah untuk dilakukan penggabungan.
Tabel
2.1 Daftar tabel yang
dibuat
No.
|
Nama Tabel
|
Tipe Tabel
|
Sumber
|
|
1
|
Tabel
Kabupaten
|
POLYGON
|
DEPHUT
|
|
2
|
Tabel
Kecamatan KALTENG
|
POLYGON
|
DEPHUT
|
|
3
|
Tabel
Kota
|
POINT
|
LAPAN
|
|
4
|
Tabel
Propinsi
|
POLYGON
|
DEPHUT
|
|
5
|
Tabel
Rumah Sakit
|
POINT
|
Website
DEPKES
|
|
6
|
Tabel
Puskesmas
|
POINT
|
Website
DEPKES
|
|
7
|
Tabel
Daop
|
POINT
|
DEPHUT
|
|
8
|
Tabel
Hotspot
|
POINT
|
DEPHUT
|
|
9
|
Tabel
Pemukiman
|
POLYGON
|
LAPAN
|
|
10
|
Tabel
Sungai
|
LINE
|
DEPHUT
|
|
11
|
|
LINE
|
LAPAN
|
|
12
|
Tabel
Genangan air
|
POLYGON
|
LAPAN
|
|
13
|
Tabel
Rawa
|
POLYGON
|
LAPAN
|
|
14
|
Tabel
Danau
|
POLYGON
|
LAPAN
|
|
15
|
Tabel
Sumber lain
|
POLYGON
|
LAPAN
|
|
16
|
Tabel
Jalan
|
LINE
|
DEPHUT
|
|
17
|
Tabel
Kontur
|
POLYGON
|
DEPHUT
|
|
18
|
Tabel
Geologi
|
POLYGON
|
DEPHUT
|
|
19
|
Tabel
Gambut
|
POLYGON
|
LAPAN
dan DEPHUT
|
|
20
|
Tabel
Landuse
|
POLYGON
|
LAPAN
|
|
21
|
Tabel
Hutan
|
POLYGON
|
LAPAN
|
|
22
|
Tabel
Replanting
|
POLYGON
|
Kalteng.go.id
|
|
23
|
Tabel
Tempat Evakuasi
|
POINT
|
DEPHUT
|
|
24
|
Tabel
Penyebaran Api
|
POLYGON
|
DEPHUT
|
|
25
|
Tabel
Daerah Rawan
|
POLYGON
|
DEPHUT
|
|
26
|
Tabel
Kabupaten Rawan
|
POLYGON
|
DEPHUT
|
|
27
|
Tabel
Data User
|
Non-spasial
|
-
|
|
28
|
Tabel
Group User
|
Non-spasial
|
-
|
|
29
|
Tabel
Bantuan
|
Non-spasial
|
-
|
|
30
|
Tabel
Mee_tmp
|
Non-spasial
|
-
|
|
31
|
Tabel
Peralatam
|
Non-spasial
|
-
|
|
32
|
Tabel
NoTelp
|
Non-spasial
|
-
|
2.1
Instalasi MapServer
Melakukan ekstraksi file ms4w_2.2.7 ke
drive C:, pada root direktori. Instalasi pada root direktori merupakan
keharusan, karena konfigurasi MS4W sudah diatur sedemikian rupa untuk
dijalankan dari direktori [drive:]\ms4w (misalnya C:\ms4w atau D:\ms4w).
2.2
Desain User Interface
Penelitian
ini menggunakan framework yang disediakan oleh mapserver yaitu pmapper
maka User interface yang digunakan adalah user interface dari
pmapper yang telah dimodifikasi.
3.
UJI COBA DAN ANALISA
Uji coba ini dilakukan untuk
mengetahui apakah aplikasi yang telah dibangun telah berjalan dengan baik dan
memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Dikhususkan pada wilayah propinsi
Kalimantan Tengah karena memiliki data yang cukup lengkap.
3.1 User Login
Gambar 3.1 Input User Login
Sistem terbagi kedalam 7 user
diantaranya pemerintah, dephut, satgas, swasta, media, masyarakat dan admin.
Yang bisa melakukan update data hanya admin.
3.2
User Action
Seorang admin hanya dapat menambahkan, menghapus
dan mengupdate data prosedur penanganan dan pengendalian kebakaran hutan. User
biasa tidak dapat melakukan update data .
Gambar 3.3 Emergency dan Evakuasi
Satgas
dapat melihat informasi emergency dan evakuasi secara lengkap karena satgas
terjun langsung ke lapangan. Informasi yang diberikan diantaranya : lokasi
kebakaran, lahan yang terbakar, pemukiman terdekat, puskesmas dan rumah sakit
terdekat, sumber air terdekat, DAOP terdekat, dan tempat evakuais terdekat.
3.4
Data Replanting
Penentuan rekomendasi jenis tanaman
dengan menggunakan pendekatan dot produk / inner produk yang memproses
parameter syarat tumbuh tanaman, yang meliputi ketinggian, curah hujan,
temperatur, tekstur, Ph tanah, drainase dan jenis tanah.
Analisa dilakukan dari hasil uji coba
terhadap hasil keluaran dari program. Hasil analisa ini yang menentukan
ketepatan program dalam memberikan informasi kepada user. Berikut ini adalah
analisa terhadap hasil uji coba yang telah dilakukan.
1)
Manajemen sistem informasi Peringatan Dini
Manajemen sistem informasi Peringatandini memiliki pengertian mengenai informasi yang ditampilkan berkaitan dengan
perkiraan tingkat bahaya kebakaran hutan yang akan terjadi di suatu wilayah.
Dalam aplikasi diberikan informasi tentang titik hotspot yang ditemukan, daerah
rawan, kabupaten rawan, data tentang temperatur dan jenis tanah.
Informasi-informasi ini diberikan kepada user sebagai peringatan awal sebelum
maupun saat terjadinya kebakaran hutan sehingga user dapat melakukan antisipasi
maupun persiapan dalam mencari tempat yang paling aman dan jalur transportasi
yang dapat dilalui, serta merancang prosedur bagaimana pencegahan sebelum
kebakaran hutan itu terjadi dan penanganan saat kebakaran hutan tersebut
terjadi sperti melakukan tindakan pemadaman kebakaran.
2)
Manajemen sistem informasi Pemantauan Kebakaran
Manajemen sistem informasi Pemantauan
Kebakaran memiliki pengertian mengenai informasi yang ditampilkan berkaitan
dengan pemantauan kebakaran hutan yang sedang terjadi di suatu wilayah. Dalam
aplikasi diberikan informasi tentang tempat evakuaasi, prediksi penyebaran api,
lokasi DAOPS, lokasi puskesmas, lokasi pemukiman, dan lokasi rumah sakit.
Informasi-informasi ini diberikan kepada user untuk mengetahui penyebaran api
serta lokasi-lokasi mengenai tempat yang aman dan fasilitas kesehatan terdekat
serta lokasi-lokasi tempat yang harus di evakuasi saat kebakaran terjadi.
3)
Manajemen sistem informasi Pemantauan Pasca Kebakaran Hutan
Manajemen sistem informasi PemantauanPasca Kebakaran Hutan memiliki pengertian mengenai informasi yang ditampilkan
berkaitan dengan pemantauan setelah terjadi kebakaran hutan di suatu wilayah.
Dalam aplikasi diberikan informasi tentang jenis tanah, temperatur rata-rata,
temperatur maksimum, dan curah hujan. Dengan informasi-informasi tersebut user
dapat menentukan jenis tanaman yang cocok untuk area yang sudah terbakar.
4.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil uji coba perangkat lunak
ini dapat ditarik beberapa kesimpulan:
Informasi manajemen emergency dan
evakuasi ditampilkan berdasarkan tanggal terjadinya kebakaran sedangkan
informasi replanting ditampilkan berdasarkan letak kabupaten.
Dari laporan system informasi ini
dapat dilihat bahwa kebakaran hutan di Kalimantan yang paling besar terjadi pada
tahun 2006. Dapat dilihat dari jumlah titik api yang terbanyak.
Aplikasi ini merupakan hasil integrasi
dari manajemen emergency dan evakuasi, rekomendasi penanaman kembali serta
visualisai kebakaran hutan di Kalimantan yang telah di kerjakan pada tahun
sebelumnya.
Dalam aplikasi ini user di bagi
kedalam tujuh group yang masing-masing group dapat melihat infomasi yang
berbeda-beda sesuai kebutuhan.
Dalam
aplikasi ini dapat dilakukan update data penanganan dan pengendalian kebakaran
oleh admin.
Saran untuk pengembangan aplikasi
selanjutnya adalah sebagai berikut :
Tambahkan
data penyebaran asap dan api dari citra satelit.
Untuk pengembangan
selanjutnya diharapkan dapat mengupdate data spasial secara langsung melalui
web tanpa proses digitasi terlebih dahulu.
Data yang di dapatkan sebaiknya data yang terbaru , agar
rekomendasi pengendalian dan penanganan kebakaran bisa lebih baik.
5.
DAFTAR PUSTAKA
[1] [BMG] Badan Meteorologi dan
Geofisika. 2003. Peringkat Bahaya Kebakaran Hutan dan Lahan Indonesia. Kelompok
Kerja Sistem Informasi Geografis, SIG-BMG dan Penginderaan Jauh, PJ-BMG
PENGOLAHAN DATA DAN TELEKOMUNIKASI. Jakarta Pusat. Website.
http://meteo.bmg.go.id/fdrs/newsletters/newsletter_tahun2003.pdf [4 Desember
2007]
[2] Delima, Y.I. 2007. Aplikasi Web
Geographic Information System ( SIG ) Untuk Mencari Jalur Alternatif
Menggunakan AHP. Surabaya: Politeknik Elektroni-ka Negeri Surabaya.
www.berpikirtentangmu.blogspot.com
[3] Sembiring, K. 2007. Aplikasi
Sistem Informasi Penanggulangan Bencana di Indonesia. Lomba Karya Tulis
Mahasiswa. Bandung. Website.
santus.files.wordpress.com/2007/10/aplikasi-sistem-informasipenanggulangan-bencana-di-indonesia.pdf
[4 Desember 2007]
[4] Teknomo, K. 2007. GIS tutorial.
Website: htttp://karditeknomo.co.id/tutorial [28 Januari 2007
[5] Husniah, Lailatul. 2008.
Visualisasi Sistem Informasi Kebakaran Hutan Mengguna-kan Sistem Informasi
Geografis (SIG) Berbasis Web. Surabaya : Politeknik Elektronika Negeri
Surabaya.
[6] Ramadhian, Alfuad. 2008. Manajemen
Emergency Dan Evakuasi Untuk Kebakaran Hutan. Surabaya : Politeknik Elektronika
Negeri Surabaya.
[7]
Rochmatur, Rodji’in. 2008. Pemodelan Penanaman Kembali Lahan Pasca Kebakaran
Hutan. Surabaya : Politeknik Elektronika Negeri Surabaya.
http://berpikirtentangmu.blogspot.com/2015/06/makalah-sistem-informasi-geografis-penggunaan-lahan-di-jepara.html
Comments
Post a Comment